news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Samantha Edithso, si Usil yang Penuh Prestasi

16 Desember 2018 10:32 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Si juara catur dunia, Samantha Edithso (Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Si juara catur dunia, Samantha Edithso (Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan)
ADVERTISEMENT
Perkenalkan, Samantha Edithso. Bocah kelas 6 Sekolah Dasar berusia 10 tahun. Sekilas, tak ada yang berbeda dari Samantha dengan anak-anak seusianya.
ADVERTISEMENT
Anak perempuan kelahiran Bandung ini masih suka boneka. Ia juga kerap menghebohkan seisi rumah ketika menggambar di tembok. Tak jarang malahan ngambek kala tidak dibelikan mainan.
Namun, ada satu hal yang menjadi jurang pemisah antara Samantha dengan anak-anak sebayanya. Hal itu karena statusnya sebagai penyandang gelar juara dunia catur U-10.
Ya, Samantha sempat menghebohkan dunia olahraga Tanah Air ketika berhasil meraih juara catur cepat (rapid chess) di 2nd World Cadets Rapid and Blitz Chess Championships kategori U-10 di Belarusia pada Juni 2018.
Namanya semakin berkibar setelah pada 15 November lalu, Samantha kembali membuat lagu kebangsaan 'Indonesia Raya' berkumandang setelah menjuarai catur klasik (cadet chess) dalam ajang World Cadets Chess Championships 2018 U-10 yang berlangsung di Kota Santiago de Compostela, Spanyol.
ADVERTISEMENT
Prestasinya di atas papan catur nyatanya sejalan dengan pencapaian akademisnya. Samantha tercatat sebagai siswa terbaik ketika mengenyam pendidikan di SD Katolik Santa Ursula Bandung. Samantha juga pernah mendapat penghargaan 'Peraih Nilai Tertinggi' di mata pelajaran Matematika dan Bahasa Inggris.
Kefasihannya dalam berbahasa Inggris tercermin saat Samantha menjawab dengan lancar ketika diwawancari oleh televisi asing saat mengikuti kejuaraan dunia di Georgia bertajuk Batumi Chess Olympiad 2018. Semua ini, didukung dengan hasil tes psikologi pada 2015 yang menunjukkan bahwa kecerdasan intelektual (IQ) Samantha adalah 146. Terbukti, dia memang genius.
Meski demikian, di balik puja-puji publik maupun kucuran bonus dari Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) atas prestasinya, Samantha tetaplah anak-anak berusia 10 tahun. kumparanSPORT, yang mendapat kesempatan mengunjungi dan bertemu Samantha di rumahnya, menjadi saksi keusilan sang juara dunia.
ADVERTISEMENT
Pertama bertegur sapa, Samantha Edithso memang agak sedikit ketus. Larry Edith dan So Siau Sian, orang tua Samantha, harus ekstra membujuk sang anak agar bisa duduk dan ikut berbincang bersama kami.
"Memang begitu ke semua orang," kata sang ibu, So, mengomentari muka enggan Samantha yang 'terpaksa' ikut berkumpul.
Lalu, So menyarankan agar Samantha diwawancarai di kamarnya. Alasannya, bocah perempuan ini tidak kuat panas. Maka, di sanalah semuanya berkumpul.
Awalnya, Samantha masih malu-malu dan menjawab sekadarnya. Satu jam berlalu, setelah diajak bermain gim dan menemukan topik kesukaan Samantha di luar catur, kami sukses berteman akrab dengan sang juara dunia.
Tingkahnya sudah liar, bergerak lincah ke sana kemari mengitari kamarnya sambil menunjukkan koleksi buku, barbie, cokelat, mainan, hingga buku tahunan SD Katolik Santa Ursula —sebelum Samantha memilih homeschooling mulai kelas 6. Sejak itu, penuturan So soal Samantha yang sangat usil terbukti.
ADVERTISEMENT
Dari mulut Samantha sendiri, bergulir kisahnya yang menantang lawan saat tampil di World Cadets Chess Championships 2018.
Si juara catur dunia, Samantha Edithso dan ibunya So Siau Sian. (Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Si juara catur dunia, Samantha Edithso dan ibunya So Siau Sian. (Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan)
"Aku setelah kalah, babak berikutnya aku pesan ke pemain yang ketemu lawan ngalahin aku, supaya menang. Dan benar (menang). Terus aku udah doain menang, besok aku doain kalah deh," katanya seraya tertawa.
"Waktu ketemu lawan dari Rusia, aku bilang 'kamu datang dari Rusia, lebih cepat ke Spanyol. Aku tuh dari Indonesia terbang 12 jam lebih ke Spanyol. (Kamu) cukuplah jadi juara kedua'," celoteh Samantha.
So sendiri tak memungkiri bahwa sifat usil sang anak didorong jiwa kompetitifnya. Kepada adiknya, Samuel Tobias Edithso, Samantha juga tidak mau kalah.
"Siapa pun diajak kompetisi. Sama adiknya suka balapan, siapa yang duluan jalannya. Adiknya tidak mau kalah juga, jadi ribut," tutur So.
ADVERTISEMENT
Nah, di Santiago saat Samantha Edithso berjuang merengkuh gelar juaranya, So-lah yang menemani di Palacio de Congresos y Exposiciones de Galicia, venue pertandingan. Suatu ketika, buah hatinya itu datang dengan ekspresi sedih. "Tiba-tiba dia keluar dari arena dengan mukanya (seperti) nangis. Uuuuh kalah..." tiru So.
"Tapi saya sih sudah tahu, sehingga dia baru ketawa-tawa. Karena itu luapan kegembiraan dia, ekspresi dia mengusili saya, haha," imbuhnya sembari menjelaskan bahwa meski tidak bisa masuk venue, So memantau pertandingan dari pintu kaca di luar.
Bagaimana bisa sang ibu tahu anaknya menang?
"Ke dalam hanya mengintip dari pintu kaca, kebetulan saya bisa menerawang dari kaca tempat saya berdiri. Saya hanya lihat mimik wajahnya, tingkahnya," ucapnya.
ADVERTISEMENT
Dengan telaten, So selalu menempatkan diri sebagai sosok ibu sekaligus sahabat bagi Samantha.
"(Kesal) ada, sih. Saat saya sedih, dia nonton film ketawa-tawa. Kadang-kadang dia minta saya pijetin. Pegal nggak pegal minta dipijet dan enggak berhenti-henti," kata So.
Deretan prestasi Samantha Editsho di dunia catur. (Foto: Basith Subastian/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Deretan prestasi Samantha Editsho di dunia catur. (Foto: Basith Subastian/kumparan)
Namun, kebanggaannya mengalahkan rasa jengkel tersebut. "Kalau dia main, pasti penuh sekeliling, jadi kadang kalau saya kesulitan cari meja dia, yang kerumunan, itulah dia," ujar So semringah.
Jika So sudah pasti akan selalu menjadi sahabat setia yang paham betul gerak-gerik Samantha dan begitu sabar meladeni permintaan sang anak, Larry punya jawaban lain soal keusilan sang anak.
"Itu bakat dari lahir. Dari dulu kompetitif, bandel, side effect-nya susah diatur," katanya.
ADVERTISEMENT
"Saya tidak khawatir. Dulu sebandel-bandelnya (seperti) dia, toh sekarang (saya) agak kalem. It's okay, suatu saat Samantha akan kalem," imbuh ayah dua anak ini.
Maka, kisah-kisah tersebut menjadi jembatan bagi kami untuk menyebrangi dan masuk dalam keluarga pertemuan yang hangat dengan keluarga kecil Larry Edith dan So Siau Sian. Kegaduhan sekaligus keceriaan bertambah ketika Samuel pulang dari sekolahnya.
Samantha, anak genius juga juara dunia catur U-10 ini, berganti lakon menjadi seorang kakak —masih usil, atau barangkali tak ingin perhatian kepadanya hilang. Dari berebut mainan, secepat kilat kakak beradik ini gantian kompak memberi makan dua anjing peliharaannya.
Si juara catur dunia, Samantha Edithso (Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Si juara catur dunia, Samantha Edithso (Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan)
Kami pun ikut diajak memberi makan kedua anjing Samantha yang berlarian bebas di ruang tengah. Kemudian sifat usilnya muncul lagi. Samantha melempar snack ke arah tim kami, agar salah satu anjingnya itu mengejar dan mendekat.
ADVERTISEMENT
"Enggak apa-apa, dia enggak jilat kok," katanya memahami aturan bagi seorang muslim.
Tak terasa pertemuan yang awalnya kikuk itu menjadi lumer. Selama sembilan jam mulai pukul 10:00 WIB hingga 19:00 WIB, Samantha Edithso sang juara dunia catur cepat dan catur klasik U-10 ini menunjukkan sifat aslinya mulai dari usil mengerjai kami, kepintarannya menjelaskan cerita dari koleksi buku tokoh dunia, hingga kodratnya sebagai anak perempuan penggemar barbie.