Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
5 Tips Parenting 'Biasa Saja' dari Raja Komedi AS Louis CK
30 Juli 2017 7:39 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:16 WIB

ADVERTISEMENT
Siapa yang Anda dengarkan tentang bagaimana menjadi orang tua yang baik? Orang tua Anda? Mertua Anda? Dari rekan-rekan di Posyandu? Atau dari psikolog-psikolog anak?
ADVERTISEMENT
Well, sekali-kali Anda harus mendengarkan Louis CK.
Louis CK adalah komedian yang berasal dari Amerika Serikat dengan nama asli Louis Székely. Oleh majalah GQ, ia dijuluki sebagai America’s Undisputed King of Comedy. Ia terkenal sebagai aktor, penulis, sutradara, editor, dan produser berbagai film serta serial televisi di AS.
Ia tampil sebagai aktor di film-film tenar seperti The Invention of Lying (2009) yang disutradarai komedian Inggris Ricky Gervais, beradu akting di American Hustle (2013) bersama Bradley Cooper, Jennifer Lawrence, dan Christian Bale, dan menjadi salah satu pemeran dalam film garapan Woody Allen, Blue Jasmine (2013).
Selain itu, ia juga menggarap (menyutradarai, mengedit, dan mengambil peran dalam) drama komedi semi-biografi berjudul Louie yang, well, menceritakan kehidupannya dan dua anaknya. Serial tersebut tayang di FX AS sejak tahun 2012. Kini, ia fokus pada kegiatan stand up comedy dan menjalani tur di beberapa kota di AS.

Louis CK sendiri adalah seorang ayah berusia 49 tahun, dengan dua orang anak perempuan yang kerap menjadi materi di stand up comedy Louis CK. Sejak tahun 2008 Louis bercerai dengan istrinya. Hal tersebut justru memberi perspektif lain bagi Louis sebagai orang tua --yang lagi-lagi-- menjadi materi lain bagi penampilannya di atas panggung.
ADVERTISEMENT
Dari materi-materi tersebut, tak jarang ia mengeluarkan berbagai kenyataan pahit tentang bagaimana sulitnya menjadi orang tua. Meski dibawakan dengan gaya dark-humor dan blak-blakan, ada sepetik kebenaran dari apa yang ia katakan --dan Anda bisa belajar dari omongan Louis CK.
Tentunya, dengan memikirkan terlebih dahulu pesan apa yang sebenarnya ingin ia sampaikan.
Berikut, kumparan (kumparan.com) berikan daftar lengkap tips parenting dari Louis Székely, khusus untuk Anda!

Soal Memberi Nama Anak
Louis, di Special Stand up Comedy di HBO pada 2005, pernah membawa materi komedi tentang soal bagaimana orang tua memberi nama buat anak mereka.
Dengan separuh tertawa sendiri, ia berkata, “You have to name your kids. You know what’s amazing to me? You can name your kid anything you want.”
ADVERTISEMENT
Louis berkata, ia bisa saja memberi nama anaknya tanpa satu huruf vokal pun. “Just forty ‘F’, that’s his name!” atau “PNSNDLTN, go clean your room!”
“Aku sebetulnya mau menamai anakku bukan dengan kata-kata, tapi dengan semacam ungkapan. Misalnya ‘Ladies and Gentleman’. Itu bakal keren! Ketika mengenalkannya, aku akan bilang, ‘Ini anakku, Ladies and Gentlemen!”
Louis tahu menjadi orang tua membawa konsekuensi tanggung jawab yang tak bisa disepelekan tingkat kepentingannya. Nama buat anak menjadi salah satunya.
“Dan kalian harus hati-hati ketika menamai anak. Mereka bisa jadi bahan cemoohan oleh teman-temannya, seperti Louis Screwy, Joey Blowy, semuanya!”
“There are no laws. There should be a couple of laws. None. That’s a big deal right there. It’s a lot of responsibility that you never think about.”
ADVERTISEMENT
Soal “Main Tangan” untuk Mendisiplinkan Anak
Oke, ketika Anda membaca judul di atas, tentang apakah “main tangan” (misal, menampar, memukul, menabok, dan semacamnya) bisa diterima atau tidak dalam mendidik anak, mungkin Anda langsung berpikir, “Oh, nggak mungkin lah. Jelas nggak boleh!”
Well, tunggu dulu. Tulisan ini bertaruh lebih separuh orang-orang di Indonesia tumbuh dengan perlakuan kasar orang tuanya. Alasannya beragam, dari pendidikan, disiplin, agar kapok, dan lain sebagainya. Alasan-alasan itu kerap menjadi justifikasi orang tua memukul anaknya.
Jelas, semua anak bandel. Dan kadang memang kelewatan. Louis CK paham akan hal itu. Ia pernah bilang, “Anakku, berusia 4 tahun, dan dia luar biasa brengsek.” Tapi, untuk memukul anak walaupun ia bandel bukan main, Louis CK tak setuju.
ADVERTISEMENT
“I really think it’s crazy that we hit our kids. Here’s the crazy part about it; kids are the only people in the world that you’re allowed to hit. Do you realize that?”
Dan benar juga. Ketika kita memukul orang lain, kita akan diperkarakan ke polisi. Tapi, justru ketika kita memukul anak kita dengan alasan disiplin, pendidikan, dan omong-kosong lainnya, hal tersebut justru semacam mendapat pemakluman dari masyarakat luas.

“Do you realize that? They’re the most vulnerable and the most destroyed by being hit but it’s totally OK to hit them. And they’re the only ones! if you hit a dog they will put you in jail for that sh*t.”
ADVERTISEMENT
“Tapi justru ke anak-anak kecil yang percaya kepadamu 100 persen, kau malah bilang, ‘F*ck them, who gives a sh*t! Let’s all hit them!’ Dan orang-orang maklum pada hal itu! Ini gila!”
Bagi Louis, tak ada gunanya main tangan ke anak. “Itu tak akan membuat mereka memahamimu. Berteriak ke mereka saja sudah menghancurkan anak-anakmu. Apalagi memukul mereka.”
Bagi Louis, memukul, menabok, spanking, atau apapun itu, tak akan pernah berhasil. “Aku pernah dipukul orang tuaku, dan aku sempat tak berbicara dengan mereka. It’s not working.”
Bukan Membesarkan Anak, tapi Mempersiapkan Calon Orang Dewasa
Pada umur berapa seorang anak pantas memegang ponsel sendiri? 10? 12? 6? Atau bahkan 3 atau 4 tahun?
Kebanyakan orang tua menyerah untuk tidak memberikan handphone ke anak mereka, apabila anak-anak lain seumurannya sudah punya duluan. Tapi Louis CK memang bukan orang tua pada umumnya.
ADVERTISEMENT
Saat menjadi tamu dari talkshow bersama Conan O’Brien, ia menolak memberikan handphone kepada anaknya yang masih kecil. “I just tell them, ‘No, you can’t have it.’” Louis tak peduli. Ia tak ingin dengan mudah kalah dengan rajukan anaknya.
Dan ketika penolakan tersebut dijawab oleh anaknya dengan, “Tapi aku ingin punya handphone,” Louis gampang saja menjawab: “Aku tidak peduli dengan keinginanmu.”
Sesaat memang terlihat keras bahkan kasar, namun apa yang dibilang Louis ada benarnya. Ia beralasan, “Aku menjadi ayah mereka bukan untuk membuat mereka senang,” katanya.
"I'm not raising children. I'm raising the grown-ups they're going to be.”
ADVERTISEMENT
Bagi Louis, tugas orang tua bukanlah membesarkan anak-anak, tapi menyiapkan mereka menjadi orang dewasa agar siap menghadapi kehidupan mereka yang bakal penuh dengan hal-hal buruk. Hidup tidak mudah, dan Louis ingin anaknya paham betul sedini mungkin.
Baginya, hidup tak akan baik-baik saja. Dan anak-anaknya harus siap untuk itu. Apabila anak-anak lain punya sesuatu, Louis akan bilang, “Masa bodoh, mengapa anakku harus ikut-ikutan punya hal buruk (seperti handphone di usia dini) seperti yang lainnya?”
Soal Memanjakan Anak
Oke, mungkin handphone memang masih terlampau mewah buat anak kecil. Buat apa? Bukankah buat balita dan anak-anak di bawah 10 tahun, handphone hanya digunakan untuk main game (dan sesekali berkomunikasi)?
Tapi, Louis CK serius ketika ia bilang hidup itu tak mudah dan ia tak ingin memanjakan anaknya. Benar-benar serius.
ADVERTISEMENT
“Anakku yang berumur 13 tahun berangkat dari rumah pukul 7.15 setiap pagi, dan dia selalu naik bus bau sampai ke sekolahnya. Setiap pagi, di luar dingin sekali, tak sampai 8 derajat celsius, hari masih gelap, dan aku tak mengantarnya ke sekolah sama sekali,” aku Louis soal rutinitas anaknya yang tiap pagi berangkat sekolah.
Padahal, Louis saat itu tengah bermewah-mewah.
“Di saat yang sama, sopirku sudah siap duduk di Mercedes hangat yang akan mengantarku kerja saat anak-anakku sudah berangkat. Aku sih bisa saja mengantar mereka dengan Mercedesku itu, tapi aku tak mau.” Louis memang kurang ajar. Tapi dia punya alasan.
ADVERTISEMENT
“Aku tak bisa memperlakukannya seperti itu. Kalau aku? Aku yang beli Mercedes itu, bukan dia! Kalau mau, dia harus beli sendiri. Kau harus percaya!”
“I did the show, why should they get the money?”
Soal Menjadi Ayah, Bukan Asisten Ibu
Menjadi orang tua adalah hal sulit. Mendidik anak, dan kebetulan menjadi seorang ayah, menawarkan dimensi kesulitan lainnya.
“Peran orang tua sudah berubah. Sudah banyak ayah-ayah yang merawat anaknya, sementara ibunya memiliki karier dan menghidupi keluarganya. Tapi, di masyarakat, orang masih menganggap hal tersebut aneh,” keluh Louis, seperti dikutip dari uproxx.com.
“Seperti, pernah ketika aku makan malam bersama anakku di restoran. Orang-orang akan tersenyum pada kami. Bahkan seorang pelayan berkata pada anakku, ‘Wah, senang sekali ya pasti makan bersama ayah?’” ujar Louis bercerita.
ADVERTISEMENT
Meski begitu, apa yang dimaksud baik oleh pelayan menunjukkan adanya hal yang salah di masyarakat: seksisme. Louis benar-benar terganggu gara-gara hal itu!
“I’m f**king taking them to lunch, and then I’m taking them home, and then I’m feeding them and doing their homework with them and putting them to bed. She’s like, Oh, this is special time with daddy.”
Bagi Louis, seharusnya hal-hal seperti menyediakan makan untuk anak, membantu pengerjaan PR anak, mengantar anak tidur adalah hal-hal yang biasa saja dilakukan oleh seorang ayah. Seharusnya, tak ada domestifikasi pada perempuan dan menyebut hanya mereka yang cocok melakukan hal-hal seperti itu.
ADVERTISEMENT
“Well, no, this is boring time with daddy, the same as everything!”
