Alasan Anda Wajib Lakukan Cek Kesehatan Sebelum Filler atau Botoks

17 Oktober 2018 10:17 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suntik filler untuk hilangkan kerutan pada wajah (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Suntik filler untuk hilangkan kerutan pada wajah (Foto: Thinkstock)
ADVERTISEMENT
Filler dan botoks merupakan prosedur kecantikan terfavorit di Indonesia.
Keduanya memiliki fungsi yang tak jauh berbeda, yaitu mengencangkan dan membentuk kontur wajah. Struktur wajah pun akan terlihat proporsional dan awet muda.
ADVERTISEMENT
Ribuan klinik di Indonesia pun berlomba-lomba menawarkan prosedur filler dan botoks versi masing-masing. Meski jauh lebih praktis dan efisien ketimbang operasi plastik, Anda tetap harus sangat berhati-hati sebelum memutuskan untuk menjalani prosedur ini.
“Memang botoks dan filler merupakan prosedur kecantikan paling aman. Tapi harus dilakukan oleh ahli yang kompeten, berpengalaman, bersertifikasi, yang tidak hanya tahu bagaimana menyuntikkan treatment saja, tapi harus tahu menangani (jika sampai terjadi) komplikasi,” ujar dr. Novita Pristiwaningrum Dpl. CIDESCO, saat ditemui dalam acara SLVR Medikaloka Beauty Through Science, Mega Kuningan, Jakarta Selatan, pada Selasa (16/10).
Pada dasarnya, prosedur filler dan botoks bekerja dengan cara memasukkan benda asing (cairan) ke dalam tubuh. Meski tergolong jarang, prosedur ini berisiko memicu reaksi alergi.
ADVERTISEMENT
Oleh karenanya, dr Novita mewajibkan pasiennya untuk melakukan medical check up sebelum botoks atau filler. Menurutnya hal tersebut sangat penting untuk mengetahui riwayat kesehatan pasien.
Ilustrasi Botox. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Botox. (Foto: Thinkstock)
“Karena kebanyakan pasien selalu merasa dirinya sehat, sometimes dokter tidak menanyakan pasien pernah sakit apa. Lalu pada saat penginjeksian, terjadi reaksi alergi. Kita tidak bisa menyalahkan pasien, karena balik lagi, selalu merasa dirinya sehat. Padahal ada riwayat sakit yang dia sendiri tidak tahu, bisa saja liver, diabetes, hipertensi, penyakit-penyakit heriditer,” sambungnya lagi.
Reaksi alergi yang paling ringan adalah timbulnya rasa gatal. Selain itu, juga ada sensasi terbakar atau panas, bengkak, hingga ruam kemerahan di area injeksi filler.
“Kalau salah tempat injeksi, itu yang jadi masalah,” peringat dr Novita lagi.
ADVERTISEMENT
Dalam kasus yang parah, filler bahkan bisa menyebabkan kebutaan hingga stroke. Jika terjadi penggumpalan cairan, pasien bahkan bisa merasa sesak nafas akibat berkurangnya suplai oksigen pada saluran pernafasan.
Jadi sebelum memutuskan untuk filler atau botoks, pastikan memilih dokter yang terpercaya dan berpengalaman di bidangnya. Jangan lupa juga untuk lakukan medical check up atau cek kesehatan lengkap untuk menghindari hal tak diinginkan.