Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.92.0
Cerita Nina Kaginda Soal Investasinya di Tas Hermes
18 Oktober 2018 10:06 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
ADVERTISEMENT
Bisnis jual beli tas branded sudah ditekuni sosialita Nina Kaginda sejak 2008.
ADVERTISEMENT
Perempuan kelahiran Solo, 2 Juni 1989 ini memutuskan mengubah hobinya mengoleksi tas mewah jadi profesi yang menguntungkan. Membuka butik eksklusif di kawasan SBCD, Jakarta Pusat, Nina dikenal sebagai agen tas branded skala internasional.
Brand Hermes jadi spesialisasi Nina. Saat berselancar di situs Gallerie Exotique milik Nina, Anda akan menemukan berbagai koleksi Hermes 'terpajang' dengan cantik. Mulai dari Hermes Kelly 20cm, dan 32cm, Hermes Birkin 25cm, 30m, dan 35cm, Hermes Constance 18cm dan 24cm, Hermes Kelly Pochette, Hermes Kelly Clutch, hingga Hermes Lindy.
Meski demikian, Nina juga melayani permintaan konsumen yang gemar mengoleksi brand high end lainnya seperti Chanel, Louis Vuitton, Bvlgari, Dior, dan lain-lain.
Bisnis tas mewah dengan mantap ditekuni Nina karena mendatangkan keuntungan yang menjanjikan. Ia juga menjadikan tas sebagai fashion item favoritnya.
ADVERTISEMENT
"Investasi barang mewah hanya berlaku untuk tas. Kalau sepatu sudah dipakai harganya akan turun," uja Nina kepada kumparanSTYLE, saat dijumpai di Medikaloka, Mega Kuningan, Jakarta Selatan, pada Selasa (16/10).
"Saya memang cinta Hermes dan sudah koleksi dari 10 tahun lalu. Tapi saya juga suka merek lain seperti Chanel, Louis Vuitton. Tetapi kalau untuk investasi Hermes only. Saat ini nilai investasinya yang paling tinggi hanya Hermes Birkin dan Kelly," ceritanya lagi.
Sahabat Syahrini ini juga tak merasa keberatan merogoh kocek ratusan juta untuk sebuah tas Hermes, karena ia paham betul valuenya.
"Karena untuk dapatkan tas itu susah sekali. Untuk dapatkan tas itu kita harus ikut waiting list dulu selama dua tahun, tak peduli berapapun uang yang kita miliki. Supply yang sedikit itu menyebabkan demand tinggi sekali, dan ketika demand tersebut tidak terpenuhi, harganya jadi tinggi," terang Nina lagi.
ADVERTISEMENT