Cerita Shanti Persada Jalani Kanker Payudara Bersama Lovepink

4 Oktober 2018 15:27 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Shanti Persada, Founder Lovepink. (Foto: Ratmia Dewi /kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Shanti Persada, Founder Lovepink. (Foto: Ratmia Dewi /kumparan)
ADVERTISEMENT
Masih dikenal sebagai penyebab kematian nomor satu pada perempuan, kanker payudara saat ini menjadi salah satu penyakit yang paling ditakuti oleh perempuan.
ADVERTISEMENT
Kira-kira begitu pula yang dirasakan oleh Shanti Persada, salah satu founder Lovepink Indonesia yang didiagnosis menderita kanker payudara stadium 3B pada Maret 2010 silam. Lovepink merupakan organisasi para penyintas kanker payudara yang berfokus pada kampanye kepedulian terhadap kesehatan payudara.
"Saat pertama kali divonis kanker payudara tahun 2010, rasanya tuh dunia hancur banget. Tapi saat itu saya melihat ibu saya yang tegar sekali. Jadi saat itu aku berfikir ibu aja bisa kuat masa saya engga," ujar Shanti Persada saat ditemui kumparanSTYLE di Starbucks Kuningan City, Jakarta Selatan, Rabu (3/10).
Shanti didiagnosa kanker payudara saat usianya menginjak angka 42 tahun. Saat itu, informasi seputar kanker payudara masih sangat terbatas.
"Situs-situs di internet yang mengulas kanker payudara yang berbahasa Indonesia hampir tidak ada, semuanya berbahasa Inggris. Saat itu saya berfikir, duh bagaimana ya orang-orang yang tidak bisa berbahasa Inggris mencari informasi?," ujar Shinta.
Shanti Persada. (Foto: Zahrina Yustisia Noorputeri/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Shanti Persada. (Foto: Zahrina Yustisia Noorputeri/kumparan)
Ia pun berjuang sendirian saat itu, hingga pada Mei 2010 Shanti berkenalan dengan sesama penyintas kanker payudara bernama Madelina Mutia.
ADVERTISEMENT
Keduanya melakukan komunikasi yang intens hingga terdorong untuk membentuk komunitas Lovepink yang fokus memberi dukungan mental bagi penyintas kanker payudara. Bergerak sejak 2011, memasuki tahun 2014 Lovepink pun berdiri secara resmi sebagai yayasan bernama Daya Dara Indonesia yang aktif memberikan dukungan mental bagi para penyintas kanker payudara.
"Saat bertemu sesama penyintas kanker payudara rasanya menjalani ini semua lebih ringan. Kali pertama bertemu dengan Madelina Mutia, kami berbagi cerita setiap hari melalui pesan singkat," jelas Shanti
Saat ini tercatat, anggota Lovepink tersebar di beberapa kota seperti Jakarta, Banjarmasin, Padang dan Yogyakarta dengan lebih dari 1000 anggota.
LOVEPINK Indonesia  (Foto: Dok. Stephanie Elia )
zoom-in-whitePerbesar
LOVEPINK Indonesia (Foto: Dok. Stephanie Elia )
Tak hanya perempuan, terdapat pula laki-laki yang masuk dalam komunitas ini. Untuk anggota komunitas yang sudah tidak menjalani pengobatan kanker payudara disebut dengan survivor sedangkan untuk yang masih menjalani pengobatan disebut dengan warrior.
ADVERTISEMENT
Kegiatan yang dilakukan Lovepink Indonesia pun beragam. Untuk regular program mereka menggelar Pink Talk yakni bincang-bincang akan pentingnya deteksi dini kanker payudara yang dilakukan ke pabrik, puskesmas, sekolah, pasar hingga berbagai kantor yang dilengkapi dengan alat USG portabel.
Selaras dengan berbagai lembaga kesehatan di Indonesia, Lovepink juga turut menggaungkan kampanye SADARI atau Periksa Payudara Sendiri sebagai langkah awal mendeteksi kanker payudara tanpa bantuan tenaga medis dengan menggunakan tangan dan penglihatan untuk memeriksa perubahan fisik pada payudara.
Indonesia Goes Pink Run 2018  (Foto: Dok. LOVEPINK - Instagram)
zoom-in-whitePerbesar
Indonesia Goes Pink Run 2018 (Foto: Dok. LOVEPINK - Instagram)
Tak hanya penyuluhan dan edukasi terkait kanker payudara, Lovepink juga melakukan sejumlah koloborasi dan kegiatan lain. Salah satunya yang baru-baru ini dilakukan dengan Starbucks, bertajuk Pinkvoice. Kampanye Pinkvoice ini bertujuan mengajak semua pihak untuk menyisipkan dan saling berbagi informasi mengenai fakta dan tidankan pencegahan kanker payudara dalam kehidupan sehari-hari.
ADVERTISEMENT
"Topik kanker payudara sering kali menjadi hal yang cukup ditakuti untuk diperbincangkan. Baik muda maupun orang tua suka merasa takut untuk speak up soal ini. Oleh karena itu, kita ingin membuat topik ini menjadi hal yang tidak tabu dan terlalu mengerikan untuk dibahas. Jadi seperti flu saja, bukan suatu hal yang perlu ditakutkan untuk dibicarakan, supaya orang itu juga gampang ngobrolinnya. Mungkin saja sebelum Lovepink ada, orang tidak mau membicarakan kanker payudara. Setelah kita eksis, istilahnya membicarakan payudara seenaknya menjadi hal yang tidak tabu. We should to do that, untuk selamatkan hidup orang juga," tutup Shinta.