news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Christine Lagarde: Feminis Bukan Hanya untuk Perempuan Saja

4 Maret 2019 9:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Christine Lagarde. Foto: REYNOLDS / AFP
zoom-in-whitePerbesar
Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Christine Lagarde. Foto: REYNOLDS / AFP
ADVERTISEMENT
Pentingnya peran perempuan di dunia kerja tentu sudah tidak dapat diragukan lagi. Bahkan Christine Lagarde, Managing Director dari International Monetary Fund (IMF) mengatakan jika perekonomian di beberapa negara dapat meningkat secara signifikan apabila ada lebih banyak perempuan terlibat di dunia profesional.
ADVERTISEMENT
Hal itu ia ungkapkan dalam wawancara khusus untuk menyambut International Women's Day bersama The Guardian.
Christine berpendapat bahwa mengatasi seksisme di dunia kerja dapat meningkatkan perekonomian negara hingga 35 persen. Terutama bagi negara-negara seperti Turki, Malaysia, dan Arab Saudi, yang tidak menjadikan kesetaraan gender sebagai fokus utama.
Fakta tersebut ia sampaikan berdasarkan riset dari IMF yang menunjukkan bahwa perempuan dapat meningkatkan produktivitas dan membawa keterampilan baru di dunia profesional.
Direktur Pelaksana IMF, Christine Lagarde di Seminar Empowering Women in Workplace di Annual Meeting IMF-WB, Nusa Dua, Bali, Selasa (9/10/2018). Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan
“Yang kami amati adalah ketika ada banyak perempuan, modal bank menjadi lebih besar, jumlah kredit yang tersendat sedikit, dan indeks risiko lebih rendah,” ungkap Christine Lagarde kepada The Guardian.
Christine juga menambahkan bahwa bukti menunjukkan apabila negara-negara yang peduli dengan isu kesetaraan gender, seperti Islandia, Norwegia, dan Swedia memiliki pertumbuhan yang tinggi dan perekonomian yang lebih kuat.
ADVERTISEMENT
Kepedulian Christine terhadap isu seksisme di dunia kerja bukan karena ia pernah menjadi salah satu korbannya. "Saya tidak mengalami seksisme karena saya terlalu tua dan terlalu tinggi. Sulit untuk menjadi seksis kepada seseorang yang lebih tua dan lebih tinggi dari Anda. Tetapi saya banyak memimpin rapat yang dihadiri oleh perempuan dan laki-laki, tetapi biasanya perempuan lebih sedikit daripada laki-laki. Setiap kali seorang perempuan maju, laki-laki akan kurang memperhatikan dan kadang mereka mengobrol sendiri dan bergosip dengan yang lain,” ungkap perempuan 63 tahun ini.
Padahal isu seksisme di lingkup profesional tidak hanya menjadi tanggung jawab perempuan saja, tetapi laki-laki juga.
“Feminis bukan hanya untuk perempuan saja. Saya kenal beberapa laki-laki feminis, mereka membantu dan berjuang untuk memastikan tidak ada diskriminasi,” tambahnya.
Christine Lagarde, Managing Director of IMF Foto: IG: @elevate.her
Meski banyak orang-orang penting seperti Christine Lagarde yang menyuarakan kepeduliannya tentang seksisme, nyatanya diskriminasi gender masih tidak bisa dihindarkan.
ADVERTISEMENT
Baru-baru ini terdapat sebuah polling yang dilakukan oleh Young Women’s Trust yang menemukan bahwa 31 persen perempuan muda telah mengalami seksisme dalam berbagai bentuk saat mencari pekerjaan. Dan 19 persen melaporkan jika gaji mereka lebih sedikit dibanding dengan rekan kerja laki-laki dalam pekerjaan yang sama.
Saat dirilis pada September 2018 lalu, Dr. Carole Easton sebagai Chief Executive dari Young Women’s Trust mengatakan bahwa treatment, gaji, dan kesejahteraan remaja perempuan di tempat kerja sangat tertinggal jauh dengan yang didapatkan oleh remaja laki-laki. Ia juga menambahkan jika 2018 menjadi titik balik bagi kesetaraan perempuan dan bukan hanya sebuah catatan sejarah, maka sudah jelas jika kita membutuhkan bukti, bukan hanya kata-kata saja.
“Kita tidak boleh selalu bersabar untuk perubahan. Memang banyak yang telah dicapai selama 100 tahun terakhir, namun masih ada jalan panjang yang harus kita tempuh,” ujar Dr. Carole Easton seperti dilansir dari Independent.
ADVERTISEMENT