Riset: Melahirkan Pengaruhi Risiko Kanker Payudara pada Perempuan

23 Desember 2018 11:02 WIB
clock
Diperbarui 15 Maret 2019 3:51 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mammogram tidak menyebabkan kanker menyebar. (Foto: Shutterstock)
zoom-in-whitePerbesar
Mammogram tidak menyebabkan kanker menyebar. (Foto: Shutterstock)
ADVERTISEMENT
Kanker payudara merupakan salah satu penyakit yang paling berbahaya bagi perempuan. Seiring berjalannya waktu para penderita kanker payudara pun kian bertambah.
ADVERTISEMENT
Kanker payudara pada perempuan ternyata disebabkan oleh beberapa hal mulai dari gaya hidup yang tidak sehat, kondisi hormon seorang perempuan hingga akibat proses persalinan.
Hal ini dipaparkan oleh penelitian yang dipimpin oleh Pusat Kanker Komprehensif Lineberger Universitas North Carolina yang memaparkan prosesi persalinan dapat meningkatkan risiko kanker payudara sebanyak 80 persen, dibandingkan risiko pada perempuan yang belum pernah melahirkan.
ASI perah dari payudara kiri dan kanan bisa berbeda jumlahnya (Foto: Shutterstock)
zoom-in-whitePerbesar
ASI perah dari payudara kiri dan kanan bisa berbeda jumlahnya (Foto: Shutterstock)
Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal medis Annals of Internal Medicine tersebut merupakan hasil analisis dari 15 studi terhadap hampir 890 ribu perempuan dari berbagai usia di tiga benua.
Penelitian tersebut juga memaparkan bagi perempuan berusia 55 tahun ke bawah, risiko kanker payudara paling tinggi terjadi sekitar lima tahun setelah melahirkan. Kemudian, secara keseluruhan, perempuan yang lebih muda tidak terlalu berisiko terkena kanker payudara dibandingkan perempuan berusia di atas 50. Selain itu para peneliti tidak menemukan peningkatan risiko bagi perempuan yang memiliki anak pertama mereka sebelum usia 25 tahun.
ADVERTISEMENT
"Ini adalah salah satu bukti yang perlu dipertimbangkan untuk membangun prediksi yang baru. Kami ingin perempuan dan dokter tidak berasumsi bahwa memiliki anak selalu diasosiasikan sebagai langkah perlindungan dari kanker payudara," ujar Dr.Hazel Nichols, anggota Lineberger Comprehensive Cancer Center yang terlibat dalam penelitian ini.
“Tapi jangan khawatir. Risiko kanker payudara 80 persen lebih tinggi itu tidak semenakutkan seperti yang tampak, karena untungnya, kanker payudara tidak umum menimpa perempuan muda," ujar Dr. Hazel Nichols kepada Reuters.
Menariknya Nichols dan rekan-rekannya menemukan bahwa risiko kanker payudara meningkat dalam 4,6 tahun setelah seorang perempuan melahirkan terakhir. Tapi setelah itu, risiko menurun. Setelah 19 tahun, risiko akan kembali ke level sebelum melahirkan. Dan setelah itu menurun lagi.
ADVERTISEMENT
Setelah 34,5 tahun setelah kelahiran anak terakhir, risiko kanker turun sebesar 23 persen, dibandingkan risiko pada perempuan yang belum pernah melahirkan.
Ibu Hamil (ilustrasi). (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ibu Hamil (ilustrasi). (Foto: Thinkstock)
Meski seorang perempuan berusia 45 tahun yang tidak pernah melahirkan mempunyai peluang 0,62 persen didiagnosa mengidap kanker payudara, untuk perempuan berusia sama dan pernah melahirkan dalam jangka waktu 3-7 tahun, peluang didiagnosis kanker sedikit lebih tinggi, yaitu 0,66 persen.
Demikian pula ketika perempuan menginjak usia 50 tahun. Peluang perempuan dalam usia tersebut untuk terdiagnosis kanker payudara adalah 1,9 persen untuk perempuan yang tidak memiliki anak dan 2,20 persen untuk perempuan mengandung.
Perempuan yang melahirkan anak pertama sebelum usia 25 tahun tidak memiliki risiko yang meningkat sama sekali.
“Hasilnya tidak harus mendikte kapan perempuan memutuskan untuk memiliki anak. Karena meski kami melihat risiko ekstra setelah melahirkan ada, ada periode dimana seluruh risiko menjadi sangat rendah,” kata Nichols.
ADVERTISEMENT