Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
Smartphone Xiaomi di Indonesia sangat erat diidentikkan dengan label 'gaib'. Konsumen selalu kesulitan untuk membeli smartphone Xiaomi karena masalah ketersediaan, baik online maupun offline.
ADVERTISEMENT
Masalah ketersediaan dan hal-hal yang berbau gaib ini pun sampai ke telinga bos baru Xiaomi Indonesia, Alvin Tse. Ia baru menjabat Country Director Xiaomi Indonesia per Oktober 2019. Uniknya, kata bahasa Indonesia pertama yang ia pelajari adalah gaib.
"Ya kata gaib, menjadi kata pertama yang saya pelajari. Karena banyak Mi Fans yang memberikan saya komentar di Twitter dan Instagram dengan kata gaib. Kemudian saya tanya ke tim saya apa makna arti gaib," kata Alvin saat Media Gathering dengan wartawan di Jakarta, Kamis (21/11).
Bagi Alvin, masalah ketersediaan menjadi hal penting bagi Xiaomi di bawah kepemimpinannya. Setelah tahu makna arti gaib, dirinya mengaku langsung mengidentifikasi masalah yang terjadi selama ini soal ketersediaan.
Pria lulusan Stanford university ini menjelaskan, sebenarnya ada narasi gaib yang kurang tepat beredar di masyarakat Indonesia saat ini. Ada tiga alasan, kata Alvin, yang membuat smartphone Xiaomi mengalami kesulitan ketersediaan.
ADVERTISEMENT
"Gaib menjadi hal salah dalam hal tertentu. Sebenarnya, kami sudah melakukan berbagai hal untuk menyediakan semua produk Xiaomi dengan baik. Namun, dalam kondisi tertentu ada masalah yang menyebabkan ketersediaan semakin menipis. Tapi kami terus perbaiki," ungkapnya.
Alasan pertama yang diungkap Alvin adalah masalah yang terjadi pada proses di hulu atau pabrik perakitan. Ketersediaan komponen dan proses uji coba produk menjadi hal yang terus diperbaiki.
"Dalam proses perakitan, ada sedikit masalah, komponen dikirim dari China. Dan di pabrikan, tim kami harus belajar lagi dan melakukan proses uji coba. Hal itu ada masa gagal. Hal itu membutuhkan waktu yang lebih, sehingga menurunkan stok ketersediaan. Tapi ke depan proses ini akan kita perbaiki," tuturnya.
ADVERTISEMENT
Soal perakitan bagi Alvin sangat penting untuk menjaga kualitas. Namun dalam industri smartphone, menahan waktu peluncuran karena masalah ketersediaan akan menjadi hal yang salah untuk mendapatkan momen dan antusias pasar.
Alasan kedua teridentifikasi pada proses distribusi yang belum maksimal. Alvin melihat sistem penjualan online di Indonesia belum baik, ditambah sektor offline masih dikembangkan Xiaomi. Ia melihat ada oknum penjual yang ikut membeli online, sehingga pembeli individu kalah saing.
Selanjutnya, Alvin mengatakan permintaan produk Xiaomi sangat tinggi. Padahal Xiaomi sudah menyiapkan stok yang banyak, namun masih terus berkurang dan selalu habis.
"Kami mendapatkan permintaan yang banyak, namun stok selalu tidak mencukupi. Contohnya, Redmi Note 8 series sudah menyediakan 125 ribu unit, namun selalu habis (stoknya). Menurut kami, stok sebanyak itu sudah besar dan cukup," terangnya.
ADVERTISEMENT
Alvin berjanji, ke depannya, terutama di tahun 2020, Xiaomi punya misi besar untuk terus meningkatkan ketersediaan dan menghilangkan label 'gaib'. Misalnya, Xiaomi akan terus meningkatkan jumlah Mi Store yang sekarang sudah 51 lokasi di seluruh Indonesia. Selain itu, Xiaomi akan bekerja sama dengan sejumlah partner distribusi untuk memasarkan produk-produk Xiaomi.