Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Saling sindir antar brand jadi tren strategi pemasaran di industri smartphone. Masing-masing vendor pamer keunggulan produknya dan mengolok kelemahan perangkat kompetitor. Ini juga terjadi pada dua merek smartphone asal China, Realme dan Xiaomi, yang ‘baku hantam' di media sosial.
Kedua merek ini aktif berkomentar di akun media sosial milik orang lain, untuk nyinyir menjatuhkan produk pesaing. Contohnya ada di akun Instagram milik influencer @GadgetIns, yang beberapa waktu lalu mengunggah foto smartphone Redmi Note 8 Pro dan Realme XT jelang peluncuran keduanya yang kebetulan berdekatan.
David Brendi, pemilik akun tersebut, mempublikasi foto Redmi Note 8 Pro dan Realme XT yang saling bertumpuk. Ia menulis, “kayaknya bulan ini bakal rame. @xiaomi.indonesia @realmeindonesia siapa yang bakal lebih rame?”
Xiaomi menyambut konten itu dengan komentar yang sekadar jawaban pertanyaan David. Sementara Realme membalasnya dengan nada persaingan. “Itu yang posisi hapenya di atas. pasti bisa bikin Bahagia <3,” tulis akun @realmeindonesia.
Ini bukan kali pertama Xiaomi dan Realme saling sindir di akun Instagram @GadgetIns. Sebelumnya, David pernah mengunggah tangkapan layar akun Twitter Xiaomi Indonesia yang memberi tanda smartphone Redmi Note terbaru akan rilis di Indonesia pada 17 Oktober 2019. David menuliskan caption soal isu ponsel ghaib yang sering menyerang Xiaomi. Lagi-lagi, konten ini jadi lapak buat Realme dan Xiaomi untuk sikut-sikutan.
“Seringkali, yang kita butuhkan itu cuma kepastian. Yang duluan tersedia, dia yang dipilih. Pasar memang kejam ya. Brand jadi harus cepat-cepat keluarin HP baru terus dan selalu harus lebih bagus dari generasi sebelumnya sama kompetitor. Tapi sebagai konsumen, kita yang untung,”
Realme berkomentar, “Ehmmm.. yang udah ngasi kepastian juga belom tentu bisa bikin Bahagia siy om, #santuy.”
Tak terima dengan kalimat tersebut, Xiaomi membalas, “ahaaayy.. kadang penyesalan muncul dari keinginan yang menggebu-gebu akhirnya ga jadi Bahagia sih ujungnya.”
Sebagai lapak keributan Realme dan Xiaomi, David berkata aksi saling sindir antar smartphone seperti itu adalah yang diharapkan konsumen karena mereka bisa mendapatkan informasi yang lebih mudah terkait suatu produk.
Aksi ini juga jadi tontonan menarik di tengah persaingan sengit antara keduanya. Karena, di luar sana kerap terdengar kabar bahwa tujuan Oppo melahirkan Realme adalah sebagai "Xiaomi killer."
"Fans-fans sekarang udah tambah dewasa. Kalau produk saingannya lebih bagus, malah ada kemungkinan pindah. Mungkin saling sindir begini malah bisa menghibur fans," kata David kepada kumparan, Rabu (30/10).
Xiaomi dan Realme bersaing dalam daftar lima besar produsen smartphone terlaris di Indonesia. Data IDC pada kuartal tiga 2019 mencatat, Realme sukses masuk di peringkat empat produsen smartphone terlaris di Indonesia dengan pangsa pasar 12,6 persen. Prestasi ini diraih dalam waktu sekitar setahun. Xiaomi berada di peringkat lima dengan 12,6 persen. Posisi puncak diisi Oppo (26,2 persen), Vivo (22,8 persen), dan Samsung (19,4 persen).
Saling sindir antar smartphone ini juga dilakukan kedua brand di negara lain. Bahkan, ini melibatkan pengguna setia yang ikut ribut.
Kasus aksi sindir dari brand lain sering dilakukan Samsung terhadap iPhone. Sering dijumpai konten marketing Samsung yang menyindir teknologi Apple yang sudah ketinggalan zaman dari perspektif Samsung. Huawei juga pernah mengusik kapasitas baterai iPhone yang kecil dengan membagikan powerbank ke konsumen yang sedang mengantre iPhone XS. Baru-baru ini, Xiaomi Indonesia pernah membandingkan kelebihan produknya dengan brand lain macam Samsung, Oppo, dan Vivo.
Para produsen teknologi ini tidak takut untuk mengangkat kelemahan produk lawan demi meningkatkan awareness soal produk mereka. Salah satu platform yang dipakai adalah media sosial. Hanya dengan saling sahut dan sindir macam ini, brand telah melakukan peran pemasaran yang menarik perhatian publik. Beberapa kali aksi ini menumpang di akun milik orang atau media tersohor dengan banyak follower.
“Dengan membandingkan, misal lewat angka benchmark, lewat hasil foto, mereka melakukan direct marketing ingin menunjukkan pencapaiannya,” kata Lucky Sebastian, pemerhati teknologi gadget.
Strategi sindir menyindir ini, kata Lucky, dipercaya brand bisa menciptakan fans yang militan dan loyal. Fans yang menjadi kepanjangan tangan brand untuk memberikan mouth-to-mouth marketing.
Cara macam ini diterapkan Realme yang dalam strategi pemasarannya, memang meniru langkah-langkah Xiaomi. Positioning keduanya serupa. Fokus pada segmen low-end hingga middle-end. Menjual perangkat dengan harga terjangkau dan spesifikasi yang menarik di kelasnya.
“Dan ini gunanya pendukung atau fans yang militan. Seperti kita ketahui 'iklan' dari mulut ke mulut ini paling efektif untuk menjaring calon pengguna baru. Dengan bantuan para penggemarnya ini, walau tidak harus banyak mengeluarkan banyak biaya iklan yang mahal, tetapi pesan tentang keberadaan device mereka tersampaikan,” tambahnya.
Lembaga riset IDC pun menilai strategi marketing saling sindir sangat efektif untuk menciptakan engagement antara brand dengan publik. Apalagi, cara tersebut tidak mengeluarkan banyak dana.
“Xiaomi dan Realme memang enggak mengeluarkan banyak iklan di online atau offline. Mereka memanfaatkan MiFans dan RealFriends untuk mempromosikan brand mereka di media sosial,” kata Risky, kepada kumparan.
Pola komunikasi pemasaran begini dinilai menguntungkan publik. Konsumen mendapatkan kemudahan untuk mempelajari soal brand dan produk berdasarkan diskusi terbuka dan keterlibatan para fans dalam ‘baku hantam’ kedua perusahaan di media sosial.
“Mi Fans dan fans Realme itu sangat loyal sekali. Ya, bener juga, strategi kaya begini menciptakan militansi di kalangan fansnya,” tambahnya.
Namun, manajemen Xiaomi dan Realme di Indonesia mengelak bahwa aksi sindir adalah strategi marketing perusahaan untuk meningkatkan kesadaran konsumen terhadap produk. Keduanya sepakat bilang itu hanya untuk hiburan para pegiat teknologi smartphone.
Realme Indonesia bilang itu cuma untuk seru-seruan. Perusahaan membantah kalau itu adalah salah satu strategi marketing untuk meningkatkan awareness dan popularitas brand di media sosial.
"Bagaimana pun mereka akan tetap jadi kompetitor kita. Namun, kita enggak akan terang-terangan saling sikut gitu. Kita balik lagi, tetap stick di strategi kita untuk marketing yang fokus di produk, harga, stock sama service," ucap Krisva.
Sementara Xiaomi, menjelaskan itu cuma salah satu cara mereka berkomunikasi dengan para fans di media sosial. Saling sindir dianggap jadi cara yang asyik bagi perusahaan untuk mengetahui kebutuhan konsumen.
"Di Xiaomi, Mi Fans dan pengalaman pengguna terhadap produk kami adalah hal terpenting bagi kami. Cara kami berkomunikasi dengan para pengguna selalu dengan cara Xiaomi, yaitu lucu, penuh perhatian, ramah, dan memberikan solusi. Berkomunikasi melalui media sosial adalah salah satu cara kami untuk selalu mendengar dan berinteraksi dengan para pengguna, memastikan feedback mereka didengar dan ditangani secepatnya," ungkap juru bicara Xiaomi.
Tarung drajat Xiaomi dan Realme akan terjadi dalam jangka waktu panjang di Indonesia, karena keduanya bermain di segmen pasar yang sama. Tujuan hidup Realme adalah membunuh Xiaomi, sementara Xiaomi bilang, "Tidak semudah itu." Segala cara akan dilakukan untuk menyerang dan bertahan.
Siapa yang akan menang?