Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Pasar smartphone Indonesia makin bergairah dengan hadirnya dua ponsel gaming; Black Shark 2 Pro dan Asus ROG Phone 2. Keduanya mengusung spesifikasi gahar. Fakta tersebut mengundang pertanyaan mengenai keistimewaan smartphone gaming dibanding ponsel flagship lain yang punya spesifikasi mirip. Bukankah smartphone flagship juga bisa menjalankan game berat dengan lancar?
Kalau begitu, apa yang membuat smartphone gaming lebih unggul ketimbang ponsel flagship?
Xiaomi dan Asus menjadi dua vendor awal yang membawa smartphone gaming ke Indonesia. Keduanya percaya diri produk smartphone gaming mereka lebih unggul ketimbang ponsel premium atau flagship biasa. Mereka menyebut bahwa meski punya kemiripan dengan spesifikasi ponsel premium, ROG Phone 2 dan Black Shark 2 punya spesifikasi dan fitur yang memang dikhususkan untuk gaming.
"Smartphone premium dengan spesifikasi tertinggi memang ada banyak pilihannya. Tetapi tidak semuanya ditujukan untuk bermain game. Ada yang ditujukan untuk fotografi, ada yang ditujukan untuk bekerja kreatif dengan pilihan alat input tambahan, ada yang ditujukan untuk desain dan estetika, dan ada juga yang ditujukan untuk gaming," ujar Head of Public Relations Asus Indonesia, Muhammad Firman, saat dihubungi kumparan.
Firman menjelaskan, meski spesifikasi sama tinggi atau setara, tetapi smartphone gaming harus dilengkapi banyak komponen pendukung, seperti CPU dan GPU kencang, RAM besar, storage besar dengan teknologi penyimpanan cepat, layar besar dengan tingkat akurasi warna yang sangat baik, refresh rate tinggi, audio yang baik, baterai kuat, hingga sistem pendingin untuk mencegah ponsel panas berlebih.
"Sebagian besar smartphone premium punya beberapa faktor di atas. Tetapi ROG Phone 2 menyediakan semuanya," klaim Firman.
Sementara itu, Xiaomi juga mengungkapkan hal yang tak jauh berbeda. Juru bicara Xiaomi Indonesia mengatakan perusahaan berusaha menghadirkan pengalaman gaming yang tak tertandingi dan unik melalui seri Black Shark.
"Gaming phone secara khusus didesain bagi gamer sejati, seperti adanya antarmuka yang khusus, kemampuan engine yang tinggi, dan sistem pendinginan," ucap juru bicara Xiaomi Indonesia.
Perusahaan teknologi asal China itu mengungkapkan seri Black Shark 2 dan Black Shark 2 Pro telah didukung fitur bernama Elite Gaming Platform yang berfungsi meningkatkan pengalaman bermain para penggunanya.
"Dengan Elite Gaming Platform terbaru, membuat para gamer bisa lebih menguasai game dan memenangkan pertarungan mereka. Game Dock yang user friendly dihadirkan untuk pengelolaan game dan teknologi pendinginan Mille-Feuille Full Area Liquid Cooling System 3.0+ menghadirkan teknologi pendinginan yang dapat mengurangi temperatur CPU sampai 14 derajat," jelas Xiaomi.
Menurut pemerhati gadget yang dikenal melalui akun Twitter @gadtorade, Lucky Sebastian, smartphone flagship biasa memang tetap berbeda dengan smartphone gaming. Smartphone dengan embel-embel ‘gaming’ menawarkan spesifikasi lebih yang dikhususkan untuk bermain game. Untuk mereka yang benar-benar hobi banget main game di smartphone, ponsel gaming ini bisa memberikan kepuasan lebih.
Senada dengan Lucky, menurut analis dari firma riset IDC Indonesia, Risky Febrian, smartphone gaming tetap spesial ketimbang ponsel biasa. Smartphone gaming memberikan nilai lebih yang tidak dapat ditemukan pada ponsel flagship non-gaming.
“Jika dibandingkan dengan ponsel premium lain, ponsel gaming menawarkan fitur value-added yang mendukung performa bermain mobile game yang lebih baik,” kata Risky. “Seperti misalnya sistem pendinginan yang lebih baik, baterai yang lebih besar, refresh rate layar yang lebih tinggi, berbagai macam aksesori gaming tambahan, dan optimalisasi software yang lebih baik.”
Meski dilengkapi dengan berbagai fitur lebih untuk bermain game, smartphone gaming tetap memiliki kekurangan dibanding ponsel premium biasa. Menurut Lucky, hal ini merupakan dampak dari trade-off yang dilakukan produsen untuk meningkatkan fitur dan spesifikasi khusus gaming.
“Tentu saja ada trade-off dibanding ponsel premium lain. Biasanya ponsel gaming akan lebih berat dan tebal. Mungkin juga lebih boros baterai, dan biasanya faktor lain seperti kamera, tidak terlalu di-tuning dengan baik, sehingga hasilnya biasa-biasa saja, walau spek kameranya sejajar ponsel premium lain,” kata Lucky.
Pasar gaming menjanjikan
Keistimewaan smartphone gaming ketimbang ponsel premium juga dapat dilihat dari pangsa pasar yang dituju. Menurut Risky dari IDC, smartphone gaming punya segmentasi pasar yang khusus dan terbatas. Konsumen yang membeli ponsel premium biasanya cenderung lebih memilih ponsel hebat non-gaming karena performa dan spesifikasinya lebih merata di semua bidang, bukan hanya gaming.
Meskipun terbatas, hal tersebut tak berarti membuat masa depan smartphone gaming menjadi suram, malah sebaliknya. Xiaomi menyebut bahwa bertumbuhnya popularitas kompetisi esports menjadi jaminan dari penjualan smartphone gaming. Apalagi kini di Indonesia semakin banyak tim-tim esports beserta kompetisinya yang menjamur.
“Masa depan gaming phone di Indonesia sangat menjanjikan, sejalan dengan pertumbuhan popularitas esports dan industri mobile gaming serta makin tingginya minat pengguna memainkan game di perangkat mobile,” jelas Xiaomi.
Senada dengan Xiaomi, Muhammad Firman dari Asus juga mengakui tren industri gaming sedang tumbuh dengan pesat. Hal ini yang membuat nasib smartphone gaming diprediksi akan tetap cerah di masa depan.
“Dari sisi Asus, kita melihat masa depan ponsel gaming sangat cerah. Tren industri gaming dan juga kompetisi game, termasuk mobile game di Indonesia sangat pesat pertumbuhannya. Untuk itu, para gamers tentu membutuhkan perangkat yang membantu mereka untuk bermain game secara serius,” ungkap Firman.
Lantas, seberapa besar pengaruh industri gaming bagi bisnis smartphone? Lucky Sebastian sempat berbagi data kepada kumparanTECH mengenai hal tersebut. Ia membeberkan kebiasaan para pengguna smartphone yang senang bermain game.
“Di industri smartphone sendiri, 43 persen pengguna, menggunakan smartphone untuk bermain game, dan 74 persen pemasukan aplikasi di smartphone berasal dari gaming,” beber Lucky, sembari menyebut bahwa data tersebut berasal Qualcomm Snapdragon Tech Summit 2019 yang dihelat di Hawaii pada Desember 2019.
Lucky juga menambahkan, dibanding pemasukan dari layanan musik digital atau streaming film, industri gaming memiliki keuntungan yang jauh lebih besar. Industri game di smartphone bisa menghasilkan Rp 960 triliun selama 2019, jauh lebih besar ketimbang industri film yang hanya meraup Rp 576 triliun dan industri musik yang hanya meraup Rp 239 triliun.
Melihat tren ini, tentu kita bisa memahami mengapa Xiaomi akhirnya membawa Black Shark 2 Pro dan Asus membawa ROG Phone 2 ke Indonesia. Sebagai salah satu pasar industri game terbesar di Asia Tenggara, Indonesia menjadi kawasan yang menarik untuk menggaet konsumen baru di ranah gaming.
Xiaomi dan Asus mencoba beradu nasib dengan menghadirkan smartphone gaming jagoannya. Baik Asus ROG Phone 2 maupun Black Shark 2 Pro dibanderol dengan harga di bawah Rp 10 juta di Indonesia. Pemberian harga ini cukup menarik apabila melihat spesifikasinya yang gahar dan pengalaman maksimal saat bermain.
Sekarang, semua keputusan kembali ke para gamer. Jika kamu gamer sejati, apakah kamu akan memilih salah satu smartphone ini untuk jadi gaming gear terbaru?