Alasan Brand China Kini Berani Rilis HP Android Harga Mahal

27 Agustus 2020 14:58 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana gerai handphone di Roxy, Jakarta Pusat, Selasa (26/11). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Suasana gerai handphone di Roxy, Jakarta Pusat, Selasa (26/11). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
ADVERTISEMENT
2020 adalah tahun yang cukup aneh bagi industri smartphone di Indonesia. Baru di tahun ini, vendor handphone (HP) asal China kompak merilis smartphone flagship dengan harga tembus Rp 10 juta.
ADVERTISEMENT
Kita bisa melihat tren tersebut dari Xiaomi, Vivo, dan Realme. Ketiga merek tersebut biasanya bermain di segmentasi harga smartphone menengah ke bawah. Namun, agaknya hal tersebut hendak diubah oleh mereka mulai tahun ini.
Xiaomi, misalnya, merilis Mi 10 dengan harga Rp 10 juta pada tahun ini. Jejak tersebut kemudian diikuti oleh Vivo dan Realme yang uniknya sama-sama merilis smartphone bernama X50 Pro di Indonesia. Bedanya, Vivo X50 Pro dibanderol Rp 10 juta, sedangkan Realme X50 Pro dihargai Rp 12 juta.
Peluncuran smartphone premium berharga mahal itu seolah membantah pelabelan yang ada selama ini bahwa produsen asal China hanya bisa menghadirkan ponsel berharga murah. Sebelum ketiga vendor itu merilis smartphone flagship mereka, tercatat hanya Huawei dan Oppo yang berani merilis smartphone di atas Rp 10 juta di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Orang awam boleh jadi bingung dengan langkah berani vendor China untuk merilis handphone dengan harga mahal. Namun, bagi peneliti pasar dan pengamat smartphone, langkah itu wajar.
Pedagang ponsel di ITC Roxy Mas, Jakarta. Foto: Bianda Ludwianto/kumparan

Peluang masuk segmen flagship

Menurut peneliti firma riset pasar IDC, Risky Febrian, pangsa pasar smartphone flagship di Indonesia memang hanya berkisar 1-2 persen di setiap kuartal. Namun, sejauh ini persaingannya hanya didominasi oleh Samsung dan Apple.
Dengan demikian, segmen flagship menyediakan peluang besar bagi vendor lain untuk masuk dan ikut bersaing dengan kompetitor yang sudah ada.
"Ini merupakan peluang bagi vendor lain untuk dapat bersaing, walaupun dibutuhkan strategi yang jauh lebih matang untuk dapat menarik konsumen di segmen ini, karena mereka cenderung lebih loyal terhadap satu brand," kata Risky saat dihubungi kumparan, Rabu (26/8).
ADVERTISEMENT
Risky sendiri tak menampik bahwa para vendor China selama ini diasosiasikan dengan kesan smartphone 'ramah kantong'. Namun, ia melihat vendor China saat ini hendak membuktikan bahwa mereka juga mampu memproduksi smartphone premium dengan fitur dan teknologi yang tidak kalah dari brand besar lain.
Dari segi teknologi, kemunculan smartphone mahal dari vendor China juga beralasan. Menurut Risky, mereka telah mengimplementasikan chipset terbaru yang telah terintegrasi dengan 5G dan punya performa mumpuni.
Chipset Qualcomm Snapdragon 865. Foto: Qualcomm
Hal itu mendongkrak biaya produksi smartphone itu sendiri.
"Dengan mulai maraknya berbagai macam produksi chipset yang sudah mendukung 5G, para vendor smartphone pun semakin agresif untuk menawarkan smartphone dengan kapabilitas internet mobile 5G," kata dia.
"Hal yang wajar apabila semua vendor berlomba-lomba untuk memproduksi smartphone 5G dengan harga dan fitur yang sekompetitif mungkin, karena segmen 5G ini masih baru dan peluangnya masih terbuka lebar di market," sambungnya.
ADVERTISEMENT
Pendapat Risky diamini oleh salah satu brand smartphone asal China, Realme.
Pada pekan ini, mereka sempat menghebohkan lini masa media sosial, khususnya oleh para tech reviewer Indonesia, karena berani membanderol X50 Pro dengan harga Rp 12 juta. Namun, bagi perusahaan, langkah mereka masuk akal mengingat cip prosesor Qualcomm Snapdragon 865 terbaru yang digunakan untuk dapur pacunya.
"Jadi untuk Realme X50 Pro ini sendiri merupakan salah satu smartphone flagship Realme yang memang sudah ready dengan 5G. Kalau masalah harga, kita memastikannya lewat spesifikasi yang terkencang saat ini," kata juru bicara Realme kepada kumparan, Rabu (26/8).
Realme X50 Pro 5G. Foto: Bianda Ludwianto/kumparan
"Walaupun 5G ini belum siap di Indonesia, namun Realme sebagai brand yang tech trendsetter ingin menunjukkan kalau Realme juga mengikuti trend era 5G melalui X50 Pro ini dengan spesifikasi yang terbaik," sambungnya.
ADVERTISEMENT

Upaya memperluas pangsa pasar

Pengamat smartphone Lucky Sebastian juga menilai peluncuran smartphone mahal merupakan upaya vendor asal China untuk membuktikan kapasitas dan memperluas pangsa pasar mereka.
"Tujuan China brand masuk ke flagship, lebih untuk mendapatkan kepercayaan lebih atas pencapaian teknologi mereka, bahwa mereka sanggup membuat smartphone yang berkelas," kata Lucky kepada kumparan, Rabu (26/8).
Lucky menyebut, para vendor China itu sebenarnya telah memiliki smartphone flagship di negara asalnya. Namun, peluncuran smartphone high end itu, baik secara global maupun di Indonesia, belum terlalu sering dilakukan.
Menurut Lucky, sikap hati-hati vendor China untuk merilis HP mahal disebabkan karena setiap negara bisa punya komposisi brand penguasa smartphone yang berbeda. Jadi, strategi mereka yang pertama adalah merebut hati konsumen terlebih dahulu.
Pengunjung mengantre sambil memainkan Hp nya. Foto: REUTERS / Mike Blake
Nah, setelah mendapatkan kepercayaan dari konsumen, mereka baru membuktikan diri lebih lanjut melalui smartphone flagship. Lucky bilang, strategi ini bakal menguntungkan bisnis vendor smartphone China di masa depan. Sebab, mereka bisa meraup selisih keuntungan yang lebih besar.
ADVERTISEMENT
"Jadi setelah nama brand-nya dikenal, memang langkah selanjutnya harus lebih meyakinkan pengguna bahwa China brand sudah sejajar dengan brand-brand global lain," kata Lucky.
"Kalau sudah berhasil masuk menjadi pemain flagship global yang dipercaya, maka seri-seri di bawahnya akan lebih terangkat lagi karena kepercayaan masyarakat pengguna sudah lebih, kemudian nanti bisa mencari margin keuntungan yang lebih juga," sambungnya.
Di Indonesia sendiri, vendor China menguasai daftar lima brand smartphone dengan pangsa pasar terbesar di Indonesia. Hanya Samsung yang tercatat masih bertahan di tengah berondongan vendor China yang terdiri dari Vivo, Oppo, Xiaomi, dan Realme.
Kamu bisa lihat tren pangsa pasar smartphone di Indonesia melalui grafik dari IDC berikut.
Grafik pasar smartphone kuartal I 2020 di Indonesia. Foto: DOC. IDC

HP China sudah dianggap sejajar dengan brand smartphone global

Lantas, apa bisa vendor smartphone China bersaing di segmen flagship? Mengingat lawan mereka adalah Samsung dan Apple, yang notabene merupakan penguasa tradisional di segmen flagship.
ADVERTISEMENT
Ditambah lagi, karakteristik konsumen smartphone flagship berbeda dengan konsumen smartphone best-value yang lebih terjangkau. Mereka tak lagi memusingkan perbandingan spesifikasi dan harga yang ditawarkan, tetapi lebih melihat brand smartphone itu sendiri.
Menurut Lucky, tantangan semacam tersebut memang pasti dihadapi oleh vendor China yang mau masuk ke segmen flagship. Namun, masalah itu tak menjamin bahwa mereka akan gagal bersaing.
"Semuanya harus mulai dan dicoba, saat awal mungkin lebih berat, tidak akan bisa langsung menjual dalam volume besar. Tetapi jika dicoba konsisten maka diharap mereka yang menggunakannya akan semakin banyak dan kepercayaannya "menular" bahwa produk flagship yang dijual bagus," kata Lucky. "Suatu saat bisa saja klik dan masuk menjadi brand global yang diterima."
ADVERTISEMENT
Lucky bilang, kita bisa melihat contoh brand smartphone China yang berhasil bermain di segmen flagship melalui Huawei. Smartphone flagship mereka, kata Lucky, sudah mulai atau bahkan dianggap sejajar dengan brand global. "Jadi brand China lain, bukan tidak mungkin menjadi flagship global berikutnya."