news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Benarkah Main HP Bisa Bikin Orang Tersambar Petir?

3 Januari 2020 18:15 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi petir. Foto: pixabaya/chrischanfilm
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi petir. Foto: pixabaya/chrischanfilm
ADVERTISEMENT
Peristiwa nahas menimpa seorang pelajar bernama Erwansyah pada akhir tahun 2019 lalu. Remaja berusia 17 tahun tersebut tewas diduga karena tersambar petir saat bermain smartphone di kediamannya di Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat, Senin (30/12).
ADVERTISEMENT
Sebelum tewas, Erwansyah sempat diingatkan oleh kekasihnya agar tidak bermain smartphone karena sedang hujan deras disertai petir. Kematiannya yang mendadak itu kemudian disangkut pautkan bahwa dia meninggal karena tersambar petir yang dipicu akibat korban bermain smartphone saat hujan.
Insiden ini lantas menimbulkan tanda tanya: Apakah benar main smartphone bisa membuat orang tersambar petir?
Menurut Lucky Sebastian, seorang pakar gadget yang terkenal dengan akun Twitter @gadtorade, hubungan main smartphone dan tersambar petir adalah mitos belaka.
Ilustrasi petir. Foto: NTARA FOTO/Iggoy el Fitra/ama.
“Jadi main handphone saat hujan bisa tersambar petir adalah mitos atau hoax yang cukup lama sudah berputar. Dasar dari pemikiran ini adalah, handphone dianggap mengandung logam yang membuat ‘magnet’ bagi petir untuk menyambar. Pemikiran ini salah, karena logam pada handphone jumlahnya sedikit,” kata Lucky saat dihubungi kumparan, Kamis (2/1).
ADVERTISEMENT
Lucky menambahkan, mitos ini bermula dari pemahaman umum orang-orang bahwa karakteristik petir selalu menyambar benda yang tinggi dan segera menetralisir muatannya ke tanah. Dengan demikian, objek tinggi seperti pohon, tiang listrik, menara, bangunan tinggi, dan lain sebagainya sangat mungkin tersambar petir.
“Dasar ini yang membuat kita dulu disarankan tidak menggunakan telepon kabel (telepon standar berkabel/telkom) saat hujan, karena ada kemungkinan tiang telepon tersambar petir dan muatan listriknya mengalir lewat sambungan kabel ke telepon,” kata Lucky. “Dasar ini sepertinya yang kemudian berkembang menjadi jangan menggunakan ponsel (telepon selular) saat hujan, karena dikira sama, padahal ponsel tidak tersambung ke BTS melalui kabel.”
Lucky juga mengkritisi dugaan yang menyimpulkan bahwa Erwansyah meninggal karena tersambar petir. Dengan tidak adanya hasil autopsi resmi, kesimpulan tersebut hanya asumsi belaka.
Ilustrasi anak main smartphone. Foto: Thinkstock
Senada dengan Lucky, seorang pakar petir dari US National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), John Jensenius, menyebut bahwa smartphone tidak memiliki karakteristik untuk menarik petir. Orang yang tersambar petir ketika bermain smartphone adalah orang yang berada di tempat dan waktu yang salah, alih-alih karena smartphone itu sendiri.
ADVERTISEMENT
“Ponsel, barang logam kecil, perhiasan, dll, tidak menarik petir. Tidak ada yang menarik petir. Petir cenderung mengenai benda yang lebih tinggi,” kata John Jensenius, dalam situs resmi NOAA, tahun 2006 lalu.
“Orang-orang tersambar petir karena mereka berada di tempat yang salah pada waktu yang salah. Tempat yang salah adalah di mana saja ketika di luar. Waktu yang salah adalah kapan saja ketika badai petir mendekat,” sambungnya.
Adapun kekhawatiran bahwa smartphone bisa menarik petir telah menjadi mitos yang diterima oleh banyak orang tanpa dikritisi lebih lanjut. Menurut Mary Ann Cooper, seorang Associate Professor dari Departments of Emergency Medicine and Bioengineering, University of Illinois, mitos bahwa orang yang main smartphone bisa tersambar petir adalah misinformasi.
ADVERTISEMENT
"Literatur medis dan praktik medis sangat gemilang dengan contoh-contoh mitos (petir) yang tumbuh dari informasi yang salah dibaca, salah kutip, atau disalahtafsirkan dan kemudian terus disebarkan tanpa penyelidikan lebih lanjut,” jelas Cooper, melansir laporan Australian Mobile Telecommunications Association (AMTA), Jumat (3/1).