Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.1
ADVERTISEMENT
Layanan streaming film dan serial Netflix memang membawa era baru di ranah hiburan dan tentunya bisnis yang menggiurkan. Tidak heran kalau kehadirannya jadi incaran raksasa teknologi, seperti raja e-commerce Amazon.
ADVERTISEMENT
Pendiri Netflix , Reed Hastings dan Marc Randolph, bercerita Amazon pernah mengajukan penawaran untuk mengakuisisi Netflix. Saat itu, Netflix baru dua bulan diluncurkan pada 1998. Tawaran itu diajukan langsung oleh CEO dan pendiri Amazon, Jeff Bezos.
Kala itu, layanan Netflix masih sangat terbatas dan hanya bisa melayani pelanggan melalui email. Sementara Amazon masih berusia empat tahun dan masih gencar-gencarnya mengekspansi layanannya agar tidak jadi sekedar e-commerce biasa.
Di usia yang sangat muda, Amazon sudah berhasil mendapatkan valuasi sebesar 54 juta dolar AS. Dengan berbagai tekanan dari para investor agar terus berkembang cepat, Bezos berupaya merayu Netflix untuk menjadi bagian dari Amazon. Bezos seolah bisa melihat masa depan yang cemerlang dari platform nonton film online ini.
ADVERTISEMENT
“Jeff (Bezos) ingin bertemu kami,” kenang Randolph dalam memoirnya, dilansir CNBC.
Memenuhi panggilan itu, Randolph dan Hastings pun terbang dari California ke Seattle untuk bertemu Bezos. Setelah pertemuan antara Hastings dan Randolph dengan Jeff Bezos terjadi, tanpa pikir panjang, Bezos langsung mengajukan angka penawaran.
Tim Bezos memberi tawaran kepada Netflix di nilai kisaran delapan digit. “Ketika seseorang mengatakan delapan angka, itu artinya hampir delapan digit. Bisa jadi sekitar 14 juta hingga 16 juta dolar AS,” tulis Randolph.
Randolph mengatakan bahwa Bezos ingin perusahaannya menjadi toko serba ada “yang tidak pernah ada sebelumnya". Ambisi itu muncul karena saat itu Amazon meraih pendapatan hampir 100 juta dolar AS dari penjualan buku.
Mendengar tawaran itu, sebagai perusahaan yang baru saja mulai, Randolph dan Hastings cukup tergiur. Namun, karena Netflix baru saja diluncurkan dalam dua bulan dan mereka belum bisa membaca kesuksesan platform milik mereka di masa depan, mereka juga ragu untuk menjualnya begitu saja.
ADVERTISEMENT
Randolph yang memegang saham sebesar 30 persen dan Hastings yang memiliki saham 70 persen itu tidak mau produknya hilang begitu saja hanya dengan jutaan dolar AS. Alhasil, keduanya pun berdiskusi serius soal pro dan kontra akuisisi tersebut dalam perjalanan pulang ke California.
Pro dan kontra akuisisi Amazon
Poin pro terbesar dari diskusi ini adalah mereka sadar Netflix saat itu belum menghasilkan uang, mereka belum memiliki model bisnis menguntungkan. Di sisi lain, meski mereka meraih banyak pendapatan dari menjual DVD, tapi biayanya juga cukup tinggi.
Selain itu, mereka berdua tahu jika mereka tidak menjual perusahaannya ke Amazon, maka mereka akan bersaing dengan Amazon nantinya.
Namun terlepas dari itu, baik Randolph maupaun Hastings juga sadar bahwa mereka memiliki sesuatu yang bisa menggebrak. Saat itu, Netflix memiliki situs web dengan anggota tim yang cerdas dan punya jaringan dengan beberapa produsen DVD. Mereka juga menemukan cara untuk mendapatkan hampir setiap DVD di pasar dan Netflix menjadi sumber terbaik di internet untuk DVD.
Dugaan mereka pun benar. Keputusan yang mereka ambil untuk menolak tawaran Amazon sungguhlah tepat. Saat ini, Netflix adalah perusahaan internet terbesar keenam di dunia berdasarkan pendapatan, yang melebihi 15,7 miliar dolar AS pada tahun 2018, meningkat 35 persen dari 2017.
ADVERTISEMENT
Live Update