Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Penyebab tensi panas kedua perusahaan dimulai pada bulan September 2020. Saat itu, Apple menunda rilis fitur App Tracking Transparency di iOS 14. Fitur App Tracking Transparency sendiri, seperti namanya, berfungsi memberi tahu pengguna saat suatu perusahaan ingin melacak mereka di seluruh aplikasi dan situs web.
Peluncuran fitur ini terkendala komplain para pengembang aplikasi besar dan jaringan iklan. Facebook, misalnya, jadi salah satu pengembang aplikasi yang menentang fitur tersebut. Sejak Agustus 2020, mereka memperingatkan pengiklan di platformnya bahwa fitur App Tracking Transparency dapat menyebabkan penurunan lebih dari 50 persen dalam pendapatan penerbit iklan karena hilangnya personalisasi dari iklan di dalam aplikasi.
Keputusan Apple untuk menunda App Tracking Transparency mendapat kritik dari koalisi organisasi hak asasi manusia yang dipimpin Ranking Digital Rights. Koalisi menulis surat terbuka kepada CEO Apple, Tim Cook, pada Oktober lalu, dan meminta agar fitur App Tracking Transparency bisa dirilis secepatnya tanpa penundaan lagi.
ADVERTISEMENT
Menanggapi surat terbuka itu, Apple menulis surat tanggapan bertanggal 19 November 2020. Di dalam surat tanggapan itu, direktur privasi global Apple, Jane Horvath, menjelaskan bahwa Apple menunda fitur App Tracking Transparency dalam upaya memberi pengembang aplikasi lebih banyak waktu untuk bersiap menghadapi perubahan.
Horvath juga menekankan, “privasi adalah hak asasi manusia yang fundamental”. Ia juga menjelaskan kalau Apple berkomitmen merilis fitur App Tracking Transparency pada awal tahun depan dan menegaskan kalau penerbit iklan perlu mencari cara baru memasarkan iklan mereka tanpa melanggar privasi pengguna.
Lebih jauh, Horvath juga menyampaikan kritik tajam untuk Facebook di dalam surat tersebut. Ia mengatakan, Facebook telah "memperjelas" bahwa tujuan mereka adalah untuk "mengumpulkan data sebanyak mungkin" dari penggunanya:
ADVERTISEMENT
“Sebaliknya, Facebook dan lainnya memiliki pendekatan penargetan yang sangat berbeda. Tidak hanya memungkinkan pengelompokan pengguna menjadi segmen yang lebih kecil, mereka menggunakan data terperinci tentang aktivitas penjelajahan online untuk menargetkan iklan,” kata Horvath dalam surat resmi yang dia tulis, Rabu (19/11).
“Para eksekutif Facebook telah memperjelas niat mereka untuk mengumpulkan data sebanyak mungkin di kedua produk pihak pertama dan ketiga untuk mengembangkan dan memonetisasi profil terperinci pengguna mereka, dan pengabaian privasi pengguna ini terus meluas untuk menyertakan lebih banyak produk mereka.”
Facebook: Apple mengalihkan topik, cuma cari profit
Di sisi lain, Facebook menyerang balik surat yang dibuat Hovarth.
Menurut laporan The Independent, perusahaan yang dipimpin Mark Zuckerberg itu menuduh Apple menggunakan surat itu sebagai pengalihan isu dari kegagalan privasi mereka sendiri. Facebook juga menuding kalau Apple lebih menyukai aplikasinya sendiri, ingin meluncurkan produk iklannya sendiri, dan mengubah bisnis mereka "dari produk perangkat keras inovatif menjadi data-perangkat lunak dan media”.
Pernyataan Facebook pun meningkatkan ketegangan mereka dengan Apple. Kedua perusahaan memang sering secara terbuka memperdebatkan privasi dan kebijakan pengumpulan data di masa lalu. Namun, nada pernyataan Facebook yang terbaru menandai perubahan dari komentar mereka sebelumnya.
ADVERTISEMENT
“Apple sedang dituduh memantau dan melacak data pribadi orang-orang dari komputer pribadi mereka tanpa sepengetahuan pelanggan melalui pembaruan terbaru untuk macOS - dan surat hari ini mengalihkan hal itu,” kata juru bicara Facebook. "Mereka memiliki sejarah tentang ini."
MacOS memang sedang menuai kontroversi keamanan data pengguna baru-baru ini. Sejumlah pengguna melaporkan kalau launching app di MacOS versi terbaru lebih lambat ketimbang biasanya. Menurut penyelidikan ahli keamanan siber, Jeffrey Paul, ternyata masalah ini disebabkan karena server Apple sedang menerima data dari komputer pengguna secara diam-diam.
Facebook menuding, Apple pernah berusaha mengalihkan isu masalah privasi mereka sendiri dengan “mengubah topik” pembicaraan.
Salah satunya, menurut Facebook, adalah saat ditemukan masalah bug di FaceTime pada awal 2019 lalu. Bug tersebut membuat seseorang dapat mendengarkan percakapan orang lain tanpa mereka mengangkat telepon. Namun, menurut Facebook, Apple mengalihkan masalah itu dengan aksi memblokir Facebook dari aplikasi internalnya waktu itu.
ADVERTISEMENT
Apple sendiri tidak secara eksplisit menjelaskan mengapa mereka memilih untuk memberikan tanggapan kepada Ranking Digital Rights pada Rabu (19/11). Padahal, Ranking Digital Rights menyurati Apple sejak sebulan lalu.
The Independent melansir, Facebook juga menuding bahwa Apple telah "memperluas bisnisnya ke dalam periklanan dan melalui perubahan iOS 14 yang akan datang mencoba untuk memindahkan internet gratis ke dalam aplikasi dan layanan berbayar di mana mereka mendapatkan profit".
“Akibatnya, mereka menggunakan posisi pasar dominan mereka untuk mengatur sendiri pengumpulan data mereka sendiri sementara membuat pesaing mereka hampir tidak mungkin menggunakan data yang sama,” kata Facebook . “Mereka mengklaim ini tentang privasi, tetapi ini tentang profit.”
Adapun menurut Craig Federighi, kepala perangkat lunak Apple, menganggap bahwa pihaknya tidak mendominasi pasar mana pun. Sebaliknya, dia menyebut bahwa Apple hanya menawarkan kepada pelanggan pilihan platform mana yang akan digunakan.
ADVERTISEMENT
“Jika kami menjual mobil dengan kantung udara, dan kami memutuskan untuk meletakkan kantung udara di mobil kami sebelum orang lain melakukannya, dan pelanggan ingin membeli itu, saya pikir sangat bagus bahwa kami telah memberikan pilihan itu,” ucapnya.