Fotografer Servis MacBook Rp 143 Juta, Ternyata Masalahnya Sepele

16 Juni 2019 10:23 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Laptop Apple MacBook Pro. Foto: Caio Resende via Pexels
zoom-in-whitePerbesar
Laptop Apple MacBook Pro. Foto: Caio Resende via Pexels
ADVERTISEMENT
Tidak ada yang suka mengeluarkan banyak uang untuk servis laptop. Itu mau tidak mau harus dilakukan jika laptop ada tanda-tanda rusak, dan sebelum rusaknya makin parah, atau bahkan mati total.
ADVERTISEMENT
Soal servis laptop ini, seorang fotografer sekaligus ahli pemrograman komputer bernama Greg Benz, punya kisah tersendiri.
Ia pernah menghabiskan banyak uang untuk bisa menyembuhkan MacBook Pro miliknya yang rusak. Tapi, masalah sebenarnya yang dialami laptopnya bisa diperbaiki dengan mudah. Bahkan, tidak dipungut biaya apapun alias gratis.
Pria asal AS ini sudah menghabiskan hingga 10.000 dolar AS atau setara Rp 143 juta untuk perbaikan layar MacBook Pro-nya yang dinilai bermasalah. Ia bahkan melakukan servis laptop hingga empat kali.
Dua servis pertama, Benz melakukan penggantian motherboard atau papan induk komputer. Masih tidak bisa berfungsi dengan baik, pihak Apple memberikan laptop baru pada kegagalan ketiga. Sama seperti sebelumnya, layar MacBook tidak menunjukkan adanya kehidupan namun terdengar suara kipas mesin.
ADVERTISEMENT
Ketika dibawa lagi ke Apple Store, diperiksa hingga dua kali di fasilitas pemeriksaan di Texas, ternyata masalahnya bisa diselesaikan dalam hitungan detik. Semua diselesaikan dengan menaikkan tingkat kecerahan layar via tombol brightness.
Keyboard laptop Apple MacBook Pro. Foto: Luis Quintero via Pexels
Benz mengklarifikasi bahwa masalah pada mesin MacBook Pro ini disebabkan oleh beberapa jenis konflik software yang dia instal.
Hal ini terjadi karena di masa lalu Benz sering memakai MacBook Pro dalam mode clamshell, atau mode mengoperasikan laptop MacBook dengan layar internal tertutup, dan mengandalkan layar eksternal (atau proyektor) untuk aktivitas komputasi. Namun, Benz punya kebiasaan membiarkan laptop-nya terbuka, lalu menurunkan kecerahan layar ke tingkat nol (lampu latar mati sepenuhnya) untuk menghindari gangguan saat melihat ke layar eksternal yang jadi fokusnya.
ADVERTISEMENT
Benz juga punya kebiasaan meninggalkan laptopnya begitu saja, padahal perangkat itu masih nyala dalam mode sleep dan langsung mematikannya. Ketika dinyalakan, kecerahan layar berada di tingkat paling bawah sehingga layar itu seolah tampak mati.
Perangkat komputer Apple MacOS. Foto: Tranmautritam via Pexels
Mungkin, dalam kondisi ini, ada kesalahan sistem yang terjadi di MacBook, ditambah dengan konflik sejumlah software.
Masalah pada MacBook Pro milik Benz teratasi saat teknisi mencoba melihat lebih detail ke layar laptop dengan lampu senter smartphone. Ia melihat ada samar-samar login avatar yang selalu muncul setiap kali MacBook dinyalakan, hanya saja warnanya sangat redup.
Begitu teknisi meningkatkan kecerahan layar pada laptop, semuanya berfungsi dengan normal. Lancar jaya!
Sungguh disayangkan dalam perbaikan pertama sampai ketiga, Apple dan para teknisinya tidak memikirkan skenario di atas, sehingga membuat beberapa keputusan yang sebenarnya tidak harus diambil. Ternyata, oh, ternyata, sumber masalah ini ada di tombol tingkat kecerahan yang belum dipencet.
ADVERTISEMENT