Kisah Paul Allen Membangun Microsoft Bersama Bill Gates

16 Oktober 2018 10:03 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Paul Allen dan Bill Gates. (Foto: REUTERS/File Photo)
zoom-in-whitePerbesar
Paul Allen dan Bill Gates. (Foto: REUTERS/File Photo)
ADVERTISEMENT
Suatu siang yang cerah di taman sekolah Lakeside School pada musim semi 1968, dua bocah bertemu dan berbincang tentang mimpi besarnya. Keduanya memiliki ambisi yang besar terhadap teknologi.
ADVERTISEMENT
Mereka tidak pernah tahu, mimpi keduanya akan menjadi bagian yang kini tak pernah lepas dari kebutuhan manusia, melalui sebuah bisnis yang mereka bangun bersama bernama Microsoft. Ya, kedua anak tersebut adalah Paul Gardner Allen dan William Henry Gates III atau lebih dikenal Bill Gates.
Mungkin kalian begitu familiar dengan Bill Gates namun jarang atau bahkan tidak pernah mendengar nama Paul Allen. Namun sesungguhnya, peran Allen tak kalah penting dari Gates. Bisa dibilang tidak akan ada Microsoft tanpa Allen.
Allen adalah otak di balik kesuksesan Microsoft. Ia juga yang menggagas ide 'Micro-Soft' untuk jadi nama perusahaannya.
Lahir pada 21 Januari 1953 di Seattle, Washington, dan nama Allen seketika melambung setelah mendirikan Microsoft bersama Gates. Ia tumbuh menjadi seorang remaja dewasa yang sangat cerdas khususnya di bidang teknologi.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 1973, ia menempuh pendidikan di Washington State University. Namun setelah dua tahun kuliah, ia keluar dan bekerja sebagai programmer di sebuah perusahaan komputer bernama Honeywell yang berlokasi di Boston.
Co-founder Microsoft, Paul Allen. (Foto: Mark J. Rebilas/Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Co-founder Microsoft, Paul Allen. (Foto: Mark J. Rebilas/Reuters)
Masa awal Paul Allen dan Bill Gates mendirikan Microsoft
Setelah beberapa tahun di perusahaan tersebut, Allen berniat untuk memulai perusahaannya sendiri. Ia kemudian meminta Gates untuk bergabung dengannya membangun perusahaan.
Gates, yang kala itu tengah menempuh pendidikan perguruan tinggi di Harvard University, memutuskan putus kuliah untuk bersama Allen membangun perusahaan baru bernama Microsoft pada 4 April 1975. Inilah saat gelombang sistem komputer pribadi (PC) melanda Amerika Serikat.
Allen dan Gates memutuskan untuk merancang software baru berupa penerjemah bahasa pemrograman bernama BASIC. Keduanya memulai dengan menyediakan software Microsoft BASIC yang telah mereka kembangkan ke perusahaan-perusahaan baru pada saat itu, seperti Commodore dan Apple.
Microsoft. (Foto: Reuters/Brian Snyder)
zoom-in-whitePerbesar
Microsoft. (Foto: Reuters/Brian Snyder)
Allen berperan besar dalam mengamankan kontrak kerja sama dengan IBM pada November 1980. Kemitraan ini mewajibkan Microsoft menyediakan sistem operasi DOS (disk operating system) untuk perangkat komputer IBM.
ADVERTISEMENT
Perlu diketahui bahwa pada awal negosiasi kedua perusahaan, Microsoft belum mengembangkan sistem yang diminta IBM dan hanya bisa berjanji untuk menyediakannya. Di sini kemudian Allen menyiasatinya dengan membeli QDOS (Quick and Dirty Operating System) yang dibikin oleh karyawan Seattle Computer Products, Tim Paterson, untuk nanti software tersebut dikembangkan lagi oleh Microsoft.
Kemitraan dengan IBM ini menjadi tonggak sejarah Microsoft yang mengarah pada kekayaan dan kesuksesan Allen dan Gates.
Dua pendiri Microsoft, Bill Gates dan Paul Allen. (Foto: Anthony P. Bolante/Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Dua pendiri Microsoft, Bill Gates dan Paul Allen. (Foto: Anthony P. Bolante/Reuters)
Retaknya persahabatan karena pengkhianatan
Allen tak kunjung merasa lelah menciptakan ide dan inovasi untuk teknologi komputer yang brilian. Ia bisa datang dengan puluhan ide dan menyampaikan gagasannya kepada Gates, yang kala itu menjabat CEO dan pandai dalam urusan komersial, untuk persetujuan.
ADVERTISEMENT
Dedikasi Allen begitu besar terhadap eksistensi dan pengembangan Microsoft di awal kehadirannya di industri teknologi. Namun sayangnya dedikasi tersebut justru berbuah pengkhianatan.
Allen memang tidak pernah menyebut bahwa Gates, pemuda yang ia ajak untuk bersama-sama membangun perusahaan impiannya, mengkhianatinya. Namun setidaknya itulah yang ia curahkan dalam bukunya yang berjudul 'Idea Man: a Memoir'.
Paul Allen dan Bill Gates. (Foto: AFP PHOTO / Kevin Winter dan Mandel Ngan)
zoom-in-whitePerbesar
Paul Allen dan Bill Gates. (Foto: AFP PHOTO / Kevin Winter dan Mandel Ngan)
Dalam buku tersebut, Allen menuliskan persahabatan keduanya diuji ketika Microsoft berkembang begitu pesat. Gates meminta bagian lebih banyak karena merasa bekerja lebih keras dengan andilnya untuk menguangkan ide milik Allen.
"Aku berasumsi kemitraan kami 50-50. Tapi Bill punya ide lain," tulis Allen. Gates meminta bagian saham Microsoft lebih besar, 64-36. Allen pada akhirnya setuju.
Keharmonisan antara keduanya semakin pahit seiring dengan melejitnya popularitas Microsoft di industri teknologi. Mereka bisa menghabiskan satu hari penuh untuk beradu argumentasi. Hal ini pun semakin memburuk saat Gates mengajak temannya Steve Ballmer untuk bergabung, yang di kemudian hari akan menjadi CEO Microsoft.
ADVERTISEMENT
Tak tanggung-tanggung, Gates berani menawarkan 8,75 persen saham kepada tuan pendatang baru tersebut. Hal itu membuat Allen geram.
Bill Gates (Foto: Wikimedia/Kees de Vos)
zoom-in-whitePerbesar
Bill Gates (Foto: Wikimedia/Kees de Vos)
Terserang kanker limfoma non-Hodgkin
Kala ambisi Allen semakin membara, sayang tubuhnya tak sekuat dulu dalam menopang semangat mimpi besarnya. Pada tahun 1982, ia divonis menderita kanker limfoma non-Hodgkin dan terpaksa absen bekerja.
Saat kembali ke Microsoft, dia merasa seperti uang, tak dianggap di perusahaan yang ia dirikan. Dalam bukunya, bahkan nama Microsoft tercerus dari kepala Allen, bukan merupakan hasil diskusi antara ia dan rekannya yang tak menganggapnya lagi.
Tak hanya itu, Allen bahkan juga mendengar desas-desus kalau Gates dan mitra barunya ingin mengurangi jatah sahamnya. Kabar tersebut benar-benar membuatnya naik pitam.
ADVERTISEMENT
“Aku tidak bisa tahan lagi. Aku meledak dan berteriak ‘ini sulit dipercaya. Ini benar-benar menunjukkan karaktermu yang sebenarnya’,” tulis Allen.
Co-founder Microsoft, Paul Allen. (Foto: Matthew Emmons-USA TODAY Sports/Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Co-founder Microsoft, Paul Allen. (Foto: Matthew Emmons-USA TODAY Sports/Reuters)
Ballmer dan Gates meminta maaf atas perilaku yang membuat Allen merasa tersakiti. Tapi bagi Allen, hubungan mereka tak bisa diperbaiki lagi, hingga akhirnya memutuskan mundur dari Microsoft.
Gates mencoba membeli saham Microsoft yang dimiliki Allen seharga 5 dolar AS per lembar, tapi Allen menolaknya jika itu di bawah harga 10 dolar AS. Gates akhirnya setuju dengan harga yang diminta Allen.
Allen akhirnya resmi meninggalkan perusahaan yang ia dirikan tersebut di tahun 1983. Meskipun begitu, ia masih menjadi dewan direksi perusahaan hingga 9 November 2000.
Cerita Allen di buku biografinya itu pernah dikomentari oleh Gates. Apapun yang terjadi di masa lalu, Gates tetap berterima kasih pada Allen.
ADVERTISEMENT
"Meskipun ingatanku pada semua peristiwa itu mungkin berbeda dari Paul, aku menghargai persahabatannya dan kontribusi penting yang dibuatnya pada dunia teknologi dan Microsoft," sebut Gates.
Co-founder Microsoft, Paul Allen. (Foto: Anthony P. Bolante/Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Co-founder Microsoft, Paul Allen. (Foto: Anthony P. Bolante/Reuters)
Investasi dan filantropi
Setelah meninggalkan Microsoft, Allen menjadi seorang investor melalui perusahaannya yang bernama Vulcan. Ia membeli berbagai perusahaan dari berbagai pasar. Portofolio Vulcan sekarang terbentang dari Museum of Pop Culture di Seattle, lalu sebuah perusahaan yang berfokus pada machine learning untuk mencegah dampak perubahan iklim, hingga Stratolaunch yang membangun pesawat luar angkasa.
Allen juga dikenal dengan sejumlah kegiatan kemanusiaannya, yang dijalankan lewat organisasi Paul G. Allen Philanthropies. Selain itu, ia juga menyukai olahraga karena Allen merupakan pemilik dari tim Portland Trail Blazers serta Seattle Seahawks.
ADVERTISEMENT
Mengenang Paul Gardner Allen
Kanker limfoma non-Hodgkin yang Allen miliki sejak 1983 tersebut semakin menggerogoti tubuhnya. Ia pun menghembuskan napas terkahirnya pada Senin (15/10) di usianya yang ke-65 tahun.
Kepergiannya meninggalkan duka bagi mereka yang tersentuh oleh jasa Paul selama mendiang masih di dunia. Seperti CEO Microsoft saat ini, Satya Nadella, turut mengungkapkan rasa belasungkawanya dan mengingat kembali pentingnya kontribusi Allen untuk Microsoft dan industri teknologi.
"Kontribusi Paul Allen untuk perusahaan kami, industri kami, dan komunitas kami sangatlah penting. Sebagai co-founder Microsoft, dengan gayanya yang kalem dan gigih, ia mampu menciptakan produk, pengalaman dan perusahaan yang menakjubkan, dan dengan melakukannya, ia telah mengubah dunia," tulis Nadella, dalam pernyataannya.
"Saya belajar banyak dari dia, mulai rasa keingintahuannya, dan mendorong standar tinggi yang menjadi sesuatu yang terus menginspirasi kami dan semua yang ada di Microsoft. Hati kami bersama keluarga Paul dan yang dicintainya. Istirahat dalam damai," tutup Nadella.
ADVERTISEMENT