Kisah Petani Tajir Jualan Online Live Streaming di TikTok, Raup Rp 672 Miliar

10 Juli 2021 9:31 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi petani sedang panen. Foto: MOHAMED ABD EL GHANY/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi petani sedang panen. Foto: MOHAMED ABD EL GHANY/REUTERS
ADVERTISEMENT
Seorang petani asal China, Jin Guowei, berhasil meraup untung miliaran rupiah dengan berjualan secara live streaming. Ia melakukan trik penjualan yang tak biasa itu di platform Tiktok versi China, Douyin.
ADVERTISEMENT
Sebagai seorang petani, penghasilan Guowei tergolong fantastis. Ia mengantongi duit 300 juta yuan atau setara Rp 672 miliar sepanjang tahun 2020.
Padahal jika menilik ke belakang, Guowei sempat terlilit banyak utang dan mencoba menjajakan hasil kebunnya kepada turis di Yunnan, China. Agar utangnya lunas, Ia putar otak untuk meningkatkan penjualan.
Lantas, ia kemudian melakukan terobosan dalam memasarkan dan menjual buah hasil panen dengan menggunakan platform Douyin. Di aplikasi kembaran TikTok itu, Guowei memiliki akun dengan nama Brother Pomegranate.
Akun Douyin tersebut kini memiliki follower sebanyak 7,3 juta. Tak tanggung-tanggung, ia pun pernah menjual buah delima senilai 6 juta yuan atau sekitar Rp 13,4 juta dalam 20 menit. Guowei pun bisa melunasi utangnya dengan cepat.
Ilustrasi TikTok. Foto: AFP

Tren jualan hasil panen pertanian secara live streaming

Mengutip Bloomberg, penjualan produk pertanian secara live streaming yang dilakukan Guowei sedang menjadi popular di China. Tren terjadi para petani di provinsi terpencil menjual barang langsung ke konsumen di perkotaan melalui live streaming.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan data Douyin, pendapatan yang dihasilkan oleh pembuat konten yang notabene adalah para petani di pedesaan telah tumbuh 15 kali lipat dari tahun ke tahun. Jumlah live streaming yang dilakukan petani di China sangat besar dan berkembang pesat.
Sampai Maret lalu, lebih dari 100.000 petani mengadakan 2,52 juta sesi live streaming di platform Taobao Live milik Alibaba Group. Pembuat konten pertanian Douyin dengan lebih dari 10.000 pengikut naik enam kali lipat dari tahun sebelumnya.
Selain Guowei, ada juga petani lain yang bernama Guo Chengcheng. Ia sukses berinteraksi dengan 2,5 juta penggemarnya di Douyin dari ladang milik keluarganya. Chengcheng bisa memanen hasil kebunnya, mulai dari labu mini hingga buah persik sambil berjualan secara live streaming.
Seorang petani mengangkat karung berisi cabai hasil panennya di Kecamatan Sembalun, Lombok Timur, NTB. Foto: ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi
Chengcheng bisa menerima sebanyak 50.000 pesanan per streaming. Ia mampu menghasilkan setidaknya 9 juta yuan atau sekitar Rp 20 juta per bulan dari hasil jualan di live streaming.
ADVERTISEMENT
Untuk mengangkut hasil panen, petani masih harus mengandalkan distribusi dari perusahaan e-commerce besar seperti JD Logistics atau Cainiao dari Alibaba. Penjualan langsung menghadapkan mereka pada lebih banyak risiko, terutama dari pelanggan yang meminta pengembalian uang untuk barang yang rusak.
Persaingan yang berkembang dan biaya yang lebih tinggi untuk pengiriman khusus dapat mengikis margin keuntungan. Tapi peningkatan pesanan dan basis pelanggan setia, bisa menjadi andalan para petani digital ini.
Douyin menyebutkan bahwa fenomena Guo Chengcheng dan Jin Guowei adalah bagian dari arus balik migran yang kembali ke pedesaan, setelah puluhan tahun merantau ke kota. Pergeseran itu ditambah dengan munculnya pandemi, yang memaksa lebih dari 23 juta pekerja migran untuk tinggal di kampung halaman mereka.
ADVERTISEMENT
Ketika sistem transportasi publik terhenti, hasil pertanian mendekam di gudang. Pada saat yang sama, konsumen yang terjebak di rumah, memasak lebih dari sebelumnya. Permintaan bahan makanan segar online melonjak dan menawarkan petani skala kecil menjadi pengusaha dengan memanfaatkan teknologi digital.