Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Jangan sedikit-sedikit terbawa perasaan sebab baper pangkal celaka. Bikin mutung dan buntung alih-alih untung.
“Mencoba sesuatu jangan baperan. Kalau sudah tahu gagal, tinggalkan, coba lagi yang baru. Itu proses yang harus selalu diasah. Naik sepeda, jatuh, bangun, jatuh lagi, begitu terus. Kalau sekali jatuh anda menyerah, anda tak akan bisa naik sepeda,” ujar Dirut Telkomsel Setyanto Hantoro , akhir September 2020.
Innovation and agility menjadi dua hal yang betul-betul ditekankan Setyanto dalam memimpin Telkomsel. Terlebih, operator telekomunikasi seluler terbesar di Indonesia itu kian mantap menapak jalan menuju digital telecommunication company.
“Untuk mempercepat jalan menjadi digital telco company, orang-orang di dalam Telkomsel, yang membentuk perusahaan ini, perlu melakukan transformasi mindset dan capability-nya menjadi digital mindset dan digital capability. Nah, ciri utama digital mindset adalah agile (lincah) dan innovative,” kata Setyanto.
Pola pikir harus berubah sesuai tuntutan zaman. “Kalau zaman dulu, mungkin orang takut salah karena salah itu (dianggap) dosa, sekarang, salah adalah bagian dari pembelajaran. Jangan takut salah. Kalau jatuh, cepat bangkit. Itu mindset-nya.”
Artinya, inovasi terkait erat dengan keberanian untuk mengambil risiko, namun tetap terkontrol. Dan di sinilah letak keunggulan kompetitif generasi milenial dan gen Z, selaku sumber daya kunci yang akan melanjutkan pembangunan negeri ini.
“Generasi milenial dan Gen Z ini ibaratnya sejak lahir sudah pegang gadget. Jadi adopsi mereka atas new digital tech lebih cepat dibanding generasi-generasi sebelumnya. Anak-anak sekarang sudah menguasai berbagai software and game—very fluent,” kata Setyanto.
Kemampuan itu dapat menjadi kekuatan generasi muda dalam membangun karier ke depan. Dan digital capability macam big data analytics dan cloud computing itu pula yang harus dikuasai Telkomsel sebagai the soon-to-be digital telco company .
Satu hal yang tak boleh dilupakan di masa serba-digital ini: kearifan. Bukan berarti semua pengalaman masa lalu pasti tepat diterapkan saat ini, tapi ada kearifan masa lalu yang bersifat abadi sehingga Setyanto menyarankan agar generasi muda memadukannya dengan kelihaian mereka dalam berteknologi
“Manfaatkan wisdom dari masa lalu; kombinasikan dengan kemampuan dalam mengadopsi teknologi digital.”
Dan ucapan “jangan baperan” yang diucapkan Setyanto di awal sesungguhnya juga suatu kearifan yang menunjukkan profesionalitas seseorang.
Profesional menurutnya adalah bagaimana seseorang menempatkan sesuatu pada proporsinya dan memberikan yang terbaik sesuai porsinya. Setyanto yang tak suka birokratis tak pernah ragu untuk berkomunikasi dengan stafnya yang jauh lebih muda dengan langsung bertanya kepada mereka.
Semua saran yang masuk pasti akan jadi pertimbangan pemimpin untuk membuat suatu keputusan terbaik bagi perusahaan maupun pemangku kepentingan. Ketika pemimpin sudah menentukan suatu keputusan, maka Setyanto berharap para karyawan menjalankan keputusan tersebut sesuai porsinya masing-masing.
“Meski keputusan tidak sesuai dengan pendapat pribadi anda, jalankan itu. Percayalah bahwa masukkan anda sudah dipertimbangkan pimpinan. Jaga profesionalitas dan kondusivitas di lingkungan kerja,” ujar Setyanto.
Tak Henti Melayani di Masa Pandemi
“Dari sisi finansial memang agak terdistraksi karena perekonomian turun. Tapi kami melihat ini sebagai long game, bukan short game. Yang penting melayani pelanggan sebaik mungkin sehingga mereka tetap bersama kami dan menikmati layanan kami,” kata Setyanto.
Di sisi lain, pandemi menunjukkan bahwa industri telekomunikasi menjadi tulang punggung masyarakat bagi akses informasi, komunikasi, dan internet. Peran vital ini niscaya akan menguat di masa depan dan hal ini menjadi lecutan semangat bagi Telkomsel.
Digital connectivity, digital platform, dan digital service, kini menjadi prioritas Telkomsel.
Digital connectivity hadir melalui perkembangan jaringan internet mobile tiga dekade terakhir. Telkomsel pun kini telah menguji coba jaringan 5G di Indonesia untuk berbagai bidang, mulai untuk memenuhi kebutuhan industri, video streaming, cloud gaming, hingga mobil tanpa sopir.
Selain itu, khusus untuk mendukung pembelajaran jarak jauh (PJJ), Telkomsel mengoptimalisasi jaringan di area residensial dengan meningkatkannya ke kapasitas spektrum besar agar layanan broadband (koneksi internet berkecepatan tinggi) dapat diakses tanpa hambatan saat traffic komunikasi data sedang padat.
Daerah-daerah pelosok tak luput dari perhatian Telkomsel. Perusahaan pelat merah itu memastikan 1.083 unit base transceiver station di wilayah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T) Indonesia terkoneksi dengan jaringan 4G LTE agar proses PJJ di daerah-daerah itu dapat semakin setara dengan wilayah perkotaan.
Untuk digital services, Telkomsel menyediakan berbagai layanan gaya hidup seperti video-on-demand streaming MAXstream, games, dan musik. Pengguna MAXstream dapat mengakses ragam konten di layanan VOD lain karena Telkomsel telah bekerja sama dengan Vidio, iflix, HBO Go, Disney+ Hotstar, dan TVN.
Telkomsel juga memiliki portal Dunia Games yang menyediakan layanan khusus bagi ekosistem gaming, termasuk gelaran kompetisi e-sports. Itu belum semua, karena Telkomsel turut menyediakan layanan digital bagi korporasi, UMKM, hingga instansi pemerintah.
Bagi Setyanto, perkembangan industri telekomunikasi sangat menarik. “Dari sisi layanan, dulu voice dan SMS menjadi raja, sedangkan (traffic) data kecil. Sekarang terbalik. Next, ini akan bergerak ke arah berbeda lagi. Nantinya, yang bermain adalah digital services.”
Maka, tak heran Telkomsel tancap gas merambah jalan menuju digital telecom company. Pandemi COVID-19 di sisi lain mempercepat proses adopsi teknologi digital dalam kehidupan masyarakat menjadi 5–10 tahun lebih cepat dari yang seharusnya, dan momen itu akan dimanfaatkan sebaik mungkin oleh Telkomsel untuk mencapai target jangka panjang.
“Akses komunikasi digital ini harus bisa lebih banyak dinikmati oleh masyarakat di seluruh Indonesia, dan kami terus mengupayakannya,” tutup Setyanto.