Rubrik Internet of Things Gadget Edisi 2

Memahami Segala Hal Penting tentang 5G, Apa Manfaatnya untuk Kita?

12 Desember 2019 11:00 WIB
comment
20
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Rubrik Internet of Things Gadget edisi 2. Foto: Rangga Sanjaya/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Rubrik Internet of Things Gadget edisi 2. Foto: Rangga Sanjaya/kumparan
5G sudah di depan mata. Teknologi penerus 4G LTE ini mulai diadopsi oleh sejumlah operator telekomunikasi internasional di beberapa negara. Sementara di Indonesia sudah mulai menjajal 5G dalam bentuk uji coba.
5G adalah teknologi jaringan internet mobile generasi kelima. Ia dijanjikan memiliki kecepatan download dan upload data yang jauh lebih cepat dibanding pendahulunya, serta memiliki koneksi yang lebih stabil. 5G juga diharapkan mampu mentransmisikan data 1 Gigabit per detik (Gigabyte per second/Gbps) hingga 10 Gbps.
Spektrum 5G
Tidak seperti 4G LTE, 5G beroperasi di semua lini spektrum, menurut laporan DigitalTrends. Ada lower-band, middle-band, hingga upper-band. Lower-band biasanya menawarkan jangkauan area yang luas, namun kecepatan data yang disuguhkan hanya sanggup sekitar 100 Mbps.
Sementara middle-band menghadirkan kecepatan data yang lebih baik dan latensi yang lebih rendah dibanding lower-band. Kecepatan data yang ditawarkan pita frekuensi ini biasanya tembus 1 Gbps.
Ilustrasi 5G. Foto: REUTERS/Sergio Perez
Terakhir upper-band. Spektrum di kategori ini menjanjikan performa yang cocok untuk jaringan 5G. Kecepatan data di pita frekuensi ini bisa mencapai 10 Gbps dan punya latensi yang sangat rendah. Sayangnya, cakupan areanya sangat rendah.
Soal pita frekuensi ini, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) sudah mulai membidik beberapa spektrum yang bisa dipakai untuk implementasi internet mobile 5G di Indonesia. Dirjen Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika Kominfo, Ismail, bahkan sudah memegang kandidat pita frekuensi 5G di Indonesia, berikut di antaranya
Di lower-band, ada 800 MHz. Ia sendiri sudah dimanfaatkan operator seluler untuk menggelar 4G. Selain 800 MHz, ada juga 700 MHz yang juga masuk kandidat. Sayangnya, spektrum ini sudah dipakai untuk siaran televisi analog.
Jaringan 5G Foto: Reuters
Sementara middle-band ada 3,5 GHz dan 2,6 GHz. Pita frekuensi di sektor ini telah dimanfaatkan untuk satelit pada layanan penyiaran. 2,6 GHz, misalnya, sudah dipakai oleh satelit S-Band MNC Vision (sebelumnya Indovision).
Terakhir adalah 26 GHz di sektor upper band. Ia adalah kandidat spektrum terkuat yang paling mudah diimplementasi untuk 5G di Indonesia karena belum dimanfaatkan untuk layanan telekomunikasi apapun.
"26 GHz itu really free. Siap untuk diluncurkan dan sudah banyak vendor (perangkat jaringan maupun perangkat end-user) yang mengembangkan ekosistem di sana," kata Ismail, di acara uji coba 5G Telkomsel untuk industri di Batam pada 28 November 2019 lalu.
5G untuk Industri 4.0
Pada Oktober 2019, Vice President Network Smartfren, Munir Syahda Prabowo, pernah berkata teknologi 5G diprediksi akan dimanfaatkan terutama untuk kepentingan industri, dan belum menjadi suatu teknologi yang akan menggantikan konektivitas 4G.
Hal senada juga disampaikan oleh Ketua Umum Asosiasi Penyelenggara Telekomunikasi Seluruh Indonesia (ATSI), Ririek Adriansyah. Pria yang juga menjabat sebagai Dirut Telkom ini menyebut 5G akan menjadi teknologi pendukung industri 4.0.
"Dari industri kita sadari, 5G sudah ada hilalnya. 5G ini sebenarnya sudah ada sejak 2017. Akan digunakan di industri, termasuk 4.0," kata Ririek kala itu.
Uji coba 5G dari Telkomsel. Foto: Aditya Panji/kumparan
Soal 5G untuk industri sudah pernah diuji coba oleh sejumlah operator seluler di Indonesia. Smartfren, misalnya, pernah tes jaringan 5G di Marunda Refinery PT Smart, Bekasi. Operator menguji teknologi ini dalam beberapa kasus, salah satunya remote monitoring yang memungkinkan pengguna melihat bagian pabrik yang terlarang dimasuki oleh manusia.
Telkomsel juga pernah menguji 5G untuk industri di Batam pada akhir November 2019 lalu. Dari adopsi sementara jaringan 5G di industri diklaim dapat mendorong peningkatan kualitas, produktivitas, automasi, dan efisiensi dalam operasional.
Selain kebutuhan manufaktur, 5G juga dapat membantu meningkatkan penerapan teknologi Internet of Things (IoT). Teknologi ini akan membuat setiap perangkat menjadi pintar dan terhubung dengan internet. Contoh dari IoT adalah bagaimana suatu perangkat robotika bisa bergerak berkat terhubung dengan internet dan menjalankan fungsinya.
Mobil Otonom dan Cloud Gaming
Contoh lain dari IoT adalah kendaraan otonom. Telkomsel menjadi salah satu operator yang menjajal 5G untuk mobil otonom pada perhelatan Asian Games 2018 lalu. Pengujian 5G ini berjalan di spektrum 28 GHz dan diklaim memiliki kecepatan 16 Gbps.
Kala itu, jaringan 5G yang digelar sementara oleh Telkomsel dipakai untuk menggerakan mobil otonom buatan Navya. Mobil ini disebut dapat memahami lingkungan sekitar dan mendeteksi halangan atau mengantisipasi gerakan di sekitarnya, mengkalkulasi dan memperkirakan rute jalan yang ditempuh, serta berjalan berdasarkan keputusan yang diambil sistem.
Mobil otonom Telkomsel di Asian Games 2018. Foto: Astrid Rahadiani/kumparan
Deputy General Manager Technical Planning Hutchison Tri Indonesia, Irwan Radius berkata, pemanfaatan 5G tak hanya fokus pada industri automation saja. Ia juga bisa digunakan untuk hal lain, misal, game berbasis komputasi awan alias cloud gaming.
"Di Indonesia, semua arahnya ke industri, automation, tetapi sebenarnya juga banyak yang bisa dimanfaatkan melalui 5G. Cloud gaming juga akan semakin tren karena esports semakin berkembang. Investasinya tidak dari sisi user, tetapi network," katanya di sela acara forum Embarking 5G di Balai Kartini, Jakarta, Rabu (27/11).
Jaringan 5G. Foto: Reuters
Cloud gaming memungkinkan sebuah game komputer, PlayStation 4, hingga Xbox One, mampu dimainkan langsung secara real-time di perangkat mobile macam smartphone. Oleh sebab itu, teknologi ini butuh kecepatan konektivitas data yang tinggi dan stabil, seperti yang ditawarkan jaringan internet mobile 5G.
Video Call hingga Komunikasi Hologram
4G LTE memungkinkan pengguna seluler melakukan panggilan video atau video call di smartphone. Dengan 5G, kemampuan tersebut semakin meningkat dengan resolusi video dan stabilitas konektivitas yang lebih baik.
Telkomsel menjadi operator pertama yang menjajal video call memakai 5G di Indonesia. Perangkat yang dipakai adalah smartphone Oppo Reno 5G yang mendukung modemX50. Hasil uji berjalan lancar dengan video call berlangsung selama kurang lebih 3 menit.
Selain video call, komunikasi hologram juga memungkinkan di jaringan internet mobile 5G. XL Axiata pernah melakukan hal ini pada Agustus 2019 dan Tri pada September 2019 silam.
XL Axiata dan Menkominfo Rudiantara (tengah) menguji jaringan 5G untuk komunikasi virtual hologram. Foto: XL Axiata
Uji komunikasi hologram XL Axiata berjalan lancar dan tidak ada lag atau hambatan jaringan. Direktur Teknologi XL Axiata, Yessie D. Yosetya, dapat berinteraksi dan berbincang dengan Rudiantara, Menkominfo kala itu. Sementara Tri menampilkan interaksi hologram Ketua F5Gi Sigit Puspito Wigati Jarot, yang berada di Jakarta, berbincang dengan mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) di Surabaya.
Regulasi 5G
Jaringan 5G sudah mulai diuji coba operator seluler di Indonesia. Namun regulasi yang mengatur soal internet mobile penerus 4G LTE di Indonesia belum juga terangkum.
Menurut Anggota Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI), I Ketut Prihadi Kresna, pemerintah masih mencari formula yang tepat untuk mengatur jaringan 5G. Beberapa poin perlu dikaji, seperti perangkat, alokasi spektrum frekuensi, hingga aplikasi.
"Belum ada (regulasi 5G). Kita masih mencoba mencari-cari. Sampai sekarang belum bisa kita putuskan," ucapnya kepada kumparan.
Telkomsel 5G Experience di Asian Games 2018. Foto: Bianda Ludwianto/kumparan
Senada dengan Ketut, Ismail melihat ada beberapa kebijakan yang harus pemerintah pertimbangkan saat ini. Salah satunya 5G sebagai spektrum industri yang jangkauannya harus lengkap, mulai dari lower-band, middle-band, hingga upper-band.
Baik Ketut dan Ismail sepakat bahwa operator seluler di Indonesia perlu berbagi infrastruktur telekomunikasi untuk 5G. Mekanismenya ini masih digodok oleh pemerintah yang juga dibahas bersama dengan operator.
"Spectrum sharing harus ada mekanismenya, tentu harus dilakukan secara fair. Itu dilakukan di negara lain untuk menekan cost 5G secara keseluruhan," kata Ismail. "Dorong infrastructure sharing. Bisa kurangi cost 40 persen terkait jaringan akses. Ini how to-nya perlu dibahas karena ada kapasitas yang tidak balance antar operator."
Dengan 5G yang masih dalam tahap uji coba dan regulasi yang juga belum matang, masyarakat Indonesia sementara harus puas dengan layanan data berbasis 4G LTE.
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten