Menjejak Asgardia, Negara Pertama di Antariksa

27 Juli 2017 11:41 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:16 WIB
comment
8
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bayangan Asgardia oleh James Vaughan (Foto: James Vaughan)
zoom-in-whitePerbesar
Bayangan Asgardia oleh James Vaughan (Foto: James Vaughan)
ADVERTISEMENT
Asgardia, sederhananya, adalah negara yang bertempat di antariksa. Negara dengan nama resmi The Space Kingdom of Asgardia itu akan menjadi negara pertama di dunia yang berada di luar angkasa.
ADVERTISEMENT
Kini: apakah Anda tahu bahwa sudah lebih dari 5.000 orang Indonesia yang menjadi calon warga negara Asgardia?
Wait, what?
Penduduk Asgardia dari Indonesia (Foto: asgardia.space)
zoom-in-whitePerbesar
Penduduk Asgardia dari Indonesia (Foto: asgardia.space)
Betul, Anda tak salah baca. Berdasarkan website resmi Asgardia, ada 5.183 orang Indonesia yang telah mendaftar menjadi warga negara Asgardia per Selasa (25/7). Dari angka tersebut, hampir 1.000 orang berlokasi di Jakarta.
Lalu, apakah seseorang bisa benar-benar menjadi warga negara Asgardia? Sebelum itu, apakah Asgardia --negara yang akan mengambil tempat dalam bentuk stasiun luar angkasa-- itu akan benar-benar berhasil dibuat?
Igor Ashurbeyli, Head of Nation Asgardia (Foto: ashurbeyli.eu.com)
zoom-in-whitePerbesar
Igor Ashurbeyli, Head of Nation Asgardia (Foto: ashurbeyli.eu.com)
Ide Asgardia dicetuskan oleh Igor Ashurbeyli, seorang profesor, ilmuwan luar angkasa, dan pebisnis kaya dari Rusia. Ashurbeyli kini menjabat sebagai Ketua Komite Science of Space UNESCO.
Ashurbeyli juga pendiri Aerospace International Research Center (AIRC), institusi antardisiplin ilmu yang telah mengambil peran dalam lebih dari 15 misi manusia ke luar angkasa, seperti MARS EXPRESS bersama European Space Agency (ESA) dan IBEX Mission bersama NASA.
ADVERTISEMENT
Ashurbeyli mengungkapkan ide Asgardia di sebuah konferensi pers bertajuk “The Birth of The New Space Nation Asgardia” di Paris, 12 Oktober 2016. Ashurbeyli menyebut Asgardian sebagai proyek “kemanusiaan global yang mempersatukan umat manusia”.
“Asgardia adalah upaya untuk membuat cerminan kehidupan manusia di luar angkasa, namun tanpa pengkotak-kotakkan negara, agama, maupun suku bangsa. Di Asgardia, kita semua adalah makhluk Bumi!” ucap Ashurbeyli.
Dari tujuan tersebut, tampak bahwa Ashurbeyli ingin menciptakan sebuah dunia yang lepas dari kebobrokan yang kini telah mewabah di Bumi.
Ketimbang mengajak orang-orang untuk melawan negara-negara rakus yang sudah ada, Ashurbeyli bergerak satu langkah lebih jauh: membuat negara baru, di luar angkasa pula!
“Seperti namanya yang berasal dari mitologi Nordik kuno, Asgard adalah sebuah kota di langit, yang menjadi negara para dewa. Ini adalah realisasi mimpi manusia untuk meninggalkan Bumi yang mengekang dan terbang ke angkasa,” ucap Ashurbeyli.
ADVERTISEMENT
Ashurbeyli memastikan Asgardia akan memiliki semua komponen penting sebuah negara, seperti pemerintahan, kedutaan negara-negara lain (dan kedutaan Asgardia di negara-negara lain), lagu kebangsaan, dan tentunya konstitusi yang menjadi dasar negara.
Semua hal tersebut akan dipilih secara umum melalui voting yang sudah dimulai sejak Oktober 2016.
Bahkan, awal Januari tahun ini, forum Asgardian di asgardian.space telah menentukan siapa pemimpin perdananya. Tak mengejutkan, Ashurbeyli yang menjadi pencetus sekaligus pemodal utama dipilih menjadi Head of Nation pertama Asgardia.
“Kami ingin membangun sebuah negara-antariksa pertama yang serius, punya legitimasi penuh, merdeka, dan diakui negara-negara Bumi serta diakui PBB. Bedanya, fokus kami adalah luar angkasa dan perkembangan pemanfaatannya,” ucap Ashurbeyli, seperti dilansir Business Insider.
ADVERTISEMENT
Saat ini, eksistensi Asgardia masih sebatas ide. Namun begitu, langkah pertama untuk menegaskan eksistensi Asgardia segera dilakukan. September ini, satelit pertama milik Asgardia akan menumpang misi National Aeronautics and Space Administration (NASA) menuju International Space Station (ISS).
Satelit tersebut --dinamai Asgardia 1-- akan membawa data-data pribadi warga negara Asgardia dengan total muatan data sebesar 512 GB. Di antara data-data yang akan dibawa mengorbit bumi, akan ada konstitusi tertulis negara Asgardia, bendera Asgardia, juga susunan pemerintahan sementara yang berasal dari voting warga negara Asgardia.
Selain itu, drive tersebut akan berisi data-data yang di-upload oleh warga negara Asgardian. Setiap orang diberi jatah 100 Kb, dan berhak mendapatkan 100 Kb lainnya dengan membayar 10 dolar AS.
ADVERTISEMENT
Data yang dimaksud bisa berisi apa saja, dari dokumen-dokumen penting, file musik, bahkan foto-foto pribadi seseorang. Jadi, apabila Anda ingin foto Anda disimpan di luar angkasa --berjaga-jaga apabila tiba-tiba bumi hancur tak terselamatkan lagi, Anda bisa mengunggah foto Anda dengan lebih dulu mendaftar sebagai warga negara Asgardian. Anda masih punya waktu sampai dengan awal September 2017.
Bayangan soal Asgardia oleh James Vaughan (Foto: James Vaughan)
zoom-in-whitePerbesar
Bayangan soal Asgardia oleh James Vaughan (Foto: James Vaughan)
Nantinya, stasiun antariksa Asgardia akan beroperasi di orbit rendah bumi, sekitar 160 hingga 320 kilometer dari bumi --yang juga menjadi tempat ISS mengorbit kini. Mengutip CNN, rencana pemberangkatan manusia pertama ke Asgardia akan terjadi dalam waktu 8 tahun ke depan.
“Tempat tinggal asli kami bukanlah di rumah ataupun di kota kami lahir. Tempat tinggal kami adalah Bumi, dan kami ingin melindunginya,” ucap Ashurbeyli.
ADVERTISEMENT
Melindungi, maksud Ashurbeyli, adalah melaksanakan beberapa tujuan utama mereka.
Selain menjadi opsi bagi rumah baru yang ingin lepas dari segregasi sosial, Asgardia dilihat Ashurbeyli punya fungsi teknis lain buat melindungi Bumi.
“Tujuan kami, selain memastikan penggunaan luar angkasa yang penuh perdamaian, adalah untuk melindungi Bumi dari ancaman luar angkasa. Ada 7 ancaman menurut sistem klasifikasi kami: badai Matahari dan flare; perubahan magnetosphere Bumi yang menghancurkan lapisan pelindung bumi; asteroid dan komet; sampah orbit dari sisa-sisa buatan manusia; perubahan iklim dari faktor teknogenik dan radiasi matahari; radiasi kosmik dari reaksi nuklir di novae, supernovae, dan pulsar; dan bahaya infeksi dari mikroorganisme yang terbawa meteor.”
Bagaimana caranya, Ashurbeyli tak menjelaskan lebih lanjut. Jangankan mekanisme teknis Asgardia, Ashurbeyli juga belum menjelaskan soal dana. Pun bagaimana soal pengakuan kedaulatan dari negara lain atas Asgardia. Termasuk soal paspor, dan soal hukum internasional yang melarang klaim ruang di luar angkasa oleh sebuah negara.
ADVERTISEMENT
“Kalau ide ini sudah terbukti dengan peluncuran satelit, kami baru akan membicarakan soal dana Asgardia. Sampai saat ini, semua dibiayai oleh dana pribadi kami,” ucapnya. Meski begitu, Ashurbeyli tak mau idenya ini dianggap main-main semata.
“Ini tidak muluk-muluk. Pergi ke Mars, ke galaksi lain, itu baru palsu. Saya bermaksud membuat sesuatu yang lebih nyata,” kata Ashurbeyli.
Well, good luck, Mr. Igor Ashurbeyli.