Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Napak Tilas Game Call of Duty dan Perang Dunia II
25 April 2017 10:14 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:18 WIB
ADVERTISEMENT
Kepastian itu akhirnya datang. Perusahaan pemilik waralaba Call of Duty, Activision, mengonfirmasi kehadiran kembali game FPS yang dicintai itu pada tahun ini dengan perubahan signifikan dibandingkan seri sebelumnya.
Bukan sebuah perubahan ke arah yang benar-benar baru sebenarnya, tapi kembali ke akar mereka dengan konsep perang tradisional. Activision tampaknya memahami perasaan para pemainnya, yang mulai muak dengan konsep futuristik di beberapa seri belakangan. Mereka merindukan Call of Duty yang 'sebenarnya'.
Sejarah Call of Duty
Pada 2003 silam, Call of Duty pertama kali dirilis dan sukses menjelma menjadi salah satu game FPS terfavorit, berdampingan dengan Battlefield dari EA.
Dikembangkan oleh studio Infinity Ward, Call of Duty edisi perdana menitikberatkan pentingnya kerja sama tim, di mana slogan dalam game ini waktu itu adalah "In war, no one fights alone."
Latar kisah di game ini dimulai pada 1944, ketika Perang Dunia II sedang berkecamuk di berbagai belahan Bumi. Pemain bergabung dalam pasukan Sekutu dan merasakan salah satu momen penting dalam perang ini, yaitu D-Day.
D-Day adalah operasi merebut daerah-daerah yang dikuasai Jerman di Prancis, pasukan Sekutu menggunakan pantai Normandia sebagai awal penyerangan ini dan akhirnya berhasil membebaskan Prancis dari genggaman pasukan Poros. Operasi ini menjadi awal titik balik yang membawa pasukan Sekutu ke jalur kemenangan.
Di seri kedua dari game Call of Duty, Infinity Ward masih melanjutkan latar permainan dari Perang Dunia II. Beberapa kisah pertempuran populer dari perang ini menjadi misi-misi yang dijalankan pemain, seperti pertempuran Stalingrad, El Alamein, dan lagi-lagi invasi Normandia.
Hingga seri ke-3 dan Call of Duty: World at War yang dirilis pada 2008, latar game ini masih berkutat pada masa-masa di Perang Dunia II. Setelah itu, Call of Duty mulai menjelajahi berbagai latar perang lainnya, termasuk konsep futuristik di seri-seri terbaru.
Selain Infinity Ward, ada dua studio game lain yang ikut menggarap seri Call of Duty, yaitu Treyarch dan Sledgehammer Games, yang bergantian mengerjakan game ini setiap tahunnya.
ADVERTISEMENT
Kembalinya Perang Dunia II di Call of Duty
Setelah di 2015 dan 2016 digarap oleh Treyarch dan Infinity Ward, kini giliran Sledgehammer Games yang memiliki tugas besar mengambalikan konsep perang tradisional dalam Call of Duty.
Nyaris 10 tahun, para penggemar game Call of Duty harus menunggu kembalinya sensasi pertempuran epik di Perang Dunia II dalam game ini. Melihat kualitas grafis yang ditawarkan di seri terbaru, memang timbul rasa penasaran besar bagaimana kisah Perang Dunia II kembali menjadi fokus utama di Call of Duty nantinya.
26 April besok menjadi tanggal yang dipilih Activision untuk memperkenalkan pemandangan pertama dari game yang resmi berjudul 'Call of Duty: WWII' ini. Tahun 2017 bakal menandai kembalinya perang tradisional dari Call of Duty, sekaligus pembuktian seberapa besar kerinduan para pemainnya dengan konsep ini.
ADVERTISEMENT
Mengulang kembali tidak selalu berarti kemunduran. Mendengarkan keinginan para pemain menjadi pertimbangan utama para pengembang game Call of Duty saat memutuskan untuk kembali ke akarnya. Bisa dilihat kesuksesan game Resident Evil 7: Biohazard, yang sudah lebih dulu melihat ke belakang dan berhasil membawa kembali gaya permainan yang dicintai penggemarnya di seri awal.
Ke depannya, persaingan antara dua game FPS garda terdepan, Call of Duty dan Battlefield, tampaknya akan semakin menarik. Pertempuran mana yang lebih epik?
Baca juga: Call of Duty Bakal Kembali ke Latar Perang Dunia II