Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Perusahaan otomotif Honda mengumumkan adanya serangan siber yang terjadi pada jaringan internalnya. Hal itu menyebabkan sebagian operasional di beberapa pabrik di seluruh dunia terhenti.
ADVERTISEMENT
Akhirnya, Honda memutuskan untuk menutup sementara sejumlah fasilitas produksi, termasuk layanan pelanggan dan finansial pada Selasa (9/6) waktu Jepang. Di sisi lain, perusahaan mengumumkan tidak ada data pribadi yang bocor.
“Tidak ada data pribadi yang bocor. Kami saat ini telah melanjutkan produksi di sebagian besar pabrik dan berupaya mengembalikan operasional pabrik mobil dan mesin kami di Ohio," kata Honda dalam pernyataan resmi, dilansir The Verge.
Nantinya, hacker akan meminta sejumlah uang tebusan untuk pembebasan dan pengembalian data-data tersebut. Honda menyebut serangan itu sebagai 'serangan ransomware komputer besar' dalam sistem internal.
ADVERTISEMENT
"Tim IT global kami bekerja terus menerus menahan serangan ini dan memulihkan operasional bisnis secepat mungkin. Namun banyak proses bisnis yang bergantung pada sistem informasi terkena dampaknya," jelasnya.
Saat ini, beberapa pabrik Honda sudah kembali di buka, namun sebagian dari pemilik pabrik mengatakan bahwa mereka tidak bisa melakukan pembayaran online atau mengakses situs layanan konsumen perusahaan.
Masalah Honda tak hanya soal ransomware. Perusahaan juga dikomplain oleh para pekerjanya di masa pandemi virus corona.
Menurut laporan The Verge, salah seorang pegawai di kantor pelayanan dan keuangan konsumen Honda di Amerika Utara mengeluhkan tidak bisa bekerja selama pandemi COVID-19. Hal itu mengakibatkan ia dan karyawan lainnya tidak mendapatkan gaji selama kantor ditutup.
Meskipun sistem perusahaan mendukung untuk melakukan work from home (WFH), ada banyak karyawan dari kantor pelayanan konsumen dan layanan keuangan Honda yang tidak bisa menerapkan sistem itu. Alhasil, mereka harus tetap pergi ke kantor selama pandemi.
ADVERTISEMENT
Beberapa dari karyawan khawatir dengan keadaan mereka karena perusahaan dirasa tidak melakukan cukup hal untuk mencegah penularan di kantor. Hingga akhirnya, perusahaan mulai menerapkan sejumlah protokol kesehatan, seperti pemeriksaan suhu dan jaga jarak fisik.