Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Peran Besar SoftBank di Balik Merger Grab dan Uber di Asia Tenggara
27 Maret 2018 12:45 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:10 WIB

ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Selain itu, Uber juga bakal memiliki 27,5 persen saham di Grab. Sementara CEO Uber Dara Khosrowshahi akan ikut bergabung dengan dewan direksi Grab.
Grab dan Uber punya satu kesamaan sebelum kesepakatan ini terjadi, yakni kehadiran SoftBank Group Corp sebagai investor kedua perusahaan teknologi tersebut.
Pada Januari 2018 lalu, raksasa teknologi asal Jepang itu berinvestasi ke Uber senilai 1,25 miliar dolar AS (sekitar Rp 17,2 triliun). Transaksi ini membuat SoftBank memegang saham Uber sebesar 15 persen.
Sementara investasi SoftBank di Grab dilakukan para Juli 2017 lalu, dengan total transaksi 2 miliar dolar AS (sekitar Rp 26,6 triliun).

Selain Uber dan Grab, SoftBank juga menjadi salah satu investor utama di beberapa perusahaan transportasi online besar lainnya: Didi Chuxing asal China dan Ola di India.
ADVERTISEMENT
Karena banyak berinvestasi di sejumlah perusahaan transportasi online, SoftBank sampai dijuluki "raja layanan ride-sharing."
SoftBank sendiri adalah perusahaan induk yang bergerak dalam pengelolaan perusahaan yang menyediakan teknologi informasi dan layanan telekomunikasi. Perusahaan yang didirikan di Tokyo sejak tahun 1981 ini memiliki nilai pasar 78,6 miliar dolar AS pada bulan Mei 2017 dan menempati posisi 38 dalam daftar Global 2000, menurut Forbes.
Kesepakatan Grab dan Uber Untungkan SoftBank
Dilansir Fortune, kesepakatan Uber dengan Grab dapat membuat SoftBank merampingkan kompetisi layanan transportasi online-nya dan memungkinkan mendorong neraca keuangan Uber ke arah yang benar.
Rajeev Misra, dewan direksi Uber yang bergabung atas bagian dari kesepakatan SoftBank, berpendapat Uber harus kembali ke fokus utamanya di AS dan Eropa, namun juga tetap menjaga pasar yang sudah kuat di Amerika Latin dan Timur Tengah.

Persaingan layanan transportasi online di kawasan Asia Tenggara, khususnya di Indonesia, akan semakin ketat dengan berpusat pada dua pemain besar, Grab dan Go-Jek. Untuk kawasan di luar Indonesia, Grab berkuasa karena Go-Jek sejauh ini baru beroperasi di Indonesia saja.
ADVERTISEMENT
Sementara, Grab telah beroperasi di 195 kota di delapan negara di Asia Tenggara, dan menawarkan pilihan layanan transportasi terbanyak termasuk mobil, motor, taksi, dan layanan carpooling, sebagai tambahan dari layanan pengantaran paket dan pesan-antar makanan.
Persaingan diyakini akan semakin sengit. Itu karena Go-Jek belum lama ini mendapatkan suntikan dana besar yang mencapai angka 1,2 miliar dolar AS (atau setara Rp 16 triliun) dalam putaran pendanaan yang dilakukan Google, Blibli, Astra International, Tencent, KKR, Temasek Holdings, dan Meituan-Dianping.