Perjalanan BlackBerry Messenger: Disukai, Dijual, Lalu Ditinggalkan

19 April 2019 15:09 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi BlackBerry Messenger. Foto: Whorm Katharine/Flickr
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi BlackBerry Messenger. Foto: Whorm Katharine/Flickr
ADVERTISEMENT
Layanan aplikasi pesan instan BlackBerry Messenger (BBM) akan resmi berhenti beroperasi pada 31 Mei 2019. Berakhirnya perjalanan BBM ini telah diumumkan secara resmi oleh BBM lewat situs blognya.
ADVERTISEMENT
"Hari ini kami mengumumkan bahwa BBM akan berhenti beroperasi pada 31 Mei 2019," tulis BBM, dalam blog resminya.
Keputusan berhentinya layanan BBM ini dilandasi persaingan pada layanan aplikasi pesan instan yang begitu ketat sehingga BBM sulit bersaing. Buktinya, BBM saat ini sudah semakin ditinggalkan penggunanya di Indonesia, terutama setelah datangnya WhatsApp dan LINE.
"Namun, tak dapat dipungkiri, industri teknologi begitu dinamis. Walau kami telah mengerahkan berbagai upaya, banyak pengguna memilih beranjak ke platform lain, sementara pengguna baru sulit untuk didapat," ungkap BBM.
BlackBerry Messenger ditutup 31 Mei 2019. Foto: BlackBerry Messenger
Jika kita menarik waktu ke belakang, BBM sempat merajai layanan aplikasi pesan di Indonesia. Kala itu BBM muncul untuk menggantikan layanan SMS (Short Message Service) dan MMS (Multimedia Messaging Service) yang sudah lawas dan membutuhkan biaya yang lebih mahal.
ADVERTISEMENT
Kemunculan BBM yang dipuja
BBM pertama kali diluncurkan pada 1 Agustus 2005. Gary Klassen menjadi sosok penting lahirnya BBM yang saat itu diperuntukkan khusus perangkat BlackBerry. Perangkat BlackBerry diproduksi oleh Research In Motion yang sekarang dikenal sebagai BlackBerry Limited.
Pada saat itu BBM sudah membawa fitur PIN, di mana untuk saling berhubungan setiap pengguna harus memasukan nomor PIN. Fitur lainnya yang sudah tersedia adalah obrolan grup, ketersediaan status kontak lain, melacak status pengiriman pesan, transfer file, dan fitur "PING" yang terkenal, serta masih banyak lagi.
Kantor BlackBerry di Kanada. Foto: REUTERS/Mark Blinch
Kemudahan layanan dan banyaknya fitur yang ditawarkan menjadi alasan aplikasi BBM banyak disukai. Bahkan keberadaan BBM menjadi alasan utama bagi banyak orang untuk membeli perangkat BlackBerry.
ADVERTISEMENT
Menurut laporan Bloomberg pada 2012, pangsa pasar BBM di Indonesia masih mencapai 37 persen. Saat itu baru muncul beberapa aplikasi pesan lain, yakni WhatsApp sejak 2009 dan LINE sejak 2012.
Awal keruntuhan BBM
Kehadiran smartphone Android dan iPhone membuat pamor BlackBerry dan layanan andalannya, BBM, menurun. Banyak aplikasi pesan instan pesaing BBM yang beredar untuk Android dan iOS, seperti WhatsApp dan LINE. Mereka mengeksploitasi fitur-fitur yang tidak dikembangkan oleh BBM.
Eksklusivitas BBM yang hanya bisa digunakan pada perangkat BlackBerry menjadi penghambat. Aplikasi pesaing mengisi kekosongan tersebut dengan menghadirkan aplikasi pesan lintas platform. Para penggunanya pun hijrah untuk menggunakan aplikasi pesan lain.
Akhirnya pada 2013, BBM meluncur untuk perangkat Android, iPhone dan Windows Phone. Saat awal kemunculannya, BBM lintas platform tersebut mendapat sambutan hangat.
ADVERTISEMENT
Seminggu setelah peluncuran, BBM telah menambah 20 juta pengguna baru dan memiliki jumlah pengguna aktif 80 juta saat itu. Tapi di saat yang bersamaan, WhatsApp telah mencapai 300 juta pengguna aktif dan membuat BBM jauh tertinggal.
BlackBerry Messenger. Foto: Aditya Panji/kumparan
Pada tahun 2016, BlackBerry memberikan lisensi software dan hak kekayaan intelektual BBM kepada korporasi PT Elang Mahkota Teknologi (Emtek Group) yang juga membawahi media-media besar seperti SCTV dan Indosiar. Nilai kontrak yang disepakati mencapai 207,5 juta dollar AS atau sekitar Rp 2,9 triliun.
Sekarang, aplikasi BBM dikelola oleh Creative Media Works, sebuah divisi di Emtek Group. Dalam perkembangannya, BBM menjelma menjadi platform pesan dan jejaring sosial yang memfokuskan layanan serta kontennya untuk pasar Indonesia.
ADVERTISEMENT
BBM mulai berbenah dengan menambahkan fitur baru, seperti mengirimkan pesan dengan stiker, panggilan video dan suara, hingga dapat menikmati berbagai konten melalui channel BBM. Selain itu, pengguna juga dapat membayar tagihan dari aplikasi BBM yang bekerja sama dengan startup fintech DANA.
Tetapi itu semua tidak bisa menaikan pamor BBM kembali. Seperti ungkapan BBM di awal, yakni industri teknologi berkembang dinamis dan BBM mengakui kekalahannya untuk mengikuti perkembangan.
Selamat jalan, BBM! Terima kasih sudah menjadi bagian dari kehidupan jutaan penggunanya.