Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Rianti Hidayat, Ilustrator Indonesia di Game 'The Legend of Zelda'
5 Mei 2017 10:41 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:17 WIB
ADVERTISEMENT
3 Maret 2017 lalu, para penggemar konsol video game Nintendo patut bersuka cita. Konsol teranyar Nintendo Switch yang sudah ditunggu-tunggu akhirnya resmi meluncur pada tanggal tersebut. Kehadiran Switch ditemani satu game yang menjadi daya tarik terbesar dari konsol itu, The Legend of Zelda: Breath of the Wild.
Nostalgia para penggemar game klasik ini pun dibawa kembali ke era yang baru dan dengan kualitas yang sangat memuaskan.
The Legend of Zelda: Breath of the Wild mendapatkan nilai ulasan yang mengagumkan dari berbagai media, seperti Metacritic yang memberikan nilai 97 dari nilai tertinggi 100, IGN memberi 10 dari 10, Eurogamer 5 dari 5, Gamespot 10 dari 10. Polygon 10 dari 10, dan GamesRadar 5 dari 5. Semuanya kompak mengakui The Legend of Zelda: Breath of the Wild adalah salah satu game terbaik sepanjang masa.
Game petualangan penuh aksi dan RPG ini mengembalikan Link sebagai tokoh utama yang memiliki misi mengalahkan Calamity Ganon untuk mencegah kehancuran kerajaan Hyrule. Pemain akan menikmati peta yang luas dan detail visual yang dinamis dengan ciri khas game Nintendo yang tetap terasa.
Siapa sangka, salah satu ilustrator dari tim visual game keren ini ternyata berasal dari Indonesia!
Jika kamu sudah memainkan The Legend of Zelda: Breath of the Wild dan berhasil menyelesaikan jalan cerita, maka kamu akan menemukan nama 'Rianti Hidayat' di bagian credit game. Siapakah dia?
ADVERTISEMENT
Rianti Hidayat, Salah Satu Ilustrator The Legend of Zelda: Breath of the Wild
Rianti Hidayat adalah lulusan Master Art & Desain di Institut Teknologi Bandung (ITB) pada 2009 dan kemudian mendapatkan beasiswa untuk mengambil gelar master kedua di University of Technology Tokyo. Perempuan kelahiran Bandung ini sudah cukup malang melintang di dunia game, terutama untuk perangkat mobile.
Sebelum bergabung dengan tim Zelda, Rianti pernah bekerja di Cyberconnect2, perusahaan game yang melahirkan judul populer seperti Naruto dan .hack. Awalnya ia bekerja di perusahaan ini sebagai mahasiswa magang, tapi selepas lulus ia langsung bekerja secara penuh di sana.
Di Cyberconnect 2, Rianti terlibat dalam berbagai proyek game seperti Shadow Escaper, Shinigami Messiah, Full Bokko Heroes, Final Fantasy 7 G-Bike untuk iOS, dan mengerjakan buku kompilasi properti intelektual dari game .hack serta Asuka Wrath.
Setelahnya, Rianti juga pernah mengerjakan salah satu game iOS terbesar di Jepang, Shironeko Project.
Awal Gabung Tim The Legend of Zelda: Breath of the Wild
Pertemuan antara Rianti dengan The Legend of Zelda terjadi di luar dugaannya.
Sekitar tiga tahun lalu, Rianti menerbitkan storybook pertama miliknya yang berjudul 'Terry the Burdenlifter'. Nah, bukunya inilah yang menjadi salah satu faktor pengantar Rianti untuk turut terlibat dalam penggarapan The Legend of Zelda: Breath of the Wild.
Bukunya itu jatuh ke tangan orang yang tepat dan akhirnya membawanya ke dalam proyek game tersebut.
ADVERTISEMENT
Rianti merasa senang dan bangga bisa terlibat dalam game yang didaulat sebagai salah satu game terbaik sepanjang masa tersebut. Meski begitu, ia mengakui pastinya ada tantangan yang harus dihadapi dalam pekerjaannya.
"Kesulitannya terletak pada tekanan ke diri sendiri untuk memberikan hasil optimal sesuai dengan skill yang saya miliki, dan dalam setiap goresan saya menyelipkan harapan semoga apa yang saya buat ini dapat diaplikasikan dalam game tersebut dan mendapatkan apresiasi," kata Rianti, kepada kumparan (kumparan.com).
ADVERTISEMENT
Ia tinggal di Jepang sejak 2010 dan kini memiliki beberapa proyek game lain yang belum bisa diumumkan, lalu ada juga proyek anime (film animasi Jepang) serta menerbitkan buku.
"Setiap beberapa tahun sekali sering pulang ke Indonesia untuk mengunjungi keluarga dan teman-teman, atau ketika homesick ingin makan makanan Indonesia," jawabnya ketika ditanya apakah masih sering pulang ke Indonesia.
Mendapat 'Ilham' dari Game Suikoden 2
Keputusan Rianti untuk terjun ke dalam industri game bermula dari pengalamannya sendiri. Sekitar 17 tahun lalu, ia mengalami yang ia sebut sebagai 'life changing experience', di mana saat itu Rianti memainkan game RPG klasik berjudul Suikoden 2 untuk konsol Sony PlayStation 1. Menurutnya, game ini telah membuka matanya dan meyakinkannya jika game tidak hanya interaktif, tapi juga informatif seperti halnya film ataupun animasi.
"Game dan animasi sebagai salah satu dari industri entertainment menurut saya adalah industri yang indah. Mereka yang memutuskan untuk berada di industri ini mayoritas adalah mereka yang pernah mengalami magic moment-nya masing-masing saat menemukan dunia ini, dan termotivasi untuk melakukan hal yang sama, menghasilkan karya yang bisa memberikan inspirasi atau meninggalkan jejak bagi para penikmatnya across generation. Dan saya termasuk dari mereka ini," ungkap Rianti.
Rianti mengaku sebagai 'hardcore gamer' sejak dulu, terutama untuk game-game bergenre RPG. Suikoden, Shin Megami Tensei, Xenogears, hingga Phoenix Wright adalah beberapa judul game favoritnya.
ADVERTISEMENT
Melihat perkembangan teknologi visual yang semakin canggih di game-game keluaran terbaru, Rianti mengatakan sebenarnya semua unsur dalam game, baik jalan cerita, gameplay, maupun visual, sama pentingnya.
"Visual biasanya paling berpengaruh di first impression, karena saat pertama kali melihat sebuah game diluncurkan biasanya kita belum tahu game-nya seru atau tidak kalau belum bermain, sehingga penilaian pertama akan bergantung total pada impresi visual," jelasnya.
Pesan untuk Anak Muda Indonesia
Perempuan yang mengidolakan ilustrator J.C. Leyendecker ini pun mengajak anak muda Indonesia yang memiliki cita-cita sama dengannya untuk mengejar keinginannya tersebut.
Menurutnya, saat ini industri video game Indonesia masih banyak yang menuntut satu orang untuk menjadi 'dewa' dan bisa merangkap untuk melakukan beberapa pekerjaan sekaligus. Sementara industri game di luar sana sudah lebih terfokus dan pembagian pekerjaan yang lebih merata.
"Awali semuanya dengan riset. Mau ambil bagian sebagai apa dalam suatu game? Fokus di situ," kata Rianti.
Hal-hal lain yang penting adalah persisten dan tidak menyerah dengan profesi yang masih dianggap tidak umum ini di Indonesia. Sejatinya, di pekerjaan manapun kita memang harus terus belajar meski pengalaman mungkin sudah sangat banyak. Hal ini pula yang diyakini Rianti, apalagi biasanya profesinya sebagai artist membuat dirinya tidak akan pernah puas dengan karyanya sendiri.
Jika melihat pengalaman Rianti di atas, bisa dilihat bagaimana eksistensinya dalam berkarya mampu membawanya ke proyek game The Legend of Zelda. Oleh karena itu, seorang artist pantang untuk tidak memamerkan karya-karyanya ke hadapan publik.
ADVERTISEMENT
Industri game di Indonesia memang kerap masih dipandang sebelah mata. Tapi dengan semangat seperti yang dipegang teguh oleh Rianti, mungkin saja kamu bisa ikut melanglang buana ke industri video game global. Jangan bosan mendengar pepatah "Tidak ada yang tidak mungkin jika kita berusaha", karena kalimat itu bisa benar adanya. Terus belajar, fokus, dan jangan ragu untuk menaklukkan mimpimu!
Baca juga:
- Game Zelda Lebih Laku dari Konsol Nintendo Switch
- Laris Manis, Produksi Nintendo Switch Diperbanyak
ADVERTISEMENT