Samsung Klaim Masih Jadi Nomor 1 di Pasar Smartphone Indonesia

22 November 2019 17:40 WIB
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Samsung Galaxy S10 Foto: Samsung
zoom-in-whitePerbesar
Samsung Galaxy S10 Foto: Samsung
ADVERTISEMENT
Hasil riset soal market share alias pangsa pasar vendor smartphone di Indonesia sedang menjadi sorotan belakangan ini. Dalam laporan IDC dan Canalys pada kuartal tiga 2019, Samsung disebut bukan lagi pemuncak peringkat vendor smartphone dengan market share terbesar di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Menurut IDC dan Canalys, Samsung terlempar ke posisi ketiga pada kuartal tiga 2019. Sementara itu, menurut riset Counterpoint, Samsung masih berada di puncak dengan raihan pangsa pasar 22 persen di kuartal yang sama.
Melihat hasil riset yang berbeda-beda ini, Samsung mengklaim masih menjadi yang nomor satu di pasar smartphone Indonesia, dan menguasai semua segmen: low-end, mid-end, dan high-end. Klaim ini dibuat berdasarkan hasil riset lembaga GfK.
Samsung kerap menyatakan bahwa mereka selalu memfokuskan desain dan penjualan smartphone kepada konsumen, dan oleh karena itu, dalam hal riset pangsa pasar smartphone, pabrikan Korea Selatan ini berpegang pada data yang bersentuhan langsung pada konsumen.
Smartphone Samsung Galaxy Note 10. Foto: Eduardo Munoz/Reuters
"Samsung masih menjadi smartphone nomor satu di Indonesia dengan 42 persen (unit) berdasarkan laporan kuartal tiga GfK, yang menunjukkan sebagian konsumen Indonesia masih memiliki apresiasi dan kepercayaan tinggi terhadap inovasi kami. Kami percaya pada laporan pasar yang menyajikan data ritel untuk melihat kondisi pasar sebenarnya serta tren pembelian konsumen," ujar Bernard Ang, IT & Mobile Vice President Samsung Electronics Indonesia, dalam keterangan resminya.
ADVERTISEMENT
Metode riset yang dilakukan GfK memang berbeda dengan yang dilakukan IDC. GfK menghitung perangkat yang tiba ke tangan konsumen, alias terjual. Sementara itu, IDC menghitung perangkat yang telah melalui pengiriman dari pabrik hingga ke diler.
Angka 42 persen yang diraih Samsung ini memang terlampau jauh lebih tinggi dibandingkan laporan di IDC yang menyebutkan pangsa pasar Samsung di Q3 2019 hanya sebesar 19,4 persen. Dalam riset IDC, peringkat pertama ditempati oleh Oppo dengan 26,2 persen dan Vivo di posisi kedua dengan 22,8 persen.
Di sisi lain, Erafone yang notabene memiliki jaringan toko distribusi yang luas di Indonesia, mengakui bahwa smartphone Samsung masih yang paling diminati konsumen.
Smartphone Samsung Galaxy Note 10. Foto: Bianda Ludwianto/kumparan
"Di jaringan toko Erafone, smartphone Samsung masih menjadi yang paling banyak diminati Konsumen. Selain inovasi baru Samsung seperti fitur super steady, NFC, dan baterai yang tahan lama, layanan purna jual Samsung yang luas, mudah diakses, dan cepat juga menjadi kunci dari kekuatan Samsung di pasar Indonesia. Bahkan, penjualan Samsung selama kuartal tiga adalah yang tertinggi di tahun ini," kata Djatmiko Wardoyo, Marketing Director dari Erajaya Group, dalam keterangan resminya.
ADVERTISEMENT
Oppo Indonesia sejauh ini tegar mengacu pada data dari IDC Indonesia yang menyebutnya sebagai raja baru industri smartphone Indonesia.
Aryo Meidianto, PR Manager Oppo Indonesia, memberikan tanggapannya terhadap klaim Samsung berdasarkan riset GfK. Menurutnya, riset yang dilakukan GfK itu punya metodologi yang berbeda dengan IDC Indonesia.
Aryo Meidianto, PR Manager Oppo Indonesia. Foto: Aulia Rahman/kumparan
“Jadi, kalau data GfK itu kan, pertama dia bikin sampling kan? Sampling orang keluar toko belinya apa segala macam. Nah, menurut kita juga belum tepat juga kalau dibilang semua data itu yang benar yang mana, termasuk masing-masing persepsi orang sih. Persepsi masing-masing lembaga riset. Kalau dengan sampling orang keluar beli juga, itu kan belum tentu sesuai dengan pernyataannya kan?” ujar Aryo, kepada kumparan.
Aryo juga menyoroti GfK yang tidak membuka datanya ke publik. Perlakuan ini berbeda dengan IDC dan Canalys yang membuat datanya bisa diakses publik.
Laporan market share smartphone di Indonesia pada Q3 2019 dari lembaga riset IDC Foto: Dok. IDC
"Dan kalau dibandingkan, ini berdua (IDC dan Canalys) kan pakai shipment. Kalau shipment itu kan pengapalan. Nah, kalau pengapalan Oppo kan ke Oppo sendiri, karena Oppo kan enggak punya distributor. Jadi, memang sudah terjual ke kita sebenarnya. Dan itu kalau sudah terjual ke Oppo juga benar-benar dijual barangnya, karena kita kalau dapat barang itu harus jual ke konsumen, enggak mungkin diendapin, enggak mungkin didiamkan," sambungnya.
ADVERTISEMENT
Oppo melihat data IDC dan Canalys tidak jauh berbeda. Dalam riset IDC pada kuartal tiga 2019, Oppo meraih pangsa pasar 26,2 persen, sedangkan dari Canalys dapat 23 persen.