Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0

ADVERTISEMENT
Aplikasi-aplikasi media sosial kerap kali disalahgunakan sebagai saluran untuk praktik prostitusi. Tinder, sebagai aplikasi kencan populer di Indonesia, menyadari hal tersebut dan telah memiliki upaya untuk mencegahnya.
ADVERTISEMENT
Teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) digunakan oleh Tinder untuk mendeteksi pengguna yang mencoba melakukan praktik prostitusi di aplikasinya. Menurut CEO Tinder, Elie Seidman, aplikasinya bukanlah tempat bagi mereka yang ingin menjajakan jasa seks komersial.
“Pekerja seks adalah kejahatan serius,” kata Elie, saat ditemui di Hong Kong Convention and Exhibition Center, Rabu (10/7).
“Kami menggunakan AI untuk mengidentifikasi itu,” kata Elie, menjelaskan kecerdasan buatan di aplikasi Tinder bisa melihat akun-akun yang sengaja menawarkan jasa seks komersil. “Selain AI, akan ada juga banyak tim yang akan mengawasi keberadaan akun yang pemakaiannya untuk tujuan pekerja seks,” imbuhnya.
Lebih lanjut, Elie mengatakan Tinder bukanlah sebatas aplikasi mesin geser. Meningat aplikasi ini memang terkenal dengan gaya 'swipe' ke kiri untuk menyatakan tidak suka dan ke kanan untuk menyatakan suka.
ADVERTISEMENT
Sejak diluncurkan pada 2012, Tinder berevolusi semakin baik dan meminimalisir adanya pengguna yang tak bertanggung jawab.
Elie sadar ada sejumlah pengguna yang memanfaatkan Tinder untuk mempromosikan jasa seksualnya.
Dia tidak ingin aplikasi yang dipimpinnya itu menjadi aplikasi yang beralih fungsi.
Karena menurut dia, Tinder saat ini adalah aplikasi terbesar di dunia yang berfungsi untuk mempertemukan pengguna dengan orang-orang baru.
Ellie mengungkapkan untuk saat ini Tinder telah tersedia di 190 negara dengan 40 bahasa. Tinder adalah aplikasi non-gaming yang pertumbuhannya diklaim cepat pada semester pertama tahun 2019.
Di Asia Tenggara, Tinder baru saja meluncurkan aplikasi versi ringannya yang lebih hemat ukuran file dan kuota. Langkah ini memperlihatkan keseriusan Tinder memperluas bisnisnya di Asia dengan harapan aplikasinya bisa dipakai oleh segala segmen pengguna, sekalipun ia pakai perangkat terbatas dan koneksi internet yang terbatas pula.
ADVERTISEMENT