Uber Pecat 20 Karyawan karena Pelecehan Seksual dan Diskriminasi

7 Juni 2017 14:10 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:16 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kantor Uber di Queens, New York. (Foto: Brendan McDermid/Reuters)
Investigasi terkait isu pelecehan di Uber, yang dibeberkan oleh mantan karyawannya Susan Fowler, mulai membuahkan hasil. Perusahaan penyedia layanan online itu dikabarkan telah memecat lebih dari 20 karyawan yang tersandung kasus pelecehan.
ADVERTISEMENT
Firma hukum Perkins Coie dipercaya Uber untuk memimpin penyelidikan tersebut. Mereka meninjau 215 sumber daya manusia Uber, dengan 100 kasus diantaranya tidak ditindaklanjuti dan 57 lainnya masih diselidiki.
Ada juga penyelidikan terpisah yang dipimpin oleh mantan Jaksa Agung AS, Eric Holder, yang sengaja di sewa oleh perusahaan pimpinan CEO Travis Kalanick itu.
Seorang yang akrab dengan masalah ini mengatakan, keduanya membagikan detail temuannya dengan subkomite dewan direktur Uber, namun rangkumannya belum akan dipublikasikan sampai pekan depan. Uber juga berencana untuk mengambil tindakan terhadap beberapa temuan di dalam laporan tersebut.
Ia yang tidak ingin disebutkan namanya itu menambahkan, pengacara dari Perkins Coie, Bobbie Wilson, telah memberikan penilaian lebih dari 12.000 karyawan Uber atas investigasi perusahaan pada Selasa (6/6). Beberapa orang yang dipecat merupakan eksekutif senior. Uber sendiri tidak menyebutkan nama-nama karyawannya yang dipecat.
ADVERTISEMENT
Selain yang dipecat, 31 karyawan lainnya dalam konseling atau pelatihan. Sementara tujuh orang menerima peringatan tertulis dari Uber. Mereka-mereka ini yang tersandung dalam kasus yang berkaitan dengan pelecehan, diskriminasi, dan masalah internal karyawan lainnya.
Kantor Uber di Queens, New York. (Foto: Brendan McDermid/Reuters)
Sebagai tambahan, Uber telah mempekerjakan dua perempuan sebagai eksekutif senior: Bozoma Saint John menjabat chief brand officer dan Frances Frei menjabat senior vice president for leadership and strategy.
Saint John mengatakan perannya di Uber adalah untuk memoles merek perusahaan dan membuatnya terlihat seperti Apple. Dia sebelumnya bekerja di Apple sejak April 2014 sebagai kepala pemasaran konsumen global untuk iTunes dan Beats Music.
"(Perusahaan) ini tumbuh begitu cepat sedemikian singkatnya -- dan kepemimpinan dan lainnya telah begitu terfokus pada pertumbuhan bisnis -- bahwa saat ini adalah tentang mengubah citra Uber dan menyusun apa itu brand story," ucap Saint John.
ADVERTISEMENT
Sementara Frei, profesor dari Hardvard Business School, ditugaskan untuk melatih manajer dan eksekutif, termasuk membantu menciptakan kebijakan tanpa toleransi terhadap pelecehan seksual di Uber.
"Tujuan saya adalah membuat perusahaan kelas dunia yang bisa dibanggakan pada akhirnya, bukannya merasa malu," kata Frei.