Waspada, Ribuan Akun WhatsApp Dibobol Perusahaan Mata-mata Israel

1 Mei 2020 16:06 WIB
clock
Diperbarui 22 Mei 2021 8:14 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi WhatsApp. Foto: Allie via Unsplash
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi WhatsApp. Foto: Allie via Unsplash
ADVERTISEMENT
WhatsApp telah menuduh perusahaan mata-mata Israel, NSO Group Technologies, sebagai pelaku peretasan 1.400 akun WhatsApp milik pejabat pemerintah, jurnalis, dan aktivitas hak asasi manusia. Diduga, peretasan dilakukan dengan menyusupi program mata-mata (spyware) ke platform WhatsApp.
ADVERTISEMENT
WhatsApp menyebut NSO "sangat aktif terlibat" dalam peretasan ini. Oleh karenanya, yang terkini, WhatsApp bilang NSO harus bertanggung jawab atas pelanggaran serius hak asasi manusia.
Kasus peretasan ini juga dilakukan terhadap para jurnalis di India dan kaum pemberontak di Rwanda.
NSO Group mengatakan program spyware-nya yang bernama Pegasus, telah dibeli bertahun-tahun oleh klien pemerintah untuk tujuan melacak teroris dan penjahat lain. NSO tidak punya kapasitas tentang bagaimana klien-klien itu memakai program spyware NSO untuk melakukan peretasan. Pemerintah Arab Saudi dan Meksiko juga memanfaatkan aplikasi mata-mata NSO ini.
Gugatan hukum WhatsApp terhadap NSO telah disampaikan pada tahun lalu. Di sini, WhatsApp mengungkap detail teknis bagaimana Pegasus dipakai untuk meretas.
Dalam dokumen terbaru di pengadilan, WhatsApp juga menyatakan bahwa peretasan terhadap 1.400 akun WhatsApp itu dikendalikan dari server NSO Group di Amerika Serikat, dan bukan dari server klien pemerintahan.
ADVERTISEMENT
WhatsApp mengatakan korban peretasan menerima panggilan telepon dari fitur WhatsApp Call, yang telah dimodifikasi oleh NSO di software Pegasus.
"NSO menggunakan jaringan komputer untuk memantau dan memperbarui Pegasus setelah ditanamkan di perangkat pengguna. Komputer yang dikontrol NSO ini berfungsi sebagai pusat jaringan, tempat di mana NSO mengendalikan operasi dan pelanggan Pegasus," tulis WhatsApp, dikutip dari The Guardian.
Dalam hal ini, WhatsApp bilang NSO memperoleh "akses yang tidak sah" ke server-nya dengan melakukan rekayasa di balik aplikasi WhatsApp untuk memanipulasi fitur panggilan.
Ilustrasi cegah orang invite grup WhatsApp. Foto: Faisal Rahman/kumparan
Perusahaan Israel itu tetap membela diri kepada The Guardian, bahwa mereka tak memiliki kapasitas bagaimana klien pemerintah memakai software Pegasus. Mereka juga tidak tahu siapa saja target dari sebuah pemerintahan.
ADVERTISEMENT
“Produk kami digunakan untuk menghentikan terorisme, mengekang kejahatan dengan kekerasan, dan menyelamatkan nyawa. NSO Group tidak mengoperasikan software Pegasus untuk kliennya,” kata perusahaan itu. "Pernyataan kami sebelumnya tentang bisnis kami, dan sejauh mana interaksi kami dengan pelanggan intelijen dan penegak hukum pemerintah kami, adalah akurat."
Seorang ahli keamanan dari perusahaan software Citizen Lab di Kanada, John Scott-Railton, menyatakan bahwa kendali NSO terhadap server di Amerika Serikat ini memperlihatkan NSO memiliki catatan log, termasuk IP address, dari pengguna yang jadi target untuk dimata-matai. Scott-Railton sendiri membantu bekerja untuk WhatsApp dalam mengungkap kasus ini.
“Apakah NSO melihat log itu atau tidak, tidak ada yang tahu? Tapi ini adalah fakta bahwa pernyataan mereka bertentangan dengan apa yang sebenarnya terjadi," kata Scott-Railton.
ADVERTISEMENT
NSO akan menyampaikan tanggapan hukumnya ke pengadilan dalam beberapa hari mendatang.
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona)
****
Yuk! bantu donasi atasi dampak corona.