Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
YouTuber Merana karena Merek Besar Boikot YouTube
11 April 2017 11:33 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:18 WIB
ADVERTISEMENT
Sebagai platform streaming video yang paling digemari seantero Bumi, YouTube telah menjadi salah satu lahan mencari uang bagi kreator konten dan pekerja kreatif. Banyak orang terkenal terlahir dari kiprahnya sebagai YouTuber dan ini juga terjadi di Indonesia.
Ketenaran itu memang telah diraih, tetapi dari sisi pendapatan, mereka mendapatkan uang yang tidak tetap karena itu tergantung performa konten yang dibuat serta jumlah iklan yang dilihat penonton di sela video buatannya.
Nah, belakangan ini para YouTuber sedang berkeluh kesah dan mengernyitkan dahi lantaran pendapatan mereka dari konten video amat-sangat menurun drastis sejak pekan lalu. Salah satu saluran populer, Tata Arts Game Indonesia, menjadi salah satu pihak yang merasakan penurunan ini.
Saluran yang membahas dan mengulas tentang video game itu mengatakan saat ini sedang terjadi "disaster time" di YouTube. Salah satu video mereka yang telah ditonton sebanyak 120 ribu kali, hanya berhasil mendatangkan uang 2 dolar AS. Diwantara berhitung, jika penghasilan 2 dolar sehari itu dikalikan 30 hari, maka pendapatan sebulan mereka hanya 60 dolar AS atau sekitar Rp 800.000.
“Sejak kemarin YouTube diboikot sama beberapa perusahaan, penghasilan YouTube hancur lebur,” kata Diwantara Anugrah Putra dalam videonya bertajuk “Tag Blast - Xbox Scorpio Konsol Terkuat!! YouTuber Terancam Punah?” yang diunggah pada 7 April 2017.
Baca: YouTuber Indonesia Keluhkan Pendapatan Turun Drastis
Sejak Maret, memang sudah tersiar kabar jika banyak merek-merek dan perusahaan ternama yang menarik iklan dari YouTube. Apa pasal? Ternyata ini disebabkan iklan produk dan merek yang dipasarkan ternyata muncul di konten video bernada rasisme, homoseksual, ujaran kebencian, terorisme, dan anti-semit. Video seperti ini mulai ramai di platform berbagi video tersebut.
Dilansir The Verge, ada ratusan merek yang telah menarik iklannya dari YouTube, termasuk McDonald's, Audi, Toyota, Verizon, Starbucks, Walmart, PepsiCo, dan AT&T.
Perusahaan-perusahaan ini meminta Google selaku pengembang YouTube untuk mengimplementasi alat atau semacam fitur filter yang lebih baik untuk mencegah konten negatif. Atau, setidaknya agar iklan yang mereka promosikan tidak muncul di video bernada rasisme, ujaran kebencian, terorisme.
Permintaan tersebut tentunya bakal menjadi pekerjaan besar bagi YouTube dalam memperbaiki algoritma penempatan iklan-iklan di layanannya. Seperti diketahui, iklan yang disaksikan di YouTube bisa muncul secara acak dan muncul di video apapun.
Baca: BOOM ID: Para Gamer yang Bertaruh Hidup di Atas Keyboard
Oleh karena itu, para perusahaan dan merek besar itu tidak ingin iklannya muncul di video-video yang memuat konten negatif. Mereka tak ingin citra perusahaan atau mereknya terkesan mendukung gerakan rasisme, radikalisme, ujaran kebencian, dan terorisme.
"Kami sangat memerhatikan iklan-iklan kami mungkin muncul di konten YouTube yang mempromosikan terorisme dan kebencian. Sampai Google dapat memastikan hal ini tidak akan terjadi lagi, kami akan menarik iklan kami dari platform tersebut," kata juru bicara AT&T kepada Recode.
ADVERTISEMENT
Artis YouTube populer, PewDiePie, juga jadi salah satu korban menurunnya pendapatan karena hal ini. YouTuber yang memiliki nama asli Felix Kjellberg itu mengunggah sebuah video pada 6 April lalu yang menyebut tidak ada iklan di YouTube lantaran banyak perusahaan dan pemegang merek yang menarik iklan mereka.
YouTuber asal Swedia tersebut mengaku hanya mendapatkan penghasilan 100 dolar AS. Jumlah ini disebutnya sangat kecil, jika dibandingkan dengan pendapatannya sebelumnya, yang pada kesempatan tersebut tidak dia sebutkan jumlahnya.
“Sepertinya di bulan ini. kemungkinan besar banyak kreator tidak mendapatkan uang,” ujar PewDiePie dalam video berjudul YouTube is Over Party (deleted version) yang telah ditonton 2,7 juta kali.
Baca: YouTubers Terancam Punah: Ada Apa dengan Youtube?
YouTube, tidak dapat dipungkiri, sangat mengandalkan pendapatan mereka dari perusahaan dan pemegang merek. Fitur targeted advertising mereka yang sampai saat ini belum bisa melakukan filter terhadap konten negatif telah membuat para YouTuber merana dan membuat kapok perusahaan besar karena tak mau disebut mendukung gerakan radikal dan ujaran kebencian.
YouTuber besar mungkin bisa bertahan dengan menjalin kemitraan bersama perusahaan atau merek besar dalam membuat konten eksklusif. Tapi ini akan sangat menyakiti YouTuber yang masih dalam skala kecil dan sangat bergantung dari pendapatan iklan YouTube.
ADVERTISEMENT