5 Fakta Unik Museum Sumpah Pemuda, Saksi Persatuan Pemuda Indonesia

28 Oktober 2019 15:37 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Prasasti peresmian dan pemugaran Museum Sumpah Pemuda Foto: Wikimedia Commons
zoom-in-whitePerbesar
Prasasti peresmian dan pemugaran Museum Sumpah Pemuda Foto: Wikimedia Commons
ADVERTISEMENT
Tepat 91 tahun lalu, para pemuda dari beragam latar belakang suku, ras, agama, dan bahasa daerah hadir, serta menyerukan tiga putusan yang kini lebih dikenal sebagai Sumpah Pemuda. Gedung yang mereka gunakan untuk menyatukan semangat pada 28 Oktober 1928 itu kini lebih dikenal sebagai Museum Sumpah Pemuda.
ADVERTISEMENT
Tahukah kamu, Museum Sumpah Pemuda dulunya dikenal juga sebagai Gedung Kramat 106, karena lokasinya di Jalan Kramat Raya No. 106, Jakarta Pusat. Bangunan ini kemudian dikenal sebagai Langen Siswo dan terakhir diberi nama lagi sebagai Indonesische Clubhuis, karena sering diadakan untuk pertemuan pemuda nasional.
Ingin tahu fakta unik lainnya? Simak rangkuman kumparan berikut, ya.
1. Awalnya Merupakan Bangunan Kos-Kosan
Museum Sumpah Pemuda Foto: Helinsa Rasputri/kumparan
Gedung Sumpah Pemuda atau yang kini lebih dikenal sebagai Museum Sumpah Pemuda dulunya merupakan rumah milik seorang Tionghoa bernama Sie Kok Liong. Rumah yang berlokasi di Jalan Kramat Raya No. 106, Jakarta Pusat, tersebut berlokasi dekat dengan Gedung STOVIA (School tot Opleiding van Inlandsche Artsen).
STOVIA adalah sekolah kedokteran milik Belanda yang diperuntukkan bagi pribumi. Awalnya rumah kos-kosan milik Sie Kok Liong itu hanya menampung para pelajar yang berasal dari Jawa saja. Namun, pada akhirnya, ia menerima seluruh siswa dari berbagai latar belakang, suku, ras, dan tempat asal.
ADVERTISEMENT
2. Menyimpan Biola Asli WR Supratman
Museum Sumpah Pemuda Foto: Helinsa Rasputri/kumparan
Museum Sumpah Pemuda memiliki sebuah ruangan khusus yang didedikasikan untuk Wage Rudolf Supratman (WR Supratman), karena beliau dianggap berjasa dalam membuat lagu kebangsaan. Dalam ruangan itu, kamu bisa melihat foto-foto beliau semasa hidup, diorama, hingga biola pribadinya.
Biola pribadi yang disimpan di Museum Sumpah Pemuda itu adalah biola yang digunakan untuk mengiringi "Indonesia Raya" saat dikumandangkan pertama kali dalam Kongres Pemuda Kedua di Gedung Kramat 106, Jakarta pada 28 Oktober 1928.
3. Berkali-kali Ganti Fungsi Sebelum Jadi Museum
Mengunjungi Museum Sumpah Pemuda Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
Sebelum diresmikan oleh Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin, ketika ia tengah menjabat pada 20 Mei 1973, Museum Sumpah Pemuda pernah beberapa kali berganti fungsi. Setelah para pelajar tak melanjutkan masa sewa, bangunan ini sempat disewakan kepada Pang Tjem Jam pada 1934-1937 untuk digunakan sebagai tempat tinggal.
ADVERTISEMENT
Tahun 1937-1951, bangunan tersebut kemudian berpindah tangan dan menjadi toko bunga milik Loh Jing Tjoe. Setelah toko bunga, Museum Sumpah Pemuda pernah menjadi bangunan hotel yang dikenal sebagai Hotel Hersia pada 1948-1951. Dan pada 1951-1970, gedung ini disewa Inspektorat Beda dan Cukai sebagai kantor.
4. Berisi Piringan Hitam Rekaman Pertama Indonesia Raya
Museum Sumpah Pemuda Foto: Helinsa Rasputri/kumparan
Lagu Indonesia Raya pertama kali direkam oleh seorang Tionghoa bernama Yo Kim Tjan, yang merupakan pemilik toko rekaman NV Populair dan pendiri Bioskop Roxy serta Bioskop Ledo. Yo Kim Tjan menjadi satu-satunya orang yang berani mengambil risiko merekam lagu kebangsaan Indonesia.
Museum Sumpah Pemuda Foto: Helinsa Rasputri/kumparan
Sementara perusahaan rekaman lainnya memilih tak ikut-ikutan, karena takut ditangkap oleh Belanda. Piringan hitam itu berisi lagu Indonesia Raya dalam dua versi, yaitu asli dan keroncong. Hingga kini, piringan hitam rekaman lagu Indonesia Raya tersebut disimpan dengan baik dalam Museum Sumpah Pemuda.
ADVERTISEMENT
5. 'Indonesia' yang Sesungguhnya
Museum Sumpah Pemuda Foto: Helinsa Rasputri/kumparan
Ada banyak tokoh pemuda yang ambil bagian dalam Sumpah Pemuda. Museum ini seakan jadi saksi bisu bagaimana Indonesia terbentuk dari orang-orang dengan suku, agama, ras, tanpa ada pembedaan. Walau di dalam bangunan ini kamu bisa menemukan perwakilan dari beragam organisasi, nyatanya ketika kongres tak ada dinding pembatas bagi semuanya.
Museum Sumpah Pemuda Foto: Helinsa Rasputri/kumparan
Tak hanya itu saja, di balik Sumpah Pemuda juga ada tokoh-tokoh Tionghoa dan Belanda yang mau ambil risiko demi persatuan Indonesia. Hadirnya putusan berbangsa, berbahasa, dan bertanah air satu merupakan semangat bangsa Indonesia untuk bersatu, tanpa harus menghilangkan identitasnya masing-masing.
Sungguh sarat makna dan indah sekali, ya. Kalau para pemuda di masa lalu bersatu lewat Sumpah Pemuda, apa tindakan nyatamu di masa sekarang?
ADVERTISEMENT