Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2

ADVERTISEMENT
Percaya atau tidak, praktik senisida atau membunuh orang tua yang telah lanjut usia telah lama dilakukan oleh berbagai suku bangsa. Meski terlihat seperti praktik yang kurang wajar dan bahkan enggak sopan, nyatanya senisida sudah jadi hal lumrah di berbagai kebudayaan dunia.
ADVERTISEMENT
Tak diketahui dengan pasti, kapan pertama kalinya senisida dilakukan. Walau begitu, menurut laman Art and Popular Culture, filsuf ternama Plato, pernah menyatakan bahwa tindakan bunuh diri karena kesedihan, ketidakberuntungan, atau perintah negara merupakan hal yang dapat diterima.
Oleh karena itu, banyak praktik senisida yang dilakukan secara turun-temurun dan berubah jadi tradisi. Berikut lima di antaranya.
1. Thalaikoothal di India
Dalam bahasa Tamil, Thalaikoothal berarti bersantai sambil mandi minyak. Dalam prosesnya, orang tua yang sudah lanjut usia akan disuruh untuk mandi dengan menggunakan kandungan minyak kental sebelum fajar.
Setelah mandi, orang tua tersebut akan meminum beberapa gelas air kelapa tua yang dingin sepanjang hari. Aktivitas ini akan membuat suhu tubuh mereka turun drastis, sehingga menyebabkan demam tinggi, dan meninggal dalam kurun waktu 1-2 hari.
ADVERTISEMENT
Selain menggunakan air kelapa, Thalaikoothal biasanya dilakukan pula dengan menggunakan lumpur, pestisida, racun pembunuh ular atau babi, atau meminumkan susu tanpa henti hingga tersedak. Kemiskinan jadi alasan terbesar masyarakat India melakukan praktik ini.
2. Ubasute di Jepang
Berasal dari kata Ubasuteyama, atau membuang ke gunung, praktik ini kabarnya dulu dilakukan karena keadaan yang sulit atau memaksa. Misalnya ketika musim paceklik dan masyarakat setempat tak punya banyak persediaan makanan, sehingga mau tak mau mereka mengurangi jumlah 'mulut' yang mesti diberi makan.
Dalam tradisi Ubasute, anak laki-laki akan menggendong ibu mereka ke gunung atau hutan lebat, lalu membuangnya. Orang tuanya yang telah renta itu kemudian akan meninggal perlahan. Baik karena kelaparan, dehidrasi, hipotermia, serangan binatang buas, atau kombinasi hal tersebut.
ADVERTISEMENT
3. Ättestupa di Swedia
Dalam film Midsommar (2019), Ättestupa sempat disinggung. Dalam film tersebut, kamu bisa melihat dua orang lansia berusia 72 tahun yang membunuh dirinya sendiri. Meski film tersebut adalah karya fiksi, nyatanya Ättestupa memang bukan sekadar karangan belaka.
Dalam salah satu tulisan Birgitta Oden yang bertajuk "Ättestupa - Mitos atau Kenyataan?" disebutkan bahwa kata Ättestupa berasal dari bahasa Swedia. Namun, diyakini kisahnya berasal dari dongeng Skandinavia. Ättestupa tak bisa dibuktikan secara ilmiah, dan dipercaya sebagai dongeng belaka.
Walau begitu, para etnolog percaya bahwa ada bukti pembunuhan lansia yang disembunyikan. Pembunuhan itu dilakukan dengan cara membiarkan mereka hingga kelaparan, menelantarkan, diracun, atau memukuli kepala mereka dengan paku. Ditambah lagi pada 1608 muncul larangan tentang kekerasan dan kutukan terhadap orang tua lanjut usia.
ADVERTISEMENT
4. Lapot di Serbia
Lapot adalah praktik senisida di Serbia. Dalam praktik ini, orang tua atau anggota keluarga lansia akan dibunuh, karena dianggap jadi beban keuangan bagi keluarga.
Etnolog T. R. Georgevitch yang menulis pada tahun 1918 tentang dataran tinggi timur Serbia, di wilayah Zaječar, pembunuhan dilakukan dengan kapak atau tongkat, dan seluruh desa diundang untuk hadir.
Di beberapa tempat lainnya, bubur jagung diletakkan di kepala korban untuk 'mengkambinghitamkan' jagung sebagai pembunuhnya, bukan keluarga.
Ia juga mengemukakan bahwa praktik ini mungkin berasal dari kisah pendudukan Romawi di benteng lokal. Pada masa lampau, pria berusia 50 tahun, tak lagi dianggap produktif dan mesti dibunuh.
5. Eskimo
Di masa lalu, masyarakat Eskimo membunuh orang tua mereka ketika keadaan dianggap terlalu menyedihkan. Kasus terakhir pembunuhan lansia yang dilaporkan terjadi pada 1939 silam. Meski begitu, praktik ini tak dilakukan seluruh masyarakat Eskimo, bahkan beberapa kelompok menganggap tradisi ini sebagai hal yang menjijikkan.
ADVERTISEMENT
Umumnya senisida dilakukan ketika masa kelaparan. Besarnya risiko ketika berburu, kondisi yang renta dan lemah membuat orang tua tidak punya kesempatan panjang untuk hidup. Saat persediaan makanan mulai habis, orang tua dan orang sakit dianggap sebagai beban.
Biasanya mereka dibunuh, dibuang ke laut, dikubur hidup-hidup, dikurung dalam cuaca dingin, atau dibiarkan mati kelaparan. Dalam beberapa kasus lainnya, biasanya lansia tersebut akan ditinggalkan warga kampung sementara mereka tertidur, hingga akhirnya meninggal dunia.
Namun, tekanan dari para misionaris dan otoritas nasional, membaiknya kondisi ekonomi, dan perubahan serta perkembangan perilaku membuat kalangan masyarakat asli akhirnya mengakhiri praktik ini.
****
kumparanDerma membuka campaign crowdfunding untuk bantu pencegahan penyebaran corona virus. Yuk, bantu donasi sekarang!
ADVERTISEMENT