Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.0
7 Hal Ini Wajib Kamu Siapkan Sebelum Mengikuti Rambu Solo di Toraja
18 Februari 2019 19:20 WIB
Diperbarui 21 Maret 2019 0:04 WIB
ADVERTISEMENT
Nama Toraja pastinya tidak asing di telinga traveler Indonesia dan traveler dunia yang punya ketertarikan dengan budaya. Suku yang tinggal di Sulawesi Selatan, tepat di tengah pegunungan karst ini terkenal dengan tradisinya dalam merayakan kematian yang dikenal sebagai upacara pemakaman Rambu Solo.
ADVERTISEMENT
Rambu Solo bukan sembarang upacara pemakaman. Upacara ini meyakini bahwa manusia yang sudah meninggal, jiwanya tidak dianggap benar-benar mati, melainkan tetap hidup dan melanjutkan perjalanan menuju alam baka walau jasadnya telah hancur dan menyatu dengan tanah.
Yang menarik, dalam tradisi Rambu Solo Toraja , biasanya ada beberapa keluarga penyelenggara yang akan menyembelih hewan seperti kerbau atau babi dalam jumlah yang banyak sebagai bekal sang mendiang di alam baka. Dan apabila dikalkulasikan, biaya acaranya bisa mencapai miliaran rupiah, lho.
Menarik, bukan? Nah, apabila kamu berencana untuk menyambangi Toraja dan menyaksikan sendiri secara langsung Rambu Solo seperti kumparanTRAVEL lakukan pada pertengahan Januari 2019 lalu, yuk, simak tujuh hal yang harus kamu persiapkan sebelum memulainya!
ADVERTISEMENT
1. Dana
Untuk dapat sampai ke Toraja, kamu harus mencari penerbangan ke Makassar, yang akan dilanjutkan dengan perjalanan menuju Palopo. Sebuah kota di Sulawesi Selatan yang punya akses terdekat dengan Toraja.
Untuk dapat sampai ke Palopo, dari Kota Makassar, kamu bisa menggunakan pesawat ataupun bus, tergantung 'kekuatan' bujet dan durasi waktu liburanmu.
Setelah tiba di Palopo, perjalanan akan dilanjutkan kembali sekitar dua jam untuk mencapai Rantepao atau Makale yang jadi ibu kota kabupaten.
Kamu bisa menggunakan angkot, taksi online, ataupun mobil sewaan sesuai dengan kebutuhan. Begitu pula setelah kamu tiba di Toraja, kamu bisa menyewa motor atau mobil per harinya untuk memudahkanmu mengakses seluruh destinasi.
2. Jaringan Pertemanan
Rambu Solo bukanlah festival atau tradisi yang punya tanggal penyelenggaraan tertentu setiap tahunnya. Selayaknya upacara pemakaman, tanggal penyelenggaraan Rambu Solo antara satu keluarga dengan keluarga lainnya, atau dari satu daerah dengan yang lain pastinya berbeda.
ADVERTISEMENT
Karenanya meski Rambu Solo kerap diadakan di sekitar libur panjang seperti libur Lebaran, Natal, dan Tahun Baru, akan lebih baik jika kamu punya teman yang sekaligus penduduk lokal. Sebab dari dia, kamu bisa mengetahui agenda upacara secara lengkap dan runtut, yang akan memudahkanmu dalam menyusun itinerary perjalanan.
Terutama apabila kamu berencana untuk mendatangi Rambu Solo sambil berbaur dengan keluarga atau masyarakat setempat. Memiliki teman penduduk lokal, akan sangat memudahkanmu untuk berbaur serta bersosialisasi, dan tentunya sambil belajar bahasa daerah yang ada di sana.
3. Pakaian Berwarna Hitam
Itinerary telah siap, bujet sudah aman, penerbangan dan hotel juga sudah direservasi, lalu apa langkah selanjutnya? Menyiapkan pakaian berwarna hitam. Ya, sama seperti upacara pemakaman pada umumnya, untuk mendatangi upacara Rambu Solo, kamu harus ikut menggunakan pakaian berwarna hitam.
Usahakan untuk punya selalu punya pakaian hitam setiap kali kamu mengikuti prosesi Rambu Solo sebagai tanda hormat dan turut berduka pada keluarga. Selain itu, gunakanlah pakaian yang sopan dengan potongan yang pas, tidak terlalu pendek atau tidak terlalu ketat, sehingga tidak mengganggu kenyamanan orang lain ketika melihatnya.
ADVERTISEMENT
4. Topi dan Kaca Mata Hitam
Bagi kamu yang penasaran dan ingin melihat secara langsung dengan jelas setiap rangkaian prosesi Rambu Solo, rumah adat, dan binatang-binatang sembelihan yang telah dipersiapkan. Nah, dari pada hanya duduk di pondok saja, kamu bisa, lho, turun langsung ke lapangan bersama dengan wisatawan lainnya.
Untuk itu, kamu membutuhkan topi dan kaca mata hitam sebagai pelengkap 'peralatan perang'. Supaya tidak silau atau kepanasan akibat paparan sinar matahari.
5. Sunblock
Hampir seluruh rangkaian prosesi upacara pemakaman Rambu Solo dilakukan di luar ruangan. Jadi buat kamu yang senang mengeksplorasi seluruh kawasan yang digunakan untuk upacara Rambu Solo, jangan lupa untuk memakai sunblock untuk melindungi kulit dari sinar matahari, ya.
ADVERTISEMENT
6. Alas Kaki yang Sesuai
Ya, kemana pun jalan-jalannya, pastikan selalu alas kakimu sesuai dengan medan yang hendak dijalani. Kalau memang medannya dingin dan bersalju, silakan menggunakan boots favorit. Sedangkan untuk ke pantai, kamu bisa pakai sandal atau sepatu gunung apabila memang medannya cukup ekstrem.
Untuk menikmati suguhan tradisi Rambu Solo di Toraja, disarankan menggunakan sandal gunung atau sepatu boots plastik yang tahan air dan mudah dicuci. Sebab, tanah lapangan yang biasa digunakan biasanya akan sangat becek apabila hujan turun dengan deras.
Selain itu, kotoran hewan juga biasanya akan ada di setiap sisi lapangan, termasuk di dekat lantang (pondok bambu yang disediakan keluarga bagi para tamu). Jadi, menggunakan sandal gunung atau sepatu boots dapat menjadi pilihan tepat dan membuat bisa lebih bebas bergerak ketika berada di lapangan.
ADVERTISEMENT
7. Mental
Bagi kamu yang terbiasa city tour atau traveling dengan jarak yang dekat, kamu harus menyiapkan mental yang tebal sebelum berangkat ke Toraja. Selain karena jaraknya yang jauh dari Kota Makassar, perjalanan menuju Toraja dari Kota Palopo juga melalui medan yang terhitung ekstrem.
Meski jalannya lebar, teraspal, dan mulus, bentuk topografinya menanjak dan berlika-liku. Buat kamu yang mudah mabuk perjalanan, jangan lupa untuk menyiapkan 'bekal' seperti obat untuk mencegah mabuk saat perjalanan.
Untuk masalah makanan, walau sajian halal tidak terlalu banyak, ada saja rumah makan muslim yang bisa kamu sambangi. Dan ketika kamu sampai di tongkonan penyelenggara upacara pemakaman, kamu harus mampu beradaptasi dengan baik dengan penduduk sekitar, kebiasaan yang berbeda, dan tentunya dengan hewan-hewan yang akan disembelih.
ADVERTISEMENT