Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Alasan Gubernur NTT Naikkan Harga Tiket TN Komodo Jadi USD 500
3 Desember 2018 16:24 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:04 WIB
ADVERTISEMENT
Gubernur Nusa Tenggara Timur, Viktor Laiskodat berencana menaikkan harga tiket masuk TN Komodo menjadi USD 500 dari yang awalnya hanya sekitar Rp 225 ribu atau sekitar USD 15 saja.
ADVERTISEMENT
Sontak kabar ini membuat wisatawan asing maupun dalam negeri merasa terkejut. Sebab kenaikan harga tiket masuk berarti akan menambah biaya dan memperbesar bujet yang akan mereka gunakan untuk liburan.
Gitario misalnya, pria yang senang traveling ini mengatakan tarif baru itu terbilang mahal. "Harga segitu untuk lihat komodo, hitungannya mahal," katanya. Setali tiga uang dengan Gitario, Dwi juga berpendapat demikian.
"Mahal banget. Di Indonesia, kan, masih banyak yang pengen jalan-jalan di dalam negeri," kata pria yang bekerja di salah satu BUMN ini.
Menurut penjelasan Viktor, kenaikan harga tiket masuk TN Komodo, merupakan hal yang wajar. Terutama karena TN Komodo adalah situs warisan dunia yang berisi reptil purba satu-satunya di dunia.
ADVERTISEMENT
"Pulau Komodo itu, kan the one and only. Kita tidak mau orang yang datang hanya untuk mempergunakan potensi yang luar biasa untuk yang murah-murah. Ini, kan, langka, di dunia cuma ada satu, maka dari itu tidak boleh murah," tuturnya saat ditemui kumparanTRAVEL beberapa waktu lalu di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Labuan Bajo.
Ia menambahkan memang sudah seharusnya kawasan konservasi dibuat mahal. Selain karena memang mesti dilindungi oleh pemerintahnya, kawasan konservasi juga membutuhkan biaya pemeliharaan yang tidak sedikit.
''Namanya konservasi itu tidak ada murah. Seluruh konservasi di dunia itu diproteksi. Baik di kekuasaan (administratif) dan punya biaya yang mahal, maka dari itu tidak bisa murah (retribusinya)," tambah pria asal Kupang itu.
Sebagai bahan komparasi, Viktor membandingkan destinasi wisata Indonesia dengan Bhutan. Menurutnya, biaya masuk destinasi wisata di Nusantara terhitung sangat murah.
ADVERTISEMENT
"Di Bhutan, kamu harus mengeluarkan uang USD 250 cuma ngeliatin gunung doang. Ini (TN. Komodo ) kan langka, di dunia cuma ada satu, maka dari itu tidak boleh murah. Kita tidak mau orang yang datang ke potensi yang luar biasa dengan biaya murah," pungkas Viktor.
Sependapat dengan Gubernur, Kepala Dinas Pariwisata NTT, Marius Jelamu juga menuturkan bahwa sudah saatnya masyarakat Indonesia memberikan tarif yang tidak terlalu murah untuk destinasi wisatanya.
"Kita lihat di Eropa, di Jepang, kita mengunjungi negara-negara maju. Bagaimana mahalnya masuk serta destinasi wisata. Baik wisata alam maupun buatan.
Respon masyarakat sangat positif, memang ada pro kontra, tapi ketika kita menjelaskan berulang-ulang, masyarakat (nantinya) akan menerima," katanya.
Pada kumparanTRAVEL ia bercerita bagaimana Indonesia memberikan tarif yang murah untuk memasuki Borobudur di Jawa Tengah. Padahal candi itu memiliki nilai sejarah yang kental dan hanya ada satu di dunia.
ADVERTISEMENT
Sedangkan, untuk mengunjungi wisata buatan di luar negeri sering kali pengunjung dikenakan tarif yang mahal.
"Dua minggu lalu, kami berada di London dan melihat Anfield Stadium. Sekali masuk ke stadion itu 50 Poundsterling. Saat dalam stadion, kita tidak bisa foto dengan bebas, karena ada spot tertentu yang difoto oleh tim dari manajemen yang ada di dalam.
Dan saat kita mau berfoto, kita mesti membayar 20 Poundsterling. Keluar dari Anfield Stadium ada toko souvenir. Baju yang dijual bisa sampai 50 Poundsterling (per potongnya).
Padahal destinasi wisata buatan dan tidak eksotis. Karena tidak semua menganggapnya menarik kecuali pecinta bola," tutur Jelamu.
Pemerintah Nusa Tenggara Timur mengungkapkan nantinya uang tiket masuk akan dipergunakan untuk pembangunan infrastruktur dan memelihara kawasan Taman Nasional Komodo .
ADVERTISEMENT