Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Ani, Kota Mati Berumur 1.600 Tahun yang Ditinggal Penduduknya karena Konflik
14 April 2020 18:49 WIB

ADVERTISEMENT
Terletak di perbatasan Timur Turki, tepatnya di seberang Sungai Akhurian ada kota tersembunyi yang berusia lebih dari 1.600 tahun. Kota metropolis yang penuh sejarah bernama Ani tersebut dulunya dikenal sebagai kota seribu satu gereja.
ADVERTISEMENT
Dilansir The Atlantic, kota ini dulunya menjadi wilayah jalur perdagangan timur-barat (Asia-Eropa). Ani tumbuh menjadi kota yang berjaya pada abad ke-11, kala itu kota metropolis ini dihuni lebih dari 1.600 penduduk.
Kota yang dibangun pada abad ke-5 itu awalnya dikuasai oleh pemerintah Armenia. Tetapi berakhir sebagai wilayah sengketa akibat perselisihan yang terjadi di masa lalu antara pemerintah Armenia, Kurdi, Georgia, Mongol, dan Turki.
Kota Ani dilindungi oleh Sungai Akhurian di sisi timur, dan lembah Tzaghkotzador di sebelah barat. Nama “Ani” sendiri berasal dari seorang sejarawan Armenia bernama Ani-Khamakh.
Kota Ani dibangun sebagai pemukiman tempat tinggal warga Armenia, dan juga titik perbatasan wilayah Armenia. Selain dikenal sebagai kota 1001 gereja, Ani juga dikenal sebagai kota 40 gerbang.
ADVERTISEMENT
Selama abad ke-9 M, Kota Ani berada di bawah kekuasaan Dinasti Bagratuni dari Armenia. Saat itu Kota Ani berada pada puncak kejayaannya, mereka mengalami kemajuan di bidang ekonomi, sosial, dan budaya, serta kedamaian di seluruh negeri.
Namun, akhirnya sebuah konflik internal istana yang terjadi pada abad ke-10, membuat kota itu kehilangan pengaruhnya. Ditambah, pasukan Yunani yang mengambil alih Kota Ani pada abad ke-11.
Tak lama setelah Yunani berkuasa di Kota Ani, Sultan Alp Arsian dari Turki melakukan penyerangan ke kota itu pada 1064 M. Selama Turki berkuasa di Kota Ani, terjadi pembantaian besar-besaran terhadap penduduk kota itu.
Banyak penduduk Ani yang melarikan diri ke kota-kota terdekat, atau membuat desa baru di wilayah yang jauh dari sana. Penderitaan Kota Ani tak berhenti sampai di situ, perang besar antara suku Kurdi dengan kerajaan Georgia pun terjadi.
ADVERTISEMENT
Korban jiwa banyak berjatuhan dari kedua belah pihak, termasuk juga penduduk asli Kota Ani yang masih bertahan. Peperangan itu berakhir pada 1199 M, setelah Suku Kurdi dikalahkan oleh pasukan Georgia.
Setelah peperangan itu terjadi, Ani berubah menjadi kota mati. Tidak ada satupun penduduk yang menghuni wilayah tersebut selama lebih dari tiga abad. Hal itu terjadi karena Kota Ani berada di zona militer perbatasan Turki dan Armenia.
Sisa-sisa reruntuhan bangunan bekas peperangan di kota itu pun ditinggalkan begitu saja, tanpa adanya perawatan. Ditambah kondisi alam yang tidak menentu, membuat Kota Ani semakin memberi kesan penuh misteri.
Setelah lama ditinggalkan, akhirnya kota bersejarah itu kembali ditemukan oleh para arkeolog pada abad ke-19. Sebelumnya kota ini sempat terkenal, sebelum ditutup akibat peristiwa pembantaian Genosida Armenia di tengah Perang Dunia I yang membuat kawasan ini kosong jadi lahan tanpa tuan yang dimilitarisasi.
ADVERTISEMENT
Suasana yang mencekam bekas-bekas perang dan pembantaian masih terasa di kota itu. Pada Oktober 2010, Global Fund Heritage menyatakan bahwa Kota Ani berada di ambang kehancuran, karena banyak bangunan yang tidak bisa diperbaiki. Selain itu, sisa-sisa bangunan itu juga terancam rata dengan tanah akibat berada di zona konflik.
***
kumparanDerma membuka campaign crowdfunding untuk bantu pencegahan penyebaran corona virus. Yuk, bantu donasi sekarang!