Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Backpacker dan Cerita di Balik Eksistensinya
17 September 2018 14:02 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:06 WIB
ADVERTISEMENT
Traveling dengan bujet murah alias backpacking sudah tidak lagi menjadi hal yang baru bagi para backpacker di dunia jalan-jalan. Backpacker atau sebutan bagi pelakon backpacking tersebar di berbagai belahan dunia hingga ke daerah terpencil yang jarang disambangi
ADVERTISEMENT
Sesuai dengan namanya, backpacker menggunakan backpack atau ransel saat melakukan traveling. Yang artinya, para backpacker hanya membawa ransel untuk mengemas segala kebutuhan dan perlengkapan pribadinya.
Backpacker berbeda dengan traveler lainnya. Alih-alih memilih lokasi yang mainstream, backpacker lebih senang melakukan eksplorasi di tempat terpencil untuk menemukan keindahan yang tersembunyi.
Selain itu, karena bisanya backpacker melakukan traveling dengan bujet terbatas, mereka tidak akan keberatan untuk tinggal dan menginap di penginapan yang sederhana. Bahkan, mereka juga tak segan menginap di rumah warga sekitar.
Kondisi ini menjadikan backpacker sebagai kelompok 'tukang jalan-jalan' berlabel cinta petualangan dan senang bergaul dengan komunitas lokal. Karena tidak memiliki banyak tuntutan, backpacker biasanya memiliki sifat yang mudah bergaul dan mudah untuk beradaptasi.
Backpacker bahkan seakan menjadi tren dalam traveling dan budaya jalan-jalan tersendiri. Sehingga wajar saja, kamu bisa menemukan mereka di mana pun berada dan berbagai akomodasi yang mempermudah mobilitasnya. Mulai dari penginapan, pembelian tiket, hingga komunitas backpacker.
ADVERTISEMENT
Namun di balik eksistensinya, tahukah kamu sejarah terciptanya backpacker ?
Gaya traveling backpacker berawal dari perjalanan kaum Hippies yang terjadi pada kisaran tahun 1950-1960an. Kaum Hippies melakukan perjalanan dari Eropa menuju India dengan melakukan perjalanan darat.
Perjalanan darat kaum Hippies dilakukan melalui Turki, Iran, Afghanistan, dan Pakistan. Mereka melakukannya dengan berjalan kaki, menumpang kendaraan orang lain (hitchhike), dan juga menggunakan transportasi lokal.
Ada pula yang memanfaatkan kendaraan pribadi, seperti motor, minivan, maupun mobil karavan untuk menemani perjalanannya.
Dengan tujuan mencari kebebasan, spiritualitas dan kedamaian, pola hidup kaum Hippies yang tak lepas dari mariyuana atau opium, berusaha melanjutkan perjalanan tanpa mengeluarkan banyak biaya.
Dalam perjalanannya, kaum Hippies tidak tertarik dengan 'tamasya' atau rekreasi selayaknya traveling pada umumnya. Mereka lebih memilih untuk berbaur dengan masyarakat lokal.
Bahkan meskipun mampu, mereka tetap akan memilih untuk bersenang-senang ala Hippies, dibandingkan dengan cara traveling ´tradisional´.
ADVERTISEMENT
Cara jalan-jalan inilah yang kemudian diadaptasi oleh backpacker. Mereka melakukan perjalanan dengan bujet minim, menggunakan transportasi lokal, jalan kaki, dan berbaur dengan masyarakat atau komunitas lokal.
Perbedaannya, backpacker menggunakan tas punggung atau ransel untuk melengkapi perjalanannya.
Ransel atau backpacker sendiri ditemukan pada tahun 1991 di Otzal Alps, bersebelahan dengan sebuah mumi berjenis kelamin laki-laki. Mumi pria tersebut kemudian dinamai sebagai Otzi the Iceman.
Peneliti memperkirakan bahwa pria dan tas ranselnya tersebut berasal dari masa lampau, yaitu di antara tahun 3400 - 3100 SM. Ransel yang dikenakan oleh Otzi the Iceman diperkirakan terbuat dari kulit binatang yang digunakan sebagai kantung kain, dan kulit kayu sebagai rangka tasnya.
Tertarik traveling ala backpacker ?
ADVERTISEMENT