Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Cahaya senter menjadi satu-satunya sumber penerangan kami malam itu di Dubai . Memandu kami dalam melangkah, agar tidak salah berpijak di tengah gurun pasir .
ADVERTISEMENT
“Hati-hati melangkah. Kalian bisa saja tak sengaja menginjak sarang ular atau kalajengking .”
Kalimat dari Yakob, itu membuat kami sedikit deg-degan. Yakob adalah pemandu wisata kami dari Platinum Heritage.
Malam itu, kumparan diajak oleh Dubai Economic Tourism (DET) untuk melakukan safari di Dubai Desert Conservation Reserve. Salah satu agenda kami malam itu ialah memburu kalajengking dan ular.
Berbeda dengan wisata gurun yang biasanya dilakukan pada siang hari, kumparan diajak untuk mendapat pengalaman safari pada malam hari. Melihat bagaimana kehidupan gurun pada saat gelap menyelimuti.
Rombongan kami tiba di lokasi pada pukul 22.30 waktu setempat. Lokasinya berjarak hampir 60 km dari pusat kota Dubai, dekat perbatasan dengan negara Oman.
Saat tiba di lokasi, suasana gelap dan hening menyapa kami. Rombongan pun kemudian diajak naik mobil Land Rover tahun 1950 dengan atap terbuka, kendaraan yang akan mengajak kami berkeliling.
Awalnya, rombongan diajak melihat Oryx, hewan nasional Uni Emirat Arab (UEA). Mirip seperti rusa atau kijang, Oryx punya bulu warna putih yang membuat mereka bisa bertahan hidup saat musim panas.
ADVERTISEMENT
Mereka biasanya bergerombol. Namun, jantan dan betina dipisah tempatnya, agar perkembangbiakannya dapat dikendalikan.
Mobil yang membawa kami kemudian terus berlanjut menembus malam di gurun. Hingga kemudian tiba-tiba berhenti di tengah jalan.
Yakob kemudian mengajak kami turun. Berjalan ke tengah gurun. Tujuannya: mencari jejak kalajengking dan ular.
Yakob memimpin rombongan kami berjalan. Senter yang dibawanya menjadi satu-satunya cahaya pada malam itu. Ia meminta kami mengikuti jejaknya. Agar tidak salah melangkah, tak menginjak sarang scorpions.
Langkahnya pelan sambil dengan saksama mengamati semak yang biasanya dijadikan sarang.
Selain senter biasa, Yakob juga membawa senter ultraviolet. Kalajengking gurun memang sulit dideteksi dengan mata telanjang. Sebab, warnanya yang senada dengan warna gurun.
Triknya, Yakob turut membawa sinar ultraviolet yang ternyata memang mempermudah melihat jejak kalajengking. Saat terkena cahaya UV, kalajengking maupun jejaknya akan berpendar.
ADVERTISEMENT
Menurut Yakob, kalajengking itu termasuk hewan yang paling berbahaya, karena racunnya. Namun, ia meyakinkan safari itu aman. Asal tidak sembarangan menginjak semak.
Malam itu, kami beruntung. Ada setidaknya 3 kalajengking yang kami temukan. Salah satunya masih kecil atau disebut baby scorpions. Namun, tak ada ular yang kami temukan.
Safari kemudian berlanjut ke lokasi lain. Agendanya memberi makan burung hantu bernama Yoda. Dinamai seperti karakter dalam Star Wars.
Pawangnya, Henry, menyebut Yoda baru berusia 3 tahun. Bobotnya 3-4 kilogram yang cukup berat saat bertengger di tangan kami.
Safari malam ditutup dengan stargazing. Menikmati bintang di tengah gelapnya malam.
Hamparan langit pada malam itu begitu jernih. Gelapnya malam diwarnai terangnya bintang. Suasananya hening. Sangat berbeda dengan suasana di kota.
ADVERTISEMENT
Yakob kembali menjadi pemandu kami. Ia menjelaskan banyak hal mengenai bintang dan planet, dengan melihatnya secara langsung.
Bahkan kami bisa juga melihat planet tersebut dengan teleskop. Salah satu yang sangat jelas terlihat adalah Saturnus dengan cincinnya yang sangat terang. Pengalaman yang sangat menarik.
Harga tiket safari malam ini mulai dari AED 695 atau sekitar Rp 2.969.000 (tergantung paket yang dipilih). Fakta menariknya, tiket yang kita bayarkan menjadi bagian dari konservasi alam di gurun tersebut.