Bukan Padang Pasir, Dahulu Gurun Sahara Ternyata Sebuah Danau

12 Januari 2018 15:03 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:12 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gurun Sahara, Morocco (Foto: Instagram @natrip_711)
zoom-in-whitePerbesar
Gurun Sahara, Morocco (Foto: Instagram @natrip_711)
ADVERTISEMENT
Baru-baru ini, Gurun Sahara tengah menjadi topik perbincangan hangat karena berita tentang salju yang turun di padang pasir tersebut. Hal inipun kemudian menjadi pertanyaan banyak masyarakat, bagaimana wilayah gurun yang memiliki curah hujan sedikit dan sangat panas dapat turun salju?
ADVERTISEMENT
Fenomena alam yang cukup membuat heboh ini akhirnya menyorot perhatian dunia. Gurun Sahara memang terkenal dengan gurun pasir yang sangat luas dan panas. Bahkan, gurun pasir ini membentang luas hingga melewati beberapa negara, seperti Algeria, Chad, Mesir, Libya, Mali, Maroko, dan Niger.
Memiliki luas hingga 9,4 juta km, tak ayal menjadikan Gurun Sahara sebagai gurun terluas di dunia.Tak hanya menjadikannya yang terluas di dunia, Gurun Sahara juga menjadi gurun terpanas di dunia dengan suku mencapai 57,7 derajat.
Siapa sangka gurun yang sangat panas nan luas ini dahulunya adalah sebuah danau. Danau Mega Chad, begitulah namanya.
Namun, tahukah kamu bahwa gunung yang sangat panas dan luas ini ternyata dahulunya adalah sebuah danau?
ADVERTISEMENT
Danau Mega Chad, begitulah namanya. Dahulu, sebelum adanya Gurun Sahara, wilayah ini berhias danau dan rumput.
Mega Chad sendiri merupakan danau air tawar seluas 360 ribu km persegi di Afrika Tengah. Tetapi, 1.000 tahun terakhir ukurannya kian menyusut dan kini hanya menyisakan sekitar 137 km persegi saja.
Keberadaannya yang hanya tersisa sedikit itu tentunya sangat penting sebagai sumber air bersih, bagi 20 juta penduduk di empat negara, yaitu Chat, Niger, Nigeria, dan Kamerun.
Penyusutan danau terbesar di Afrika itu menunjukkan, bahwa periode lembab di Afrika Utama, khususnya peningkatan curah hujan di wilayah Sahara telah berakhir sejak 5 ribu tahun lalu.
Tak sampai di situ, temuan ini juga memberikan gambaran bahwa hutan hujan Amazon tumbuh. Debu dari sisa-sisa danau yang mengering itu melintasi Atlantik untuk membantu menyuburkan hutan.
ADVERTISEMENT