Cara Pendaki Gunung Buang Air Besar di Antartika: Feses Dibawa Pulang

14 Oktober 2020 9:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Drake Icefall di Antartika Foto: Flickr/Christopher Michel
zoom-in-whitePerbesar
Drake Icefall di Antartika Foto: Flickr/Christopher Michel
ADVERTISEMENT
Banyak pendaki yang berhasil menaklukkan puncak gunung di dunia. Namun, ada satu hal yang sering luput dari perhatian kita, bagaimana mereka melakukan buang air besar (BAB).
ADVERTISEMENT
Urusan buang air kecil atau besar bukan perkara mudah bagi seorang pendaki saat berada di puncak pegunungan bersalju. Apalagi untuk daerah pendakian favorit dunia, Antartika yang memiliki ketentuan untuk mengatur persoalan buang air.
Dengan keterbatasan fasilitas, para pendaki yang melakukan pendakian di hamparan salju Antartika diwajibkan membawa turun sampah yang dihasilkan selama perjalanan. Termasuk, tinja atau kotoran pribadi, baik air kecil maupun air besar yang dikeluarkan selama mendaki.
Halley Research Station di Antartika. Foto: British Antarctic Survey
Dilansir Mental Floss, para ilmuwan dari Alaska mengatakan bahwa pemanasan global dapat menyebabkan sekitar 66 ton tinja beku di lereng gunung yang mencair. Aturan ini diberlakukan bagi pendaki untuk memastikan masalah serupa tidak terjadi di Antartika.
Alasan mengapa para pendaki tidak boleh membuang kotoran langsung ke lingkungan karena seperti yang diketahui, lingkungan di Antartika sangat kering dan suhu mencapai minus. Dengan lingkungan seperti itu, bakteri yang membantu proses pembusukan "feses" kita tidak akan bekerja, sehingga kotoran yang menumpuk di Antartika akan tetap seperti itu dan tidak membusuk.
ADVERTISEMENT
Benua Antartika dilindungi di bawah Protokol Perlindungan Lingkungan untuk Perjanjian Antartika dari tahun 1998. Perlindungan hukum itu menetapkan bahwa jumlah limbah yang dihasilkan atau dibuang di Antartika harus diminimalkan untuk melindungi lingkungan.
Lembah McMurdo, Antartika Foto: Shutter stock
Sebagai ganti dari toilet, beberapa post di area pendakian Antartika memiliki stasiun untuk membuang dua jenis limbah, cair dan padat untuk diproses secara terpisah yang bernama 'toilet roket' atau secara resmi dikenal sebagai incinolets. Stasiun limbah ini dibuat untuk membakar limbah dan hanya menyisakan abu.
Para pendaki wajib membawa botol dan plastik untuk membuang kotoran yang dihasilkan. Setiap pendaki juga dilarang buang air sembarang lantaran akan mencemari es. Sebab, es itu nantinya akan diminum juga oleh mereka
Pada tahun 2005, sekelompok ilmuwan asal Australia yang sedang melakukan penelitian di Antartika kehabisan plastik khusus menampung kotoran mereka saat berada di kamp. Untuk mengatasi limbah manusia yang ditinggalkan oleh 120 staf tersebut, para ilmuwan membakarnya dan membuang sedikit kotoran tersebut ke laut.
Wisatawan tengah berjalan di atas es Antartika Foto: Shutter Stock
Namun sayangnya, metode pembuangan itu memiliki efek yang tidak menguntungkan. Sebuah studi yang diterbitkan pada tahun 2010 itu mengungkapkan bahwa limbah manusia yang dialirkan ke laut tidak menyebar dengan baik.
ADVERTISEMENT
Sebaliknya, kotoran tersebut justru menggumpal di area tertentu, mengekspos populasi anjing laut dan penguin di dekatnya dengan bakteri tingkat tinggi. Kontaminan ini akhirnya memengaruhi rantai makanan laut, dengan “penanda limbah” yang ditemukan pada siput dan ikan.
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona).