Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.97.0
Congkel Mata, Cara Kaum Syiah di India Peringati Kematian Tokoh Filsuf Abad Ke-9
10 Juli 2021 7:31 WIB
ยท
waktu baca 2 menitDiperbarui 13 Agustus 2021 14:02 WIB
![Aksi congkel mata saat Festival Urs. Foto: AFP](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1625829612/finw8u7z99ap3zpzcauc.jpg)
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Salah satunya dengan mencongkel mata sendiri. Biasanya, umat muslim yang mengikuti festival ini akan menggunakan pisau dan pedang untuk mencongkel mata dari rongganya.
Proses mengcongkel mata diiringi dengan pembacaan puisi sufi yang dikenal sebagai Qawalli.
Selain itu, mereka juga akan menusuk kawat logam pada pipinya. Aksi ini merupakan salah satu bagian dari prosesi keagamaan dalam festival Urs.
Festival yang digelar selama enam hari tersebut dilakukan guna memperingati kematian Santo Sufi Moinuddin Chishti, seorang pengkhotbah dan filsuf yang meninggal pada abad ke-13.
Peserta ritual biasanya dilakukan oleh para laki-laki. Jika ritual ini dilakukan oleh laki-laki, diyakini sebagai tindakan pengabdian kepada orang suci.
Para penyembah juga mempersembahkan doa, bunga, dan makanan sebagai sumbangan ke kuil tempat makam Chishti berada.
ADVERTISEMENT
Bukan hanya kelompok Syiah, festival ini boleh dihadiri oleh seluruh penganut agama.
Bukan Cuma di India
Selain India, kaum Syiah di Lebanon juga kerap memiliki tradisi menyakiti diri. Tradisi ini dikenal dengan ritual berdarah atau self-flagellation.
Tradisi dilakukan sebagai bentuk ekspresi penyesalan dan rasa bersalah, karena tidak menyelamatkan Hussein saat pertempuran Karbala pada 680 setelah Masehi.
Kematian Hussein pada peristiwa tersebut menandai perpecahan antara kelompok Sunni dan Syiah.
Dilansir Aljazeera, ritual ini diadakan pada hari ke-9 dan ke-10 bulan Muharram, melibatkan seluruh kalangan, pria, wanita, hingga anak-anak.
Dengan mengenakan pakaian serba putih, para peserta mengikuti prosesi menggoreskan senjata tajam atau mencambuk tubuh sendiri, hingga mereka berlumuran darah.
ADVERTISEMENT