Demonstrasi di Hong Kong dan Dampaknya pada Sektor Pariwisata

31 Oktober 2019 9:03 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seorang demonstran di Hong Kong. Foto: Reuters
zoom-in-whitePerbesar
Seorang demonstran di Hong Kong. Foto: Reuters
ADVERTISEMENT
Demonstrasi besar-besaran yang sempat terjadi di Hong Kong ternyata berdampak yang sangat besar pada sektor pariwisatanya. Dilansir dari CNN Travel, Rabu (30/10), Hong Kong dilaporkan mengalami penurunan jumlah penumpang udara yang cukup signifikan karena kerusuhan politik di negara yang menjadi pusat perekonomian Asia ini.
ADVERTISEMENT
Bandara Internasional Hong Kong tercatat hanya melayani 6 juta penumpang pada Agustus 2019. Angka ini turun 12,4 persen dibanding jumlah penumpang yang masuk ke Hongkong pada Agustus 2018 lalu. Penurunan ini terutama disebabkan oleh penurunan wisatawan yang datang ke Hong Kong.
Toko Hong Kong Starbucks dicoret-coret. Foto: AFP
“Lalu lintas penumpang ke dan dari Cina Daratan, Asia Tenggara dan Taiwan mengalami penurunan yang signifikan dibandingkan dengan Agustus 2018," ujar perwakilan Otoritas Bandara.
Penurunan angka lalu lintas udara ini terjadi sejak protes anti-pemerintah Hong Kong atas rancangan undang-undang ekstradisi terjadi beberapa bulan lalu. Seperti diketahui, berkali-kali bentrokan kekerasan pecah sehingga membuat situasi di Hong Kong makin tak kondusif. Dalam demonstrasi tersebut, polisi anti huru hara juga sempat menembakkan gas air mata dan meriam air kepada kerumunan pengunjuk rasa.
Demonstran membawa pembatas jalan untuk dijadikan barikade di Bandara Internasional Hong Kong, China, Minggu (1/9). Foto: REUTERS/Kai Pfaffenbach
Bandara Hong Kong—salah satu pusat komersial tersibuk dan paling penting di Asia—juga menjadi sasaran utama para demonstran. Pada Agustus lalu, protes di dalam terminal memaksa layanan bandara harus ditutup untuk sementara. Akibatnya, otoritas bandara harus menghentikan ratusan penerbangan. Dalam waktu yang bersamaan, demonstran di luar bandara juga memblokir rute transportasi termasuk jalan bebas hambatan menuju bandara.
ADVERTISEMENT
Akibat aksi protes berkepanjangan tersebut, beberapa negara telah mengeluarkan peringatan perjalanan untuk Hong Kong. Ini semakin membuat jumlah kedatangan wisatawan ke Hong Kong turun secara substansial pada paruh pertama Agustus.
Selain jumlah penumpang, bandara Hong Kong mengalami penurunan 3,5 persen dalam pergerakan lalu lintas udara pada Agustus dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
“Di tengah ketidakpastian perdagangan global, volume kargo juga turut berkontraksi pada Agustus," ujar salah satu perwakilan otoritas. Transshipment dan impor juga ikut menurun masing-masing sebesar 19 persen dan 15 persen.
Barikade yang terbakar di dekat stasiun metro di Hong Kong, China, Minggu (1/9). Foto: REUTERS/Anushree Fadnavis
“Dalam beberapa bulan terakhir, ada tantangan besar untuk operasi bandara," ujar salah satu perwakilan otoritas bandara. Meski demikian, berkat upaya terpadu dari komunitas bandara, mereka berhasil mempertahankan beberapa layanan agar tetap normal dan meminimalkan dampak pada wisatawan.
ADVERTISEMENT
Selain itu, maskapai Hong Kong, Cathay Pacific juga melaporkan penurunan jumlah penumpang dan kargo untuk bulan Agustus. Cathay Pacific dan maskapai regionalnya Cathay Dragon mengangkut total 2.906.954 penumpang pada Agustus 2019, turun 11,3 persen dibandingkan Agustus 2018.
Kepala Pelanggan dan Komersial Grup Cathay Pacific Ronald Lam mengatakan Agustus adalah bulan yang sangat menantang, baik untuk Cathay Pacific maupun Hong Kong.
“Secara keseluruhan jumlah wisatawan yang datang ke Hong Kong (pada Agustus) hanya setengah dari biasanya. Padahal ini merupakan musim liburan, musim panas. Kondisi ini telah mempengaruhi kinerja maskapai kami secara signifikan," kata Lam.
Barikade yang dipasang demonstran di Bandara Internasional Hong Kong, China, Minggu (1/9). Foto: REUTERS/Kai Pfaffenbach
“Lalu lintas masuk Hong Kong juga turun 38 persen sementara keluar turun 12 persen,” ujarnya.
Bulan-bulan kerusuhan politik juga memengaruhi pergerakan bisnis pariwisata di negara tersebut. Para pengelola restoran mengatakan bahwa mereka terpaksa memberhentikan pekerja dan memaksa mereka untuk mengambil cuti yang tidak dibayar. Hotel-hotel besar juga meminta pekerjanya untuk mengambil cuti tanpa bayaran. Hal ini terpaksa dilakukan karena bisnis dirasa sangat melambat.
ADVERTISEMENT
Setidaknya terdapat 700 pekerja restoran telah kehilangan pekerjaan sejak Juni, bulan ketika protes berkembang menjadi demonstrasi besar-besaran di jalanan Hong Kong.