Di Inggris Ada Pulau yang Hanya Dihuni 62 Orang dari Satu Keturunan

26 Mei 2019 7:31 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Palmerston Island, Cook Island di Inggris Foto: Wikimedia Commons
zoom-in-whitePerbesar
Palmerston Island, Cook Island di Inggris Foto: Wikimedia Commons
ADVERTISEMENT
Punya keluarga besar memang menyenangkan, tapi bagaimana jika kamu hanya hidup dengan keluarga besarmu dalam sebuah pulau? Di Inggris, ada sebuah pulau terasing yang hanya berisi 62 orang dan seluruhnya berasal dari satu keturunan.
ADVERTISEMENT
Palmerstons Island namanya. Sebuah atol karang kecil di Kepulauan Cook di tengah perairan Samudera Pasifik Selatan, Inggris. Dinilai sebagai salah satu pulau terpencil dan terisolasi, Palmerston Island berlokasi sekitar 3.200 kilometer di timur laut Selandia Baru.
Dilansir Bored Panda, penduduk Palmerstons Island merupakan keluarga besar dari seorang pria bernama Wiliam Masters. William Masters adalah seorang tukang kayu dari Inggris yang ditunjuk oleh pedagang bernama John Brander sebagai penjaga Palmerstons.
William bahkan diberikan kesempatan untuk bercocok tanam kelapa di pulau tersebut. Menurut laman resmi Cook Island, pada 8 Juli 1863, William tiba di Palmerston bersama dengan istrinya, seorang wanita Polinesia dan dua sepupu istrinya untuk tinggal, serta menetap di sana.
William Masters, leluhur pertama penduduk Palmerston Island Foto: Wikimedia Commons
Beberapa tahun kemudian, sang pemilik pulau John Brander meninggal dunia. Ratu Victoria yang kala itu memerintah Inggris memberikan izin kepemilikan pulau pada William. Setelah mendapatkan izin kepemilikan pulau dari Ratu Victoria, ia kemudian menikahi kedua sepupu istrinya dan memiliki 17 anak, serta 54 cucu.
ADVERTISEMENT
William Masters dikabarkan meninggal pada 22 Mei 1899 di usianya yang ke-78 dan meninggalkan sebuah surat. Surat yang dibuat pada 6 Januari 1888 itu bercerita tentang kisah William saat menghuni pulau dan bagaimana caranya bertahan hidup bersama dengan keluarganya.
"Saya ditempatkan di sini (Palmerston Island) oleh Tuan Jhon Brander dari Tahiti untuk membuatkan minyak kelapa untuknya. Enam tahun pertama, kapal mereka datang secara teratur, tetapi setelahnya mereka meninggalkan saya selama dua atau tiga tahun berturut-turut. Dan pada tahun 1878, mereka benar-benar berhenti datang," katanya dalam surat itu.
Aerial View Palmerston Island Foto: Wikimedia Commons
William Masters meninggal karena kekurangan gizi. Diperkirakan, ia menulis surat itu untuk berjaga-jaga, sebab saat itu pohon-pohon kelapa di tempatnya mati dan hancur akibat penyakit busuk. Sebelum meninggal, ia membagi Cook Islands menjadi tiga bagi ketiga istri dan anak-anaknya.
ADVERTISEMENT
Salah satu dari pulau yang termasuk dalam Cook Islands adalah Palmerston. Nama Cook berasal dari nama penemunya, yaitu James Cook yang menemukannya pada tahun 1774. Tiga tahun kemudian, Cook menginjakkan kakinya di Palmerstons pada bulan April dan menamainya sesuai dengan nama Henry Temple, Viscount 2 Palmerston, Lord of the Admiralty, sebagai bentuk dedikasi.
Karena berasal dari satu keturunan, jadi jangan heran jika penduduk setempat memang kerap melakukan perkawinan incest atau sedarah. Pada media, Wali Kota Palmerstons pernah mengungkapkan bahwa karena hal ini terjadi secara terus menerus dalam waktu yang lama, mereka bahkan tidak sadar bahwa lahir dari satu kakek buyut yang sama.
"Ayah saya dan ayah istri saya ternyata kakak beradik. Saat menikah, saya tidak mengetahuinya sama sekali, begitu pula dengan istri saya. Ketika saya mengetahui kebenaran itu, semuanya sudah terlambat. Kami sudah punya anak, dan tidak ada yang memberi tahu kami," akunya.
ADVERTISEMENT
Alasan itu pula yang membuat jumlah penduduk semakin berkurang, karena generasi muda yang telah mengetahuinya, 'berlomba' pergi ke luar pulau untuk mencari pasangan yang berasal dari keturunan berbeda. Menurut keterangannya, dulu pada tahun 1950 dan 1970, ada sekitar 300 orang yang menghuni Palmerston Island, tetapi kini hanya tinggal 62 orang saja.
Penduduk Palmerstons hidup dengan mengandalkan kelapa dan ikan sebagai bahan makanan. Mereka membuat perhiasan, bermain bola voli dan berenang untuk menghibur diri. Beberapa orang yang beruntung di pulau itu memiliki televisi atau ponsel, tetapi tidak dapat digunakan sepanjang hari.
Karena listrik hanya bertahan selama enam jam saja. Jangan harap ada toko atau pasar, setiap orang memenuhi kebutuhan mereka sendiri-sendiri dengan memanfaatkan sumber daya yang ada di pulau. Uang hanya digunakan untuk transaksi jual beli barang dari luar pulau yang dilakukan melalui kapal yang hanya datang beberapa kali dalam setahun.
ADVERTISEMENT