Dianggap Bernilai Tinggi, Begini Cara Suku Asmat Menghargai Babi

4 Februari 2018 14:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suku Asmat di Papua (Foto: Flickr/Maud Lorton)
zoom-in-whitePerbesar
Suku Asmat di Papua (Foto: Flickr/Maud Lorton)
ADVERTISEMENT
Babi merupakan hewan ternak yang dianggap memiliki nilai komoditas tinggi di Papua. Selain dimasak dalam tradisi sakral dan menjadi mas kawin, babi juga kerap diasosiasikan sebagai simbol status sosial bagi pemilik. Semakin banyak babi yang dimiliki, makin tinggi status sosialnya.
ADVERTISEMENT
Hal itu juga berlaku bagi Suku Asmat. Suku yang mendominasi populasi di Papua itu sangat menghargai babi yang menjadi salah satu sentral kebudayaan mereka. Dilansir The Guardian, babi yang berhasil diburu hidup-hidup dipelihara sebagai properti. Mencuri dan membunuh babi tetangga dapat mengakibatkan perselisihan besar.
Ilustrasi anak babi (Foto: Thinstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi anak babi (Foto: Thinstock)
Saking istimewanya, merawat anak babi juga dianggap sebagai tugas penting yang dilakukan dengan penuh kasih sayang.
Tugas itu biasa dilakukan oleh perempuan Asmat. Mereka harus memastikan anak babi dicukupi kebutuhan nutrisinya hingga anak babi itu mandiri atau kira-kira berusia lima tahun.
Oleh karena itu babi dihargai selangit di Papua. Seekornya bisa mencapai Rp 30-50 juta.
Menabrak babi hingga mati juga bisa menjadi kasus besar. Babi jantan harus diganti rugi sesuai harga jual. Namun karena babi betina dianggap lebih potensial, ganti rugi disesuaikan dengan jumlah puting.
ADVERTISEMENT
Ya, ganti ruginya adalah sebesar jumlah puting babi betina yang ditabrak dikalikan harga per puting.
Per puting biasanya dihargai Rp 2-3 juta dan babi betina di Papua memiliki 12-20 puting. Jadi, minimal ganti rugi menabrak babi betina minimal adalah Rp 24 juta!
Oleh karena itu para supir di Papua sangat menghindari kasus semacam itu. Mereka akan lebih berhati-hati di jalan tempat banyak babi berlalu lalang.