Eunuch di China: Pria yang Dikebiri dan Dijual Orang Tuanya demi Jaga Selir

16 November 2022 8:28 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi kerajaan di China. Foto: GuoZhongHua/shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kerajaan di China. Foto: GuoZhongHua/shutterstock
ADVERTISEMENT
Tak banyak yang diketahui mengenai tradisi atau kebiasaan yang terjadi di zaman dahulu. Mungkin juga Eunuch adalah salah satu hal yang tidak kamu ketahui.
ADVERTISEMENT
Eunuch adalah pria yang dikebiri. Pada zaman dulu di daerah yang terpencil, Eunuch biasanya dipekerjakan di daerah Timur Tengah dan China.
Selama pekerjaannya Eunuch memiliki dua hal yang harus ia lakukan, yaitu penjaga dan pelayan di harem atau tempat tinggal wanita, dan sebagai bendahara raja.
Para Eunuch dianggap sebagai penjaga yang paling cocok untuk banyak istri atau selir, yang mungkin dimiliki seorang penguasa di istananya.
Dilansir Britannica, tak menutup kemungkinan Eunuch untuk naik menjadi pengawal, penasihat rahasia, dan bahkan menteri, jenderal, dan laksamana.
Namun, di balik pekerjaannya itu, Eunuch harus rela dikebiri sebagai syaratnya. Meskipun ada juga Eunuch yang dikebiri sebagai hukuman atau setelah mereka dijual oleh orang tua yang miskin.
ADVERTISEMENT
Eunuch berfungsi sebagai penasihat politik kaisar China pada awal periode Chou (1122–221 SM), dan berlanjut seperti itu di bawah dinasti Han, T'ang, Ming, dan Sungm.
Eunuch juga digunakan sebagai penasihat pengadilan dan pejabat di Persia di bawah Achaemenids (559–330 SM). Kaisar Romawi Claudius, Nero, Vitellius, dan Titus mempekerjakan Eunuch seperti yang dilakukan sebagian besar kaisar.

Bagaimana Eunuch Bisa Memiliki Takhta yang Tinggi

Namun, ada juga sejarah lain yang mengatakan bahwa Eunuch merupakan pemain politik yang kuat dalam pemerintahan China kuno.
Berawal sebagai budak tepercaya di rumah tangga kerajaan, mereka berambisi menggunakan posisi favorit mereka untuk mendapatkan kekuasaan politik.
Menasihati kaisar dari dalam istana dan menghalangi akses pejabat ke penguasa mereka, para Eunuch akhirnya dapat memperoleh gelar bangsawan sendiri, membentuk birokrasi untuk menyaingi negara dan bahkan memilih, serta menghapus kaisar yang mereka pilih.
ADVERTISEMENT
Pengaruh mereka pada pemerintah mengakibatkan jatuhnya dinasti dan berlangsung hingga abad ke-17 Masehi.
Ilustrasi Kota Terlarang di China. Foto: Hung Chung Chih/shutterstock
Dilansir World History, mereka biasanya dibawa oleh orang tuanya, dikebiri untuk melayani keluarga kerjaan. Oleh karena itu, tugas Eunuch termasuk secara eksklusif melayani para wanita istana kerajaan.
Laki-laki lain dilarang bermalam di istana, dan siapa pun yang masuk tanpa izin menghadapi hukuman mati. Eunuch juga bertindak sebagai pengambil dan pembawa, pengawal, perawat, dan pada dasarnya melakukan peran valet, kepala pelayan, pelayan, dan juru masak.
Terlepas dari posisi istimewa mereka, pandangan masyarakat umum tentang Eunuch sangat negatif, karena mereka dianggap sebagai kelas terendah dari semua pelayan.
Para Eunuch tidak akan puas dengan kehidupan budak sederhana untuk waktu yang lama. Seringkali menyelaraskan diri dengan biara-biara Buddha yang kuat, mereka menasihati, memata-matai, dan tertarik mendapatkan jabatan yang lebih tinggi.
ADVERTISEMENT
Ilustrasi Pengadilan. Foto: Shutter Stock
Sebab, dengan akses khusus mereka ke Pengadilan Dalam (Neiting), di mana tidak ada pejabat biasa yang diizinkan, dapat menjadi sangat memungkinkan memanfaatkan hal tersebut untuk merebut takhta menteri.
Paea Eunuch mengambil hati kaisar dengan cara memberikan info yang mereka dapat dari Pengadilan Dalam, sehingga para kaisar mendengarkan dan melakukan apa yang mereka sarankan.
Hal lain yang menguntungkan Eunuch adalah mereka mungkin telah mengenal kaisar mereka sepanjang hidupnya, dan bahwa mereka adalah satu-satunya laki-laki yang pernah ditemui penguasa sampai dewasa.
Selain itu, kaisar tahu bahwa para Eunuch tidak memiliki basis kekuasaan atau loyalitas di luar istana, tidak seperti para politisi.