Festival Bau Nyale, Ritual Mencari Cacing Jelmaan Putri Mandalika

4 Januari 2018 16:01 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:12 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Festival Bau nyale (Foto: Instagram @lautbirubarrestaurant)
zoom-in-whitePerbesar
Festival Bau nyale (Foto: Instagram @lautbirubarrestaurant)
ADVERTISEMENT
Indonesia tak akan pernah kehabisan festival unik nan menarik. Setiap bulannya ada saja festival yang diselenggarakan, baik festival musik hingga festival adat.
ADVERTISEMENT
Salah satunya adalah Festival Bau Nyale. Festival masyarakat Lombok Tengah dan sekitarnya itu biasanya bertumpah ruah di kawasan Mandalika. Lebih tepatnya dirayakan di Pantai Seger, Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah.
Puncak acara ini biasanya diadakan setiap 16-17 Februari. Penentuan tanggal tersebut sudah ditetapkan sesuai kesepakatan dan musyawarah dengan tokoh masyarakat setempat. Namun, acaranya sendiri berlangsung sekitar tanggal 10-17 Februari.
Untuk menyemarakkan festival ini, beberapa rangkaian acara akan disuguhkan, seperti peresean, bersih pantai, parade budaya, surfing, voli pantai, lomba swafoto, kampung kuliner, dan pemilihan Putri Mandalika.
Dan, salah satu acara yang paling ditunggu-tunggu adalah upacara penangkapan nyale. Nantinya, masyarakat akan berkerumun mencari nyale atau cacing di sepanjang pantai. Pada malam sebelum festival berlangsung, masyarakat biasanya melakukan ritual sendiri di rumah mereka, yaitu memotong ayam dan membuat ketupat.
ADVERTISEMENT
Festival Bau Nyale sendiri merupakan ritual mencari cacing laut yang konon dipercaya sebagai jelmaan Putri Mandalika. Biasanya yang melakukan festival ini adalah penduduk Lombok, khusunya di bagian selatan yang menganut Wetu Telu.
Masyarakat setempat meyakini bahwa nyale berhubungan dengan kesejahteraan dan keselamatan. Nyale juga dipercaya dapat menyuburkan tanah agar hasil panen memuaskan. Jika banyak cacing keluar dari laut, berarti hasil pertanian juga akan berhasil.
Tradisi ini dikaitkan dengan cerita Putri Mandalika yang terkenal dengan parasnya yang cantik, cerdas, ramah serta sopan. Banyak pangeran yang datang dari segala penjuru untuk melamar sang putri.
Namun, sang putri tak bisa menentukan pilihan. Lantas para pangeran sepakat untuk menggelar peperangan dan pemenang berhak untuk bersanding dengan putri. Khawatir jika ia memilih satu pangeran, namun peperangan terus terjadi, sang putri akhirnya memilih menceburkan dirinya ke laut.
ADVERTISEMENT
Tak lama setelah putri menghilang, tiba-tiba muncul binatang kecil yang jumlahnya sangat banyak dari dasar laut. Binatang itu berupa cacing laut dengan perpaduan warna putih, hitam hijau, kuning, dan cokelat yang kini disebut nyale.
Nyale yang keluar setahun sekali ini lah yang dipercaya masyarakat setempat sebagai jelmaan rambut sang Putri Mandalika. Uniknya, nyale ini muncul setahun sekali di sekitar pantai Kuta dan Pantai Seger pada saat musim hujan.
Nyale-nyale selalu muncul dua hingga tiga malam, tepatnya sebelum fajar menyingsing. Menangkap nyale bersama-sama merupakan suatu bentuk pelestarian tradisi, sekaligus pelepasan kerinduan dengan Putri Mandalika yang sudah lama hilang.
Nantinya nyale yang telah ditangkap akan dibawa pulang kerumah atau ditaburkan di sawah, bahkan beberapa masyarakat ada yang mengolahnya untuk dijadikan obat atau makanan.
ADVERTISEMENT
Tertarik mengikuti festival ini?