Festival Rakyat, Semoga Tak Sekadar Menghibur Pengunjung

3 November 2018 17:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Konten Spesial Takabonerate (Foto: Cornelius Bintang/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Konten Spesial Takabonerate (Foto: Cornelius Bintang/kumparan)
ADVERTISEMENT
Di Indonesia banyak digelar festival rakyat. Hampir setiap kali digelar, banyak wisatawan yang datang. Seperti misalnya saat Festival Takabonerate digelar, wisatawan yang datang lebih banyak ketimbang hari biasanya. Sekitar 200 orang menyaksikan langsung pembukaan festival tersebut.
ADVERTISEMENT
Tak hanya mendukung pemerintah pusat, Festival Takabonerate juga merupakan sarana promosi untuk memperkenalkan potensi wisata yang ada di Kabupaten Kepulauan Selayar, khususnya kebaharian. Tak heran kegiatan seperti diving, snorkeling, dan hopping island pun dijadikan sebagai bagian dari kegiatan festival.
Berbicara tentang festival-festival yang digelar di berbagai daerah, seorang penulis perjalanan, Agustinus Wibowo, mengatakan yang menarik baginya adalah festival rakyat atau budaya yang asli yang menjadi salah satu bagian dari kehidupan masyarakat. Festival rakyat sah-sah saja digelar, tapi jangan lantas menjadikannya sebagai tujuan pariwisata agar nilai budayanya tidak hilang.
Dia menambahkan, Indonesia punya potensi luar biasa untuk pagelaran festival rakyat. Kegiatan seperti ini akan membuka tradisi yang eksotis yang selama ini tersembunyi, sekaligus mengenalkannya ke orang luar. Tapi lagi-lagi Agustinus menegaskan agar jangan sampai festival rakyat kehilangan nilai lantaran terlalu fokus untuk menghibur pengunjung.
ADVERTISEMENT
"Kalau dilihat secara industri, wisata komersial, tentu akan mendatangkan devisa, tapi di sisi lain yang kita perlu concern adalah pelestarian budaya itu sendiri," sambungnya.
Tradisi Sorong Lopi (Foto: Cornelius Bintang/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Tradisi Sorong Lopi (Foto: Cornelius Bintang/kumparan)
Agustinus menambahkan tidak semua tempat dan festival di Indonesia cocok untuk dijadikan pariwisata massal. Ada tempat atau budaya yang rapuh, sehingga alangkah baiknya tidak hanya menghitung berapa banyak turis yang masuk, namun juga ada semangat mempertahankan nilai-nilai budaya asli dan membahagiakan penduduknya. Namun jika wisata kemudian dijadikan 'alat' sebagai pengentas kemiskinan suatu daerah, maka yang akan terjadi adalah eksploitasi.
"Pariwisata itu bisa menunjang ekonomi apabila dia sudah punya penghasilan dari aspek lainnya," terang Agustinus.
Senja di Takabonerate (Foto: Agung Rizky)
zoom-in-whitePerbesar
Senja di Takabonerate (Foto: Agung Rizky)
Kata Agustinus, salah satu festival rakyat yang sukses dan pernah ia hadiri adalah Festival Cap Go Meh di Bogor. Festival ini berlangsung setiap tahun dan melibatkan semua elemen masyarakat dari berbagai etnis dan agama.
ADVERTISEMENT
"Juga menjadi ajang pemersatu masyarakat sekaligus melestarikan budaya. Ini festival yang dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat," papar Agustinus.
Kembali pada Festival Takabonerate, tahun 2018 ini tidak masuk 100 Event Wonderful Indonesia. Padahal tahun-tahun sebelumnya selalu masuk. Menurut Andi Abdurrahman, Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Kepulauan Selayar, hal ini karena festival tersebut sempat dinyatakan 'gagal' pada tahun 2017 lalu.
Keindahan bawah laut Pulau Tinabo (Foto: Agung Rizky)
zoom-in-whitePerbesar
Keindahan bawah laut Pulau Tinabo (Foto: Agung Rizky)
Terkait masuknya event daerah dalam Event CoE Wonderful, menurut Esthy Reko Astuti, staf ahli menteri bidang multikultural sekaligus ketua Tim Pelaksana Calendar of Event Kementerian Pariwisata, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi. Syaratnya antara lain diusulkan setahun sebelumnya oleh dinas pariwisata provinsi ke ke Kemenpar dengan kreteria umum yang sudah ditetapkan.
ADVERTISEMENT
Setelah itu dikurasi oleh tim kurator profesional di bidangnya, serta dilihat apakah telah sesuai dengan kriteria yang ditetapkan
Simak ulasan tentang Festival Takabonerate dalam konten spesial 'Takabonerate, Surga Tersembunyi di Sulawesi'.