Festival Saman, Cara Pemerintah Aceh Merawat Warisan Dunia

20 Agustus 2019 14:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Festival tarian saman di Lapangan Seribu Bukit Gayo Lues resmi dimulai. Perhelatan kesenian tradisi negeri 1000 bukit digelar untuk merawat dan melestarikan warisan budaya tak benda yang telah ditetapkan UNESCO. Foto: Zuhri Noviandi/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Festival tarian saman di Lapangan Seribu Bukit Gayo Lues resmi dimulai. Perhelatan kesenian tradisi negeri 1000 bukit digelar untuk merawat dan melestarikan warisan budaya tak benda yang telah ditetapkan UNESCO. Foto: Zuhri Noviandi/kumparan
ADVERTISEMENT
Festival tarian Saman di Lapangan Seribu Bukit Gayo Lues resmi dimulai. Perhelatan kesenian tradisi Negeri 1000 Bukit itu digelar untuk merawat dan melestarikan warisan budaya tak benda yang telah ditetapkan UNESCO.
ADVERTISEMENT
Festival Saman dibuka langsung oleh Pelaksana Tugas Gubernur Aceh, Nova Iriansyah, Senin (19/8) malam. Nova menyampaikan sebagai salah satu warisan budaya tak benda miliknya dunia haruslah terus dilestarikan. Melestarikan saman adalah bagian dari upaya memajukan kesenian di Aceh.
"Sebagai khasanah budaya, Saman wajib kita lestarikan, Saman adalah salah satu keunggulan Aceh, nasional bahkan global. Karena itu kita harus menampilkan saman sebagai bagian jati diri kita. Ini aset bangsa khususnya Aceh," kata Nova dalam keterangannya Selasa (20/8).
Tari Saman Massal 10001 Foto: ANTARA FOTO/Irwansyah Putra
Sejak UNESCO mengakui Saman sebagai warisan tak benda pada 2011 lalu, pemerintah terus gencar melakukan kampanye atau promosi Saman hingga mancanegara.
Festival Saman yang semula dilaksanakan dalam kegiatan Gayo Mountain Festival (Gamifest) pada 2018, kini telah dijadikan Kementerian Pariwisata Indonesia sebagai salah satu dari 100 top event nasional.
ADVERTISEMENT
“Berharap festival tahunan ini bisa berdampak domino pada kunjungan wisatawan ke Aceh,” ujar Nova.
Kadisbudpar Aceh, Jamaluddin, menjelaskan Saman bukanlah sekadar kesenian belaka, namun ia menyiratkan tentang kebudayaan yang filosofis. Sementara di Luar Gayo Lues, Saman cenderung dikenal sebagai jenis kesenian tari.
Dalam festival ini Disbudpar menghadirkan group Saman dari luar Gayo Lues, mereka menjadi peserta lomba yang nantinya ikut merasakan dan menyaksikan bagaimana interaksi Saman secara sosio-kultural dengan masyarakat Gayo Lues, sehingga mampu menjadi bagian dalam struktur sosial masyarakatnya.
Saman di Gayo Lues merupakan hal yang lumrah. Namun, bagaimana group Saman daerah lain bertandang ke kampung jawara untuk menjadi juara. Inilah yang menariknya," kata Jamaluddin.
Festival Saman berlangsung hingga 21 Agustus dengan tema “Pancarkan Cahaya Aceh Melalui Seni Budaya”. Festival ini didukung Kementerian Pariwisata RI, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, serta Dinas Pariwisata Kabupaten Gayo Lues yang berlangsung di Lapangan Seribu Bukit kecamatan Bebesen, Kota Blangkejeren.
ADVERTISEMENT
Selain perlombaan tari Saman, serangkaian acara lainnya diisi dengan kegiatan bersifat edukasi untuk lebih mengenal budaya Gayo Lues. Salah satunya adalah pegelaran seminar Saman yang diprakarsai Badan Pelestarian Nilai dan Budaya, wilayah Aceh dan Sumatera Utara.