Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.98.1

ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Sekitar tahun 1950-an, selama perang Korea, Busan adalah tempat para pengungsi melarikan diri. Tak ada apa-apa ketika beberapa orang pindah ke Gamcheon karena penduduknya sangat miskin. Kemudian warga mulai bekerja dan mendapat uang untuk membangun desa dengan tumpukan bata. Gamcheon hanya punya satu kabupaten di masa lalu, tetapi sekarang ada sembilan.
Para seniman lokal kemudian mengubah kampung yang dulunya kumuh dan miskin itu menjadi destinasi wisata penuh warna. Tak berhenti di situ, pemerintah lalu menambahkan 10 karya seni jalanan. Enam rumah dan enam lorong diubah menjadi galeri mini.
Gamcheon juga dikenal sebagai Desa Lego karena barisan simetris rumah berwarna-warni yang berada di lereng bukit. Meskipun tempat ini hasil 'polesan', Gamcheon memiliki daya tariknya tersendiri. Bahkan banyak juga turis yang menyamakan desa ini dengan Santorini.
ADVERTISEMENT
Menata kawasan kumuh bukanlah persoalan gampang. Mungkin jika mengubah tampilan fisik saja bisa semudah membalikkan telapak tangan selama ada uangnya. Mempercantik kawasan kumuh harus diikuti dengan perubahan mental para penduduknya agar tercipta ekosistem ideal untuk menjadi tujuan wisata.
Banyak warga menolak proyek "Dreaming of Busan Machu Picchu" pada awalnya. Mereka tidak tahu atau mengerti arti di balik desa seni atau alasan untuk membangunnya. Beberapa warga merasa rumah mereka yang sederhana bukanlah objek wisata. Secara bertahap masyarakat menerima perubahan dan lihatlah Gamcheon kini. Kampung yang dulunya kumuh dan miskin berubah jadi destinasi wisata dengan spot instagrammable hampir di tiap sudutnya.
Di era ketika bikin konten Instagram menjadi to do list banyak traveller, Gamcheon adalah pilihan sempurna di Busan. Tapi sebaiknya jangan hanya selfie, cobalah menikmati karya seninya.
ADVERTISEMENT
Berkeliling dengan Yacht, Menikmati Romantisnya Busan di Malam Hari
Salah satu atraksi menarik di Busan , yang sedang populer di kalangan warga lokal adalah naik yacht sambil menikmati pemandangan malam kota. Nah, bagi kamu yang penasaran, kamu bisa mencoba ‘Busan Haeundae Yacht Experience: Yach Tale’.
kumparan berkesempatan menaiki yacht ‘Bali’ dari The Bay 101 di kawasan Pantai Haeundae, Busan , sekitar pukul 19.00 waktu setempat. Semilir angin laut langsung menusuk tulang. Suhu Busan menunjukkan angka 6 derajat celcius.
Jika kamu kuat dingin, bisa duduk-duduk di bagian depan Yacht sambil melihat pemandangan Gwangan Bridge dengan lampu LED yang atraktif. Tapi jika tidak kuat, masuk saja ke dalam sambil selimutan dan makan snack yang disediakan. Tak ketinggalan, ada juga kopi, teh dan minuman lain.
ADVERTISEMENT
‘Busan Haeundae Yacht Experience : Yacht Tale’ dibuka untuk umum dengan delapan kali jadwal perjalanan sehari dengan durasi tur 60 menit. Harga tiketnya dimulai dari 15.000 won (sekitar Rp 178.000) untuk anak-anak, 20.000 won (Rp 237.000) untuk pelajar dan 25.000 won (Rp 296.000) untuk dewasa.
Tertarik mencoba?