Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.98.1

ADVERTISEMENT
Kamu pernah nonton variety show Korea 2 Days & 1 Night? Kalau iya, mungkin masih ingat bagaimana nikmatnya Lee Seung Gi makan Ssiat Hotteok saat dia ke mengunjungi Busan.
ADVERTISEMENT
Gara-gara episode tersebut, pancake khas Busan itu semakin populer. Banyak traveler dan food enthusiast yang penasaran mencicipi Ssiat Hotteok ketika mengeksplorasi kota pelabuhan yang terkenal dengan pantai indah, gunung, kuil dan festival film internasionalnya itu.
kumparan berkesempatan mencicipi jajanan ini dari tempat asalnya lewat undangan Korean Tourism Organization, Rabu (3/12). Sehari sebelumnya, kami menempuh perjalanan sekitar 2 jam 50 menit dari Seoul menuju kawasan Busan International Film Festival (BIFF) Square memakai kereta cepat, disambung bus.
Hotteok sebenarnya bisa ditemukan di kota-kota lain di Korea Selatan, tapi yang membedakan pancake manis ini dengan hotteok di kota lain adalah isinya. Adonan tepung yang sudah digoreng, diisi sirup manis dan ditaburi gandum, kacang, kismis serta biji-bijian.
Kamu juga bisa menambah topping keju agar lebih nikmat. Ssiat Hotteok dijual dengan harga 1.000 won (Rp 12.000) sampai 1.500 won (Rp 18.000).
ADVERTISEMENT
Ssiat Hotteok sangat cocok untuk camilan di tengah suhu udara Busan yang dingin di awal Desember. Gigitan pertama langsung bikin hangat tenggorokan. Bagian luar pancake ini cukup renyah, sementara bagian dalam adonan tak selembut martabak manis isi kacang.
Setelah makan yang manis, eksplorasi kuliner Korea di hari itu dilanjutkan dengan makan Milmyeon, mi tepung panjang dan tipis khas Busan. Hidangan ini disajikan potongan ubi jalar, kuah kaldu dan beberapa jenis sayuran seperti lobak dan sawi hijau. Kamu bisa menambah lauk dengan olahan cumi pedas dan nasi dibungkus nori.
Beberapa kuliner Korea lahir di tengah masa sulit. Sama seperti Eomuk, Milmyeon muncul di masa Perang Korea saat para pengungsi kelaparan berkumpul di Busan. Di antara mereka ada orang-orang dari kawasan Utara yang membuat mi menggunakan tepung sisa persediaan tentara AS.
Korea Selatan sekarang tentu sudah jauh dari masa sulit. Tapi Milmyeon masih menjadi makanan favorit di Busan . Tiap suapan mi seolah menjadi potongan sejarah yang mengingatkan perjuangan di masa lalu.
ADVERTISEMENT
Tteokbokki Terbaik di Busan
Setelah icip-icip Milmyeon, ruang di perut masih tersisa untuk menikmati kelezatan Tteokbokki di Busan. Kami mengunjungi Igane Tteokbokki di Kkangtong Market, masih di kawasan Busan International Festival (BIFF) Square.
Satu porsi Tteokbokki dijual dengan harga 3000 won atau sekitar Rp 36.000. Kamu wajib mencoba tempura atau ubi goreng sebagai makanan tambahan. Tempura dicelup ke saus Gochujang dan rasakan sensasi nikmatnya. Banyak yang bilang Igane Tteokbokki ini yang terbaik di Busan.
Matahari tenggelam mulai terlihat di Pantai Haeundae. Kami memutuskan untuk makan malam dengan Hongdo Haemultang (Hot Pot Spicy Seafood). Dalam satu menu ini terdapat aneka hidangan laut seperti kepiting, kerang, udang, cumi-cumi, gurita, keong yang dimasak dengan beragam sayuran. Makanan yang penuh protein dan nutrisi penting bagi tubuh.
Ada satu benang merah di banyak kuliner Korea. Apalagi kalau bukan kehadiran Gochujang si saus merah. Tapi level kepedasan Hongdo Haemultang tidak sampai bikin bibir jontor. Ada sedikit rasa asam dan manis di kuahnya. Pokoknya menu ini wajib kamu coba kalau berkunjung ke Busan.
ADVERTISEMENT
Perjalanan kumparan mengeksplorasi kuliner Korea akan berlanjut di Gyeongju. Simak terus, story-nya, ya!