Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
Bersepeda merupakan salah satu aktivitas yang terlihat sederhana nan murah meriah. Meski sederhana, namun ada banyak manfaat di balik kegiatan ini. Tak hanya menyehatkan badan, bersepeda juga termasuk kegiatan plesiran alias rekreasi.
ADVERTISEMENT
Di Yogyakarta misalnya, kegiatan bersepeda kembali naik daun, setelah sempat senyap beberapa tahun belakangan. Hadir kembali dengan semangat yang sama, aktivitas bersepeda ternyata juga dikombinasi dengan kegiatan berwisata di seputaran Yogyakarta.
Para pecinta gowes di Kota Gudeg ini ternyata memiliki banyak rute pilihan. Selain aman bagi pesepeda, rute-rute ini juga memungkinkan kita bisa menikmati sisi lain dari Yogyakarta .
Selain memanjakan mata dengan pemandangan di sepanjang rute, para pesepeda biasanya juga menentukan destinasi wisata tertentu sebagai titik akhir gowes, sebelum akhirnya kembali pulang.
Kepada kumparan, Nini, salah satu pesepeda asal Yogyakarta menceritakan soal dua rute favoritnya untuk bersepeda. Menurut Nini, kedua rute ini menyuguhkan pemandangan yang sangat menarik. Ada beberapa spot yang bisa disinggahi untuk sekadar melepas lelah atau mengabadikan beberapa momen dalam jepretan foto.
ADVERTISEMENT
“Rute pertama itu, kalau mau sekalian menikmati alam, bisa pilih rure Imogiri-Siluk,” cerita Nini kepada kumparan, Rabu (25/9). Rute ini menurut Nini sangat cocok untuk sepeda santai sebab kondisi jalanannya tidak seramai di pusat Kota Jogja.
Nini menyarankan, jalan yang bisa dijadikan patokan awal untuk rute ini adalah Jalan Imogiri Barat.
“Jadi, bagi pesepeda yang datang dari arah Kota Yogyakarta misalnya, atau arah lain, bisa menyesuaikan ya untuk menuju ke Jalan Imogiri Barat dulu. Lalu gowes ke arah selatan,” ujarnya.
Dari Perempatan Wojo alias Jalan Imogiri Barat km 4,5, kamu bisa mengayuh terus sejauh 8,5 km. Setelah itu, belok kiri sejauh 500 meter, dan kemudian ambil kanan. Menurut Nini, di sepanjang rute ini, petunjuk arah di sepanjang cukup membantu sehingga pesepeda tak perlu takut kesasar.
ADVERTISEMENT
Dari situ, gowes lagi sejauh kurang lebih 5 km. “Patokannya sampai ketemu SMP N 2 Imogiri lalu masuk ke jalan desa. Dari sini gowes lagi ke timur sekitar 5 km, ada petunjuk-petunjuk arah di sini. Kalau sudah sampai pinggir Kali Oyo, di situ sudah banyak tempat wisata, nah tinggal pilih mau berhenti di mana,” ujarnya.
Menurut Nini, kebanyakan pasukan gowes akan mengakhiri petualangan mereka di titik bekas Jembatan Kuning Imogiri.
“Walaupun jembatannya sudah hanyut kena banjir tahun 2017 dulu,” ujarnya.
Rute kedua yang juga jadi favorit bagi Nini adalah rute Puncak Sosok. Patokan awal untuk rute ini bisa dimulai dari Pasar Giwangan.
Dari sini, kamu bisa gowes ke arah selatan, masuk ke Jalan Imogiri Timur. Setelah mengayuh kurang lebih 2 km, belok kiri ke arah Lembah Desa lalu gowes lagi hingga ke Pasar Plaret.
ADVERTISEMENT
Dari Pasar Plaret, kayuh terus ke arah timur. Di sini menurut Nini ada banyak petunjuk untuk menuju puncak sosok. “Melewati jalur ini biasanya pesepeda akan berhenti sejenak di jembatan gantung besi,” ujarnya.
Nah ternyata, rute seru baru akan dimulai. Mengarah ke Jalan Bawuran, pesepeda akan menaiki tanjakan bukit menuju Puncak Sosok. Setelah melewati tanjakan pertama, pesepeda biasanya berhenti di Puncak Gebang.
“Dari Puncak Gebang ini sudah bisa terlihat pemandangan Kota Jogja,” ujarnya.
Nah, ketika melanjutkan perjalanan, akan ada lagi tanjakan kedua. Tanjakan ini cukup curam sehingga biasanya pesepeda lebih memilih mendorong sepeda mereka dibanding mengayuhnya.
“Sampai deh di Puncak Sosok. Pesepeda biasanya akan berfoto dan beristirahat sembari menikmati jajanan dan suasana di sini. Setiap hari menjelang Maghrib sampai malam akan ada live music,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Serupa dengan Nini yang hobi gowes sembari plesiran, Artha Gumelar, juga punya rute favoritnya untuk bersepeda. Sembari berolahraga, cowok yang hobi sepedaan sejak kecil ini juga menjadikan momen bersepeda sebagai ajang traveling.
Rute pertama yang jadi favoritnya adalah rute ke arah jantung Kota Yogyakarta. Untuk rute ini, Artha biasanya memilih waktu sore ke malam hari. Untuk menuju ke sini, ia biasanya melewati beberapa jalan legendaris yang ada di Yogyakarta .
Berangkat dari arah selatan, rute yang biasa diambil Artha adalah melewati Jalan Ki Ageng Pemanahan, yaitu jalan menuju Rumah Sakit Wirosaban alias RSU Jogja. Mengayuh lurus ke arah utara, Artha juga memilih melintasi Jalan Taman Siswa.
Dari sini, gowes berlanjut ke arah jembatan layang Stasiun Lempuyangan. Lalu berbelok kiri, masuk jalan lingkar Stadion Kridosono. Hingga akhirnya sampai ke Tugu Jogja yang ikonik
ADVERTISEMENT
“Dari Tugu lanjut lagi ke selatan sambil liat-liat Malioboro, terus nongkrong sebentar di Titik Nol Kilometer,” ujarnya. Menurutnya rute ini cukup santai, jarak pulang pergi untuk rute ini sekitar 21 km.
Yang lebih seru, baru-baru ini Artha juga menjajal rute anyar, yaitu gowes sampai ke bandara baru, Yogyakarta Internasional Airport (YIA), di Kulon Progo.
Hanya saja menurutnya, rute ini butuh persiapan fisik yang matang. Dari titik awal di seputaran Jalan Imogiri Timur, kamu harus kuat mengayuh sepeda menempuh rute sejauh 45 km untuk menuju YIA.
“Kalau pulang-pergi berarti sekitar 90 km. Aku milih lewat Jalan Srandakan waktu itu, nanti YIA ada di kiri jalan kalau lewat rute ini,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Nah ada yang ingin coba gowes sambil plesiran di Yogyakarta?